Sama-sama Pengguna Sistem Hanud S-400 dari Rusia, Inilah Beda Antara Milik Cina dan India
|Meski India dan Cina berkonflik di perbatasan, namun kedua negara itu punya status sebagai ‘kawan dekat’ Rusia, khususnya dalam aspek kerja sama pertahanan. Dan uniknya, meski India dan Cina kerap berperang di perbatasan, kedua negara adalah sama-sama pengguna sistem hanud S-400 Triumph buatan Rusia, yang disebut-sebut sebagai sistem hanud terbaik di dunia.
Baca juga: Rusia Kirim Resimen Kedua Sistem Hanud S-400 ke India
Cina lebih dulu mengakuisisi S-400 (tahun 2018), baru Inda menyusul mengoperasikan S-400 pada tahun 2021. S-400 di kedua negara, juga sama-sama digelar di daerah perbatasan yang rawan akan serangan udara. Ini menjadi menarik dicermati, apakah ada perbedaan antara S-400 yang dimiliki India dan Cina? Ditambah, India belum lama menyatakan akan menguji coba peluncuran sistem hanud S-400 untuk pertama kalinya.
S-400 Cina
Cina menandatangani kesepakatan untuk pembelian sistem hanud rudal S-400 pada tahun 2014. Cina menerima sistem hanud S-400 pertama pada tahun 2018, dan sistem S-400 sudah dioperasionalkan militer Cina sejak tiga tahun belakangan.
Sesuai kesepakatan, Cina membeli 6 batalyon S-400. Setiap baterai S400 Cina terdiri dari Mobile Command Center, beberapa jenis radar dan enam kendaraan peluncur. Secara total Cina memiliki 6 Mobile Command Center, sekitar 12 radar dan 36 peluncur (6×6 = 36). Setiap peluncur dapat meluncurkan 4 rudal sekaligus, maka total Cina dapat menembakkan 144 (36×4) rudal sekaligus.
Ada rezim internasional dengan nama MTCR (Missile Technology Control Regime). Sesuai hukum MTCR, negara anggota MTCR tidak dapat memberikan/menjual rudal, drone tempur, dan lain-lain, dengan jangkauan lebih dari 300 km ke negara bukan anggota MTCR. Rusia adalah penandatangan S-400 dan Cina tidak, sehingga sesuai peraturan Rusia tidak dapat menjual rudal dengan jangkauan 400 km ke Cina.

Dengan demikian, secara teknis Cina hanya memiliki rudal dengan jangkauan 120 km dan 250 km. Oleh karena itu, sistem hanud S-400 hanya dapat melacak dan menargetkan jangkauan hingga jarak 250 km.
Sebagai catatan, istilah Baterai/Batalyon/Skuadron memiliki arti yang sama. Sedangkan komposisi tergantung pada persyaratan suatu negara dapat mencakup satu/dua/tiga baterai atau lebih dalam satu resimen. Dengan demikian, satu resimen arhanud dapat memiliki satu/dua/tiga baterai atau lebih.
S-400 India
Pada tahun 2018, pemerintah India menandatangani kesepakatan untuk membeli 5 batalyon atau baterai S-400 seharga US$5 Miliar. Rusia akan memulai pengiriman sistem ini pada Desember 2021 yaitu pada akhir tahun ini. India total akan mendapatkan 5 batalyon S-400. Setiap batalyon memiliki Mobile Command Center, beberapa jenis radar, dan delapan kendaraan peluncur.
Dengan demikian, total India akan memiliki 5 Mobile Command Center, hingga 10 radar, dan 40 peluncur (8×5 = 40). Setiap peluncur dapat meluncurkan 4 rudal sekaligus, maka total S-400 India dapat menembakkan 160 (40×4) rudal sekaligus.
India menjadi anggota MTCR tidak seperti Cina, dan India bisa mendapatkan rudal hanud S-400 dari semua jarak, hingga 400 km dari Rusia. Dengan demikian, dari segi jumlah rudal yang dapat diluncurkan dalam satu waktu dan jarak tempuh rudal 400 km, India jelas diunggulkan.
Cina harus mengerahkan setidaknya satu baterai S-400 untuk Taiwan, dua baterai untuk melawan Jepang dan AS di sisi timurnya. Jadi, secara total Cina dapat mengerahkan sekitar tiga baterainya untuk India, yang dapat dilawan India dengan mudah dengan mengerahkan 3 baterai melawan Cina dan 2 melawan Pakistan.
Juga mempertimbangkan faktor jangkauan rudal India, maka India dapat dengan mudah melawan Cina karena pihak India memiliki rudal dengan jangkauan 400 km tidak seperti Cina.
Di luar MTCR, kemungkinan Cina bisa saja mendapatkan rudal hanud jarak jauh 400 km dari Rusia secara ilegal. Cina sejauh ini sudah menggunakan S-300 Rusia versinya sendiri, yang memiliki jangkauan 300 km.
Cina juga dikenal suka meniru sesuatu, dengan reverse engineering S-400 dan mengembangkannya menjadi versinya sendiri, maka dalam 5-7 tahun ke depan, besar kemungkinan Cina akan memiliki alternatifnya sendiri selain S-400 yang asli buatan Rusia.

Baca juga: Radar Hanud S-400 (92N6E) vs Radar Patriot (AN/MPQ-65), Mana yang Lebih Unggul?
Rudal Pada Sistem Hanud S-400
1. 9M96 dan 9M96E
Merupakan rudal dengan jangkauan hingga 150 km. Rudal ini dapat digunakan untuk menghancurkan pesawat tempur, pesawat pengintai, pesawat pengisian bahan bakar udara, dan rudal jelajah.
2. 48N6
Merupakan rudal jarak menengah dengan jangkauan hingga 250 km. Rudal ini dapat digunakan untuk menghancurkan pesawat tempur, pesawat pengintai, dan rudal jelajah.
3. 40N6
Merupakan rudal jarak jauh dengan jangkauan hingga 400 km. Rudal ini dirancang untuk menghancurkan pesawat tempur, pesawat pengintai, dan rudal jelajah di jarak jauh.
4. 9M317
Merupakan rudal jarak menengah dengan jangkauan hingga 120 km. Rudal ini dapat digunakan untuk menghancurkan pesawat tempur, pesawat pengintai, dan rudal jelajah.
5. 77N6-N dan 77N6-N1
Merupakan rudal anti-rudal yang dirancang untuk melawan rudal balistik dengan jangkauan hingga 250 km. Rudal ini dapat digunakan untuk menghancurkan rudal balistik di tahap awal dan tengah penerbangan.
6. 40N6M
Merupakan rudal anti-rudal jarak jauh yang dapat melacak dan menghancurkan rudal balistik di jarak hingga 400 km. Rudal ini merupakan versi upgrade dari rudal 40N6.
Baca juga: Menanti Babak Baru Pertempuran: Sistem Hanud S-400 vs Jet Tempur Rafale
Indonesia bisa dapat tot s-400 kayak india dan cina itu, kenapa rusia mau ini dijadikan tot. coba dijadikan kerja sama utk 400km.. nanti diproduksi di Indonesia. bagi rusia, Indonesia bukan ancaman bagi rusia dan sahabat bagi Rusia. selama masih aman sekutu Indonesia adalah amerika, frances, cina.. waktu tinggal dihitung karena ancaman terbesar ada di wilayah Natuna dan sekitar Australia
dan juga coba dikerjasamakin tot untuk rudal Kinzhal.. ini akan menjadikan indonesia terkuat, australia ciut dan tidak akan mencampuri politik indonesia ke depan.
dallas kumis
Ngimpi & halu ente bro mau dpt ToT berani beli brp batalyon S-400? Lagian India sm China jg sdh lama punya ilmu rancang bangun rudal. Sadar diri aja Indonesia msh jauh tertinggal
@dallas kumis
Lugu amat loe ya, Indonesia bukan ancaman tapi ladang cuan bisnis Rusia, beli 100 batalyon, dan duit ratusan trilyun, mungkin akan dapen ToT, mungkin.
beli Su-35 susahnya minta ampun hanya dapet ToT tukang service ringan doang,
jangan mimpi Imbal dagang dengan rusia, karena produk Indo tidak terkenal di Rusia, dan tidak dapat bersaing dengan harga India dan Turkiye.
Jauh dibanding Ekspor ke USA yang sampai bisa surplus / untung US$ 8 Milyar
Tiongkok bukan anggota MTCR hny punya rudal SAM berjarak kurang dari 300 km (mentok hanya 250 km), sedangkan India merupakan anggota MTCR memiliki jangkauan rudal SAM lebih dari 300 km (paling jauh 400 km).
Dilihat dari list rudal yg dimiliki kedua negara tersebut utk segmen AAM dan SAM masih lebih unggul India dibanding Tiongkok, tetapi untuk segmen rudal balistik jangkauan rudalnya masih lebih unggul Tiongkok daripada India
Mau beli gimana? Pasti tak direstui penjaga dunia. Digertak dikit pastilah gemetar. Ngeri dan bikin bulu kuduk merinding gertakannya Bang Jago Dunia tu. Kita tu dipola sedang2 aja, ndak boleh lebih kuat dari Ostrali ndak boleh lebih kuat dari Sigpore. Anak kecik pon faham. HIAHAHAHAA.. ..Ampun deh jika tak faham.
Pertama yg harus dibenahi yakni korupsi, lalu memperkuat ekonomi selanjutnya baru militer. Ketika ekonomi gak kuat, susah menjadi negara dibidang militer.
indonesia itu adalah ladang uang dan ladang “segala macam” hal bagi negara lain, apalagi negara maju, entah itu rusia kek amerika kek, sama aja, cuman, kalau amerika ada tambahan, yaitu bisa jadi pijakan “sempurna” untuk nyerang cina dan bisa jadi sumber SDA, terutama minyak dan gas, kalau rusia mungkin cuma uang doang, sama pengaruh, kalau amerika 2 hal itu + hal yang sudah saya sebutin sebelumnya, emangnya buat apa amerika naruh source code di brang strategis buatannya kalau ngga buat mencegah negara pembeli menyerang/melawannya dan juga untuk memuluskan tujuan mereka, ToT iya dapet, tapi kalau ngga bisa bebas manfaatin kedepannya buat pertahanan nasional buat apa?, iya kalau ToTnya berakhir jadi produk lokal dan impor dihentikan, kalau ngga pertahanan absolut nasional ngga mungkin tercapai karena ngga mungkin menghadapi serangan negara asal senjata itu andaikan menyerang indonesia, pertahanan nasional idealnya harus bisa menyerang negara manapun yang menyerang kita tanpa kecuali dan dengan kebebasan dalam penggunaan penuh 100% demi kepentingan nasional, tanpa itu pertahanan bisa jadi hanya “merek”