Rayakan Ulang Tahun Ke-10, Kapal Induk Cina Liaoning Tampil dalam ‘Beast Mode’ untuk Pertama Kali
|Minggu, 25 September 2022, menjadi hari yang bersejarah bagi Angkatan Laut Cina, pasalnya kapal induk pertama AL Cina, Liaoning (16) Type 001 telah mencapai usia 10 tahun dalam penugasan. Kilas balik ke sejarahnya, Liaoning resmi masuk ke arsenal armada Cina pada 25 September 2012. Berasal dari platform Kuznetsov Class yang dibangun pada era Uni Soviet, kapal induk ini telah dibangun kembali oleh Dalian Shipbuilding Industry sejak tahun 2002 dan tuntas dimodifikasi pada tahun 2011.
Dan di momen ulang tahun ke-10, Angkatan Laut Cina secara khusus merayakan momen ini dengan menampilkan ‘Beast mode’ – yakni penggelaran kekuatan secara penuh jet tempur dan helikopter di dek kapal induk, dengan tujuan memperlihatkan kokohnya postur elemen udara yang terdapat pada kapal induk yang berbobot penuh 60.900 ton itu.
Dikutip dari eurasiantimes.com (27/9/2022), disebutkan dalam Beast mode, untuk pertama kalinya Liaoning diperlihatkan membawa 24 unit jet tempur Shenyang J-15 Fei Sha (Flying Shark), yang tak lain merupakan jumlah terbesar J-15 yang pernah dilihat oleh publik. Dalam aspek taktis, Beast mode bisa juga isyarat yang menunjukkan bahwa Cina telah memperoleh kemahiran dalam operasi kapal induk dan dapat segera melakukan Sortie Generation Rates (SGR) yang tinggi.
The deck of the Liaoning carrier CV-16 is full of J-15 fighter jets pic.twitter.com/BIXysjo9v6
— 彩云香江 (@louischeung_hk) September 25, 2022
Selain jet tempur J-15, nampak di dek juga terdapat dua unit helikopter anti-kapal selam dan peringatan dini Changhe Z-18J AEW dan satu helikopter SAR Z-19, menjadikan total gabungan dari semua wahana yang diparkir di dek penerbangan Liaoning menjadi 27 unit.
Selain pamer kekuatan tempur pada Liaoning, kondisi dek penuh pada kapal induk juga memiliki makna taktis dan strategis. Keadaan penuh (jet tempur) menandai dapat dibagi menjadi dua gelombang serangan. Garis merah pada gambar memproyeksikan gelombang pertama, 12 unit J-15. Kemudian kanan adalah gelombang kedua, dengan 12 unit J-15.
Dengan demikian 24 unit J-15 dapat lepas landas dalam dua gelombang dalam waktu satu setengah jam, melakukan intersepsi udara sekitar 400 kilometer, atau mencapai target laut sekitar 600 hingga 1.000 kilometer jauhnya, dan kemudian mendarat kembali secara berurutan di kapal induk. Menyerang target di laut juga akan membutuhkan dua hingga empat J-15 untuk penutup udara/pertahanan udara integral, disertai dengan helikopter SAR dan helikopter peringatan dini.
Dengan konfigurasi di atas, Liaoning dapat mengirim serangan gelombang pertama delapan hingga sepuluh J-15, diikuti oleh gelombang kedua dengan jumlah yang sama, dengan setiap gelombang serangan meluncurkan 16 sampai 32 atau 20 – 40 rudal jelajah anti kapal YJ-83.
Untuk meningkatkan jangkauan dan endurance, armada J-15 dapat didukung oleh dua hingga empat J-15 yang membawa pod pengisian bahan bakar dengan teknik buddy to buddy air refueling.
Seorang pensiunan penerbang Angkatan Laut India mengatakan bahwa sorti maksimum pesawat tempur yang dibawa oleh kapal induk tidak selalu diimbangi oleh awak dek yang dapat dengan cepat ‘memulihkan’ pesawat yang mendarat dan memarkirnya tepat waktu.
“Dengan demikian, kemungkinan 24 pesawat tempur tidak dapat diluncurkan dalam waktu singkat selama operasi yang sebenarnya. Akan menjadi terlalu berisiko ketika semua pesawat ini perlu mendarat kembali di kapal dan jika pesawat yang telah mendarat sebelumnya masih menempati dek penerbangan dan belum pulih dan diparkir,” ujar mantan penerbang India tersebut.
Pada awalnya, Liaoning hanya membawa satu atau dua jet tempur, kemudian meningkat menjadi 5, 8, 13, dan sekarang 24 jet tempur Shenyang J-15, yang merupakan jumlah maksimum jet tempur J-15 yang dapat dibawa Liaoning dalam sekali berlayar. (Gilang Perdana)
@topi: Indonesia punya banyak LPD yg bisa dipake sebagai kapal induk mini dg menempatkan drone amfibi atau bahkan F-35 B diatas LPD Banjarmasin class. Mungkin hanya 2-3 unit yg bisa ditempatkan, tapi dg senjata anti kapal dan atau sebagai superioritas udara terbatas maka Indonesia bisa memiliki kemampuan kapal induk yg sebenarnya.
Semua sengketa bisa diselesaikan dengan diplomasi katanya wkwkwk
WOW untuk sekelas asia. india,korsel,mungkin akan menyusul,sedang indonesia masih menggunakan rakit bambu dan masih terbuai dlm mimpi kehebatan masa lalu
Ane sangat setuju dengan analisis dari analis India ini. Dilihat dari foto atas Liaoning sangat jelas bahwa dgn sortie yg cepat, 24 unit terlalu banyak untuk ditempatkan diatas geladak Liaoning, akan sangat tepat jika ditempatkan 12-16 unit. Dan dengan jumlah senjata anti kapal yg ditargetkan bisa dibawa, maka Liaoning hanya akan berperan sebagai kapal induk pertahanan layaknya doktrin Uni Soviet dalam pengerahan kapal induk, membawa rudal anti kapal yg cepat untuk kemudian balik ke kapal induk. Dengan Jumlah tersebut takkan cukup untuk menghadapi 1 kapal induk Nimitz class, butuh dua kapal induk Liaoning sebagai penyerbu dan pengawal. Apalagi jika lawannya adalah F-35, China takkan punya kesempatan untuk menang baik dalam serbuan maupun dalam superioritas udara di peperangan laut apabila kedua kekuatan angkatan laut USA dan China bentrok.
Kita belum tau kemampuan Type 003 Fujian, apalagi Type 004 yg bertenaga nuklir milik China, tapi itu takkan lebih dari 32 pespur jika harus mengakomodir pesawat AEW KJ-600 dan helikopter yg ada. Tapi memang China sudah mengembangkan rudal jelajah hipersonik yg bisa menjadi game changer untuk saat ini sampai US Navy melengkapi armada mereka dg rudal hipersonik dan khususnya sistem anti rudal Hipersonik. US Navy sudah memiliki SM-3 dan SM-6 sebagai penangkal, tinggal mendaya gunakan sistem jaringan satelit radar untuk memantau pergerakan seluruh rudal yg meluncur di muka Bumi. Bisa jadi Space X lewat satelit Starlink bisa dimanfaatkan untuk kepentingan deteksi dini selain sebagai broadband Internet.