Respon Penyusupan Drone Intai dari Korea Utara, Seoul Gelar Latihan Anti Drone Besar-besaran
Buntut dari penyusupan lima drone intai Korea Utara ke jauh wilayah Korea Selatan pada 26 Desember lalu, rupanya menjadi bola panas di pemerintahan dan militer Negeri Ginseng. Tak sekedar menyatakan permohonan maaf atas ketidakmampuan menembak jatuh drone, militer Korea Selatan diwartakan telah melakukan latihan besar-besaran anti drone pada hari Kamis, 29 Desember 2022. Bahkan ada yang menyebut ini merupakan latihan anti drone terbesar yang digelar Seoul dalam lima tahun terakhir.
Dikutip dari media setempat, disebut bahwa latihan anti drone digelar untuk mensimulasikan penembakan drone sebagai langkah untuk meningkatkan kesiapannya melawan provokasi Korea Utara.
Latihan anti drone hari Kamis lalu, melibatkan sistem penangkis serangan udara berbasis darat, sejumlah target drone, dan total hingga 20 jet tempur, helikopter serang, dan drone intai. Meskipun tidak ada tembakan langsung, otoritas militer menyebut bahwa itu menjadi rangkaian latihan anti drone besar pertama di Korea Selatan sejak tahun 2017.
Latihan di dekat Seoul menyiapkan berbagai skenario penyusupan perbatasan oleh drone berukuran kecil, di mana aset militer Korea Selatan yang dimobilisasi berlatih bagaimana mereka dapat mendeteksi, melacak, dan menembak jatuh.
Dari foto-foto yang beredar, selain penggelaran rudal hanud jarak dekat, latihan anti drone melibatkan senjata klasik, yakni kanon M167 Vulcan – VADS/Vulcan Air Defense System. M167 Vulcan sendiri bukan jenis senjata baru, yaitu dirancang oleh Rock Island Arsenal pada periode 1964-1965 dan masuk operasional AD Amerika Serikat pada tahun 1967.
Sebagai kanon enam laras putar (gatling gun), basis yang digunakan adalan kanon M61 Vulcan 20×102 mm – yang tak lain adalah jenis kanon organik yang terpasang di F-16 Fighting Falcon.
M167 Vulcan punya kecepatan tembak di rentang 1.000-3.000 proyektil per menit. Sementara jangkauan tembak efektif untuk sasaran udara sejauh 1.200 meter, dan untuk sasaran di permukaan 2.200 meter.
Pada hari Kamis, Presiden Korea Selatan Yoon Suk Yeol menegaskan kembali dorongannya untuk membangun pertahanan udara yang lebih kuat dan bersikap keras terhadap provokasi Korea Utara.
Baca juga: Hadapi Rudal Balistik Korea Utara, Korea Selatan Sukses Uji Coba Sistem Hanud L-SAM
Merespon penyusupan drone Korea Utara, Korea Selatan mengatakan pihaknya mengirim tiga pesawat pengintai melintasi perbatasan dalam tindakan tit-for-tat yang langka. Namun, sejauh ini Korea Utara tidak memberikan reaksi apa pun. (Gilang Perdana)
yang saya heran soal kasus korsel ini sih satu, kalau misal heli tempur yang dikerahkan korsel itu md-500, kenapa ngga pake stinger aja buat nembak dronenya, apache juga bisa pake rudal stinger
Hermann Göring bilang ” udah pake Fliegerabwehrkanone 88….”
Sepertinya bukan masalah persenjataan tp sistem deteksi dini dan reaksi yg gagal
radar susah nangkap drone yang kecil dan terbang sangat rendah.
Radar Thomson TRS 2215/2230 TNI-AU buatan era 80-an dan Plessey era 90-an dijamin tak dapat mendeteksinya, karena hanya mampu mendeteksi obyek sebesar 3 meter, itupun pada jarak yang sangat dekat sekitar 50 km
jadi canggihnya suatu radar tidak hanya pada daya jangkauan yang jauh. tapi pada kemampuan deteksi obyek rcs rendah macam rudal, drone atau pesawat siluman
Latihan terbaik setelah semua senapan mesin berat atau kanon multi laras Korsel disiapkan adalah pas pergantian perayaan tahun baru, bisa tembak kembang api yang diluncurkan ke atas bisa hambur2kan amunisi sekalian meramaikan suasana langit, kan bisa jadi drone Korut juga beraksi lagi toh terkamuflase tertutup dengan cahaya2 kembang api, di lapak sebelah para jenderal Korut bilang titik utama koordinat di Korsel sudah berhasil dipetakan dengan tepat.