Lindungi Obyek Vital di Pusat Kota, Korea Selatan Tempatkan Kanon M167 Vulcan di Rooftop
|Banyak cara untuk melindungi obyek vital (obvit) di pusat kota, salah satunya di lini artileri pertahanan udara (arhanud) dengan menempatkan alutsistanya di atap gedung pencakar langit. Dengan penempatan rudal atau kanon hanud di puncak gedung (rooftop), maka satuan tembak (satbak) dapat mempunyai sudut pemantauan dan tembakan yang lebih luas guna melindungi obvit.
Baca juga: Amankan Asian Games 2018, Tiga Satbak Rudal Mistral dan Satu MCP Lindungi Kawasan GBK
Contohnya saat perhelatan Asian Games 2018 di Jakarta, Batalyon Arhanudse 10 Agni Buana Cakti TNI AD diketahui menyiapkan tiga satbak rudal Mistral Atlas dan satu unit Mistral Coordination Post (MCP) yang digelar guna melindungi kawasan strategis Gelora Bung Karno (GBK). Tiga satbak Mistral Atlas ditempatkan di puncak gedung pencakar langit dan ketiga satbak di setting untuk memberikan parameter pengamanan pada area GBK.
Serupa dengan yang dilakukan Arhanud TNI AD di kawasan GBK, dari Negeri Ginseng diwartakan model pertahanan udara yang mirip juga digelar di gedung tinggi di pusat kota Seoul. Tapi berbeda dengan senjata yang digelar oleh Arhanud TNI AD, maka Angkatan Darat Korea selatan menempatkan kanon hanud jenis M167 Vulcan – VADS/Vulcan Air Defense System.
Sebagai kanon jenis tarik (towed), M167 Vulcan dibawa ke rooftop menggunakan sling pada helikopter UH-60 Black Hawk. M167 Vulcan sendiri bukan jenis senjata baru, yaitu dirancang oleh Rock Island Arsenal pada periode 1964-1965 dan masuk operasional AD Amerika Serikat pada tahun 1967. Sebagai kanon enam laras putar (gatling gun), basis yang digunakan adalan kanon M61 Vulcan 20×102 mm – yang tak lain adalah jenis kanon organik yang terpasang di F-16 Fighting Falcon.
Meski tupoksinya sebagai kanon hanud, M167 juga ideal untuk melibas sasaran di permukaan dan jenis kanon ini masih laris dipasang di berbagai ranpur dan rantis. Seperti penempatan M167 di Toyota Land Cruiser oleh milisi Houthi di Yaman, sampai pemasangan kanon ini di ranpur BTR-152 oleh militer Sudan.
AD AS pada tahun 1994 telah menggantikan peran M167 dengan peluncur rudal M109 M1097 Avenger, namun varian naval dari kanon ini, yaitu Phalanx CIWS (Close In Weapon System), sampai saat ini masih laris digunanakan oleh AS dan beberapa negara.
Di luar AS, rupanya Korea Selatan berhasil memproduksinya, yaitu dibuat secara lisensi oleh Daewoo dengan total produksi mencapai 150 unit. Di luar itu, populasi M167 produksi AS mencapai 626 unit dan tersebar di beberapa negara.
Dari sisi kinerja, M167 Vulcan punya kecepatan tembak di rentang 1.000-3.000 proyektil per menit. Sementara jangkauan tembak efektif untuk sasaran udara sejauh 1.200 meter, dan untuk sasaran di permukaan 2.200 meter. Dalam konsol kanon, terdapat radar yang membantu penargetan secara manual. Sudut elevasi laras -5 sampai 80 derajat dan putaran traverse 360 derajat.
Baca juga: Dilirik Indonesia, Inilah Sosok Kanon Hanud Self Propelled KORKUT Kaliber 35mm
Secara umum, M168 Vulcan punya bobot 1.558 kg, dan untuk menunjang mobilitas kanon ini umumnya ditarik rantis berpenggerak 4×4 atau 6×6. (Bayu Pamungkas)
Ga bakal nembus MBT modern mau sampai 10 ribu peluru pun ga yakin lecet cat MBT nya. Atau sekelas hummve jg bisa nahan kaca depannya. Wong buat nembak alumunium alias bahan pesawat helikopter
Korsel ibukotanya dekat banget sama garis paralel 38,rudal jarak menengah dari pyongyang saja cukup buat meratakan seoul
Jika yang ditujunya obvit di kawasan ibu kota, sementara ini kita hanya memiliki beberapa varian payung udara range short dan 1 varian untuk range medium.
Jika radar kita dapat menangkap object terbang yang melintas memasuki wilayah udara kita, seharusnya dengan system short dan medium untuk sementara ini masih ada kesempatan untuk menangkis serang artileri ataupun rudal yang ditembakan dari jarak jauh.
Pertanyaannya apakah sang operator berani mengeksekusi memencet tombol lunch jika terditeksi benda asing di wilayah udara kita?
Karena selama ini kita belum teruji untuk ancaman serangan dari rudal ataupun roket dari luar.
Jikapun ada object asing yang di tangkap radar, kita selalu mengerahkan pespur untuk mengenali objeject tersebut.
Untuk range short, selain Mistral Atlas, kita juga menerapkan Skyshield yang dapat mobile guna melindungi obvit di kawasan ibu kota dan juga wilayah lainnya.
Slow but sure, semoga saja 3 matra kita dapat saling melengkapi payung udara untuk obvit diseluruh Nusantara kita.
Masih mending rudal panggul, apalagi yang bisa di reload.
tapi untuk menyerang kota, musuh tidak akan sebodoh itu mengirim pesawat pembom atau helikopter. Serangan pertama akan dilakukan dengan artileri, terutama rudal atau roket jarak jauh dengan dukungan rudal BVR dari serombongan pesawat tempur. barulah setelah pertahanan kota melemah dan udara dikuasai, infantri akan maju.
Jadi inget Flak 88, btw masangin Canon diatas gedung emangnya masih jaman ya?
manual nya pakai radar moto ya ….tp ya lumayan juga buat narget mobil-mobil yang di curigai bawa bom.