Polandia dan Korea Selatan Rancang Ranpur IFV dari Sasis Self Propelled Howitzer K9 Thunder
Self propelled howitzer (SPH) tracked – roda rantai K9 Thunder 155 mm pamornya telah mendunia. Selain digunakan Korea Selatan, K9 Thunder dikenal laku keras dengan ekspor ke Estonia, Turki, Finlandia, India, Norwegia, Polandia dan dalam pesanan ke Mesir, Australia serta Rumania. Terkhusus ke negara yang membeli dalam jumlah besar, K9 Thunder diproduksi secara lisensi terkait dengan alih teknologi. Dan ada kabar terbaru dari Polandia yang memborong alutsista besar-besaran dari Negeri Ginseng.
Polandia dikabarkan bermitra dengan Korea Selatan untuk mengembangkan ranpur lapis baja di segmen IFV (Infantry Fighting Vehicle) yang mencomot sasis SPH K9 Thunder. Pada 14 Agustus 2023, Kementerian Pertahanan Polandia mengumumkan melalui akun Twitter, mengenai perjanjian penting dengan sektor pertahanan Korea Selatan.
Mengutip informasi yang dirilis oleh Kementerian Pertahanan Polandia, IFV dengan sasis K9 Thunder akan dilengkapi dengan modul turret RCWS (remote control weapon station) ZSSW. Turret ZSSW-30 dikembangkan oleh Huta Stalowa Wola (HSW), perusahaan pertahanan dari Polandia dan WB Electronics. Awalnya, kubah ZSSW-30 dijadwalkan untuk dipasang pada ranpur APC/IFV Rosomak 8×8.
Turret dilengkapi dengan kanon Bushmaster Mk 44/S kaliber 30 mm, yang mampu menembakkan airburst ammunition (ABM). Selain itu kanon dapat ditingkatkan menjadi kaliber 40 mm. Rurret ZSSW juga dilengkapi senapan mesin koaksial 7,62 mm dan dua peluncur rudal anti tank Spike. Meningkatkan kemampuannya lebih jauh, turret mengintegrasikan sistem pengendalian tembakan canggih dengan pelacakan otomatis dan sistem optronik ganda, melayani penembak dan komandan, serta menawarkan solusi hunter-killer/killer-killer solution.
Selain digunakan untuk pengembangan IFV, Polandia juga menjadikan sasis K9 sebagai basis rancangan untuk Krab – self propelled howitzer155 mm yang akan diproduksi di dalam negeri.
Memanfaatkan sasis SPH K9 sebagai basis pengembangan IFV menawarkan beberapa keuntungan. Pertama, K9 memiliki rekam jejak yang terbukti, telah diekspor ke berbagai negara dan mengalami situasi pertempuran nyata (battle proven). Keandalan dan daya tahannya yang mapan akan memberikan titik awal yang solid untuk IFV. Selain itu, dengan menggunakan sasis bersama untuk artileri dan IFV, operator dapat memanfaatkan kesamaan suku cadang.
Perampingan ini dapat membuat logistik, pemeliharaan, dan pelatihan menjadi lebih efisien dan konsisten. Desain yang melekat pada K9 memberikan tingkat perlindungan lapis baja yang kuat, yang secara alami akan menguntungkan infanteri yang ditempatkan di dalamnya.
Selain itu, mesin K9 yang kuat, awalnya dimaksudkan untuk mengangkut artileri berat dengan cepat, menawarkan peningkatan mobilitas ke varian IFV, membuatnya cepat di medan perang. Terakhir, dari sudut pandang fiskal, memanfaatkan platform yang ada untuk desain rampur baru dapat menghasilkan penghematan biaya yang signifikan, karena biaya penelitian dan pengembangan dasar telah dikeluarkan.
Dapur pacu K9 disokong mesin MTU 881 buatan Jerman, yang dipadukan dengan sistem transmisi otomatis Allison ATDX 1100-5A3 dengan empat gigi maju dan dua gigi mundur. Paduan mesin dan transmisi mampu menyemburkan daya 1.000 hp, sementara kecepatan maksimum di jalan raya dapat digeber hingga 67 km per jam.
Dengan kapasitas bahan bakar penuh, K9 Thunder dapat melaju hingga 480 km. Dengan diadopsi untuk IFV, maka kinerja mesin boleh jadi akan lebih optimal, pasalnya bobot IFV yang lebih ringan self propelled howitzer. (Gilang Perdana)
Mas Kabeerje,
Masalahnya apakah kita memang mau borong alutsista yang itu.
Yang jelas bakal diborong itu sistem rudal pertahanan udara jarak pendek semacam Starstreak dan Mistral untuk AD dan marinir karena kita masih kurang banyak.
Misal kita borong ginseng besar-besaran kira2 dapat apa kita2 ya, apakah howitzer K9 atau CIWS K30 Biho buat eliminir drone dan heli.