Polandia Borong Senjata Besar-besaran, Korea Selatan Raih Penjualan Alutsista Terbesar Sepanjang Sejarah
|Buntut dari meletusnya konflik bersenjata adalah meningkatnya anggaran pertahanan pada satu atau beberapa negara yang terkait. Seperti pada konflik Rusia versus Ukraina, banyak negara barat dan NATO yang terpaksa mendongkrak budget pertahanannya untuk pengadaan alutsista baru. Dan bagi manufaktur persenjataan, hal tersebut menjadi momen emas untuk menawarkan produknya ke negara yang dimaksud. Dalam hal ini, ada kabar bahwa Korea Selatan berhasil meraih top score dalam kontrak pengadaan alutsista.
Dikutip dari DefenseNews.com (25/7/2022), disebutkan bahwa Negeri Gingseng berhasil menorehkan rekor penjualan ekspor alutsista terbesar sepanjang sejarah, yakni Korea Selatan dan Polandia telah menyepakati pengadaan alutsista besar-besaran, berupa 180 unit Main Battle Tank (MBT) K2 Black Panther, 48 unit jet tempur ringan FA-50 Fighting Eagle dan 670 unit Self Tracked Propelled Howitzer K9 Thunder. Chun In-Bum, pensiunan letnan jenderal Korea Selatan dan mantan kepala pasukan operasi khusus menyebutkan, bahwa kesepakatan itu mencapai lebih dari US$14,5 miliar.
Masih dari sumber yang sama, dikatakan latar belakang pengadaan alutsista besar-besaran karena Polandia ingin mengganti senjata yang telah dikirimkan ke Ukraina untuk melawan Rusia.
“Ini adalah penjualan tunggal terbesar senjata Korea sejauh ini,” kata Chun. Ia menambahkan, “K9 adalah sistem artileri swagerak terbaik di dunia yang hanya bisa disaingi oleh sistem buatan Jerman. Sementara FA-50 adalah versi tempur dari T-50 yang telah mendapatkan reputasi sebagai jet latih tempur. Dan MBT K2 dalam versi terbarunya akan lebih baik dari apa pun yang dimiliki Korea Selatan hingga saat ini.” Bahkan, ada keinginan di masa depan, Polandia mengakuisisi hingga 1.000 unit MBT K2.
“Di antara negara-negara Eropa NATO, Polandia akan memiliki pasukan darat terkuat,” kata Wakil Perdana Menteri dan Menteri Pertahanan Polandia, Mariusz Błaszczak. Keputusan dipilihkan Korea Selatan juga terkait kebutuhan operasional dan industri. Di satu sisi, militer menginginkan pengadaan alutsista yang relatif cepat, sedangkan industri menginginkan pengembangan di dalam negeri. “Dan dipilihkan Korea Selatan adalah win-win solution untuk kedua kelompok (militer dan industri),” kata Błaszczak.
K2 Black Panther
Dibuat oleh Hyundai Rotem, MB ini jelas bukan kaleng-kaleng. Telah diproduksi lebih dari 100 unit untuk AD Korea Selatan, Black Panther diketahui menjadi platform desain yang digunakan pada MBT buatan Turki, Altay.
K2 Black Panther mengusung meriam Hyundai WIA CN08 kaliber 120/55 mm smoothbore gun, dimana kapasitas pada kubah dapat dimuati 40 munisi. K2 Black Panther sudah menggunakan teknologi autoloader, sehingga jumlah total awaknya hanya tiga orang – commander, gunner dan driver. Black Panther punya bobot penuh 61 ton, tank kebanggaan Korea Selatan ini punya panjang 10,8 meter, lebar 3,6 meter dan tinggi 2,4 meter.
FA-50 Fighting Eagle
Meski desain dan rancangan FA-50 hampir sama persis dengan T-50i, namun untuk urusan jeroan, FA-50 jauh lebih komplit dan lethal. Oleh pihak Korea Aerospace Industries (KAI), FA-50 sedari awal memang didapuk untuk memenuhi persayaratan jet tempur ringan di seluruh dunia. KAI juga menyebut, sistem radar yang digunakan FA-50 punya kemampuan deteksi dengan KF-16, alias F-16 Fighting Falcon lansiran Korea selatan.

Baca juga: Dibeli Mesir, K9 Self Propelled Howitzer Korea Selatan Tembus Pasar Afrika
K9 Thunder
Dibuat oleh Hanwha Defense, K9 Thunder menawarkan sistem self propelled howitzer dengan kaliber 155 mm. Dirunut dari sejarah pengembangannya, K9 mengambil rancangan M109, self tracked propelled howitzer rancangan AS yang saat ini digunakan oleh Armed TNI AD. K9 Thunder terbilang sukses dalam hal ekspor, terbukti platform K9 telah meraih kontrak pengadaan untuk militer Australia dan Mesir. (Gilang Perdana)
FA/T-50 punya reputasi kecelakaan 4 kali…
US$ 14,5 miliar? Gak kemahalan tuh min? Bisa dapet 30 iver huitfeldt class atuh itu duid bahkan lebih🤤 kena pelet itu polandia🤣
habis berapa T tuh?
T50 kita terlalu diforsir dipaksa kerja melebihi kemampuannya disuruh terbang ke Tarakan, ke Biak, ke Kupang. Itu walau masih baru berapa tahun tapi jam terbangnya sudah tinggi. Coba lihat itu punya Filipina, punya Irak mana ada yang jatuh. Yang punya Korsel pun jatuh karena diforsir disuruh terbang ke Singapur. Makanya harusnya kita punya 8 skuadron TA/FA50 agar pesawat T50 kita nggak terlalu diforsir terlalu jauh terbangnya.
Andaikan pesawat tempur latih T/A 50i Golden Eagle TNI AU memiliki fitur pengisian bahan bakar di udara, kaya pesawat tempur M346 master Italia bisa terbang jauh bisa bertambah, gk harus turun dulu isi avtur 😌
Usd 14,5 billion bisa untuk pengadaan 6 unit Sejong class destroyer lumayan untuk flag ship pengganti van speijk class.
Dalam MEF pespur FA-50 itu 2 skadud TNI AU untuk CAS & LIFT ditambah lagi 2 ska wing hanud Kohanudnas buat low level & speed interceptor
Yang kita punya cuma 1 skadud. Tak bisa dibayangkan 1 ska pespur harus mengerjakan yang seharusnya dilakukan oleh 4 ska
Jam terbang TA-50 TNI AU tertinggi dari semua operator T/TA/FA-50 di dunia bisa 3-4 kali lipat.
Masalah kita ini ganti kepemimpinan termasuk Menhan, Panglima TNI & Kasau langsung ganti kebijakan
12 FA-50 buat Skadud 12 & 24 FA-50 buat Kohanudnas akhirnya nihil
Bukannya mesinnya sama kel f16 y? Kalau jauh gpp dong harusnya…..
Semoga kedepan tak ada lagi T50 kita yang jatuh
@ayamjago Betul bang setuju,,setiap ganti pemimpin kebijakan koq seringnya berubah,nggak selaras,,
Setuju bung Ayam Jago, mestinya dilanjutkan utk pengadaan 36 unit FA 50 utk Skadud 12 Dan Kohanudnas.
Tapi duitnya yg cekak, masih harus biayai pengadaan Rafale yg 42 unit Dan bayar program IFX-21 Boramae pulak…