Open Sale! Inggris Jual Frigat Type 23 Duke Class, Bisa Jadi Opsi Saat Menunggu Pembangunan Frigat Arrowhead 140
Tak sedikit warganet Indonesia yang kaget saat mengetahui untuk mengakuisisi kapal perang (baru) sekelas frigat membutuhkan waktu 4-5 tahun. Belum lagi, saat diluncurkan sang frigat masih dalam kondisi kosongan, alias tanpa bekal persenjataan yang lengkap, maklum kontrak pengadaan persenjataan dan sensor terpisah dalam skema FBNW (Fitted But Not With).
Sebagai ilustrasi, saat peluncuran frigat KRI I Gusti Ngurah Rai 332 yang berlangsung 29 September 2016, maka baru pada 2 November 2020, paket persenjataan dan sensor di frigat produksi PT PAL Indonesia itu dinyatakan lengkap. Itu artinya butuh lima tahun sejak kapal diluncurkan dari galangan sampai dinyatakan kapal dinyatakan siap tempur, yakni dengan terpasangnya meriam OTO Melara 76 Super Rapid, kanon CIWS Oerlikon Millenium 35 mm buatan Rheinmetall Defence, rudal anti kapal MM40 Block 3 Exocet, rudal anti pesawat VLS Mica dan 2x tripletube torpedo 324 mm.
Dalam konteks pembangunan frigat Arrowhead 140, bila kontrak efektif telah ditandatangani, maka sesuai informasi dari PT PAL dibutuhkan waktu 69 bulan untuk membangun unit perdananya. Dan tentunya, frigat Arrowhead 140 dibangun dengan skema FBNW, yang artinya belum tentu saat diluncurkan kapal perang ini sudah dalam kondisi siap tempur.

Waktu penantian yang tidak sebentar, sementara eskalasi di Laut Natuna Utara bisa berubah cepat, maka opsi pengadaan kapal perang (frigat) bekas pakai masih layak dipertimbangkan. Tentu ada plus minus dan pro kontra pada opsi pembelian kapal perang bekas pakai, bila diambil sisi positifnya, kapal perang yang dimaksud bisa didatangkan dalam tempo relatif cepat (setelah rekondisi), dan biasanya (tergantung negosiasi bilateral) kapal perang yang dimaksud bisa didatangkan dengan persenjataan lengkap, atau minimal peluncur rudal sudah tersedia. Lewat pelatihan awak yang intensif, saat kapal tiba di Indonesia, bisa langsung siap beroperasi ke garis depan.
Dan ‘mumpung’ delegasi pertahanan Indonesia yang dipimpin Menteri Pertahanan Prabowo Subianto sedang berada di Inggris, yakni menghadiri Defense and Security Equipment International (DSEI) 2021 di London dan seremoni penandatangan Licence Agreement pembangunan frigat Arrowhead 140 (16/9), maka idealnya bisa dilakukan peninjauan untuk potensi membeli frigat bekas pakai Angkatan Laut Inggris.
Merujuk informasi dalam brosur Defence Equipment Sales Authority (DESA) edisi September 2021, selain mencantumkan armada C-130J Super Hercules yang mau dijual, faktanya Kementerian Pertahanan Inggris juga tengah menawarkan frigat Type 23 – Duke Class. Naval-technology.com (23/3/2021) menyebutkan ada dua frigat Type 23 yang akan dipensiunkan AL Inggris. Yang pertama HMS Monmouth F235 – akan dipensiunkan pada akhir tahun 2021, kemudian yang kedua HMS Montrose F236 – akan dipensiunkan pada tahun 2022 setelah kembali dari penempatan di Timur Tengah.

Sekilas tentang frigat Type 23, masuk kualifikasi anti-submarine warfare frigate yang dibangun Yarrow Shipbuilders dan Swan Hunter. Jumlah populasi frigat ini mencapai 16 unit, dengan 1 unit sudah dipensiunkan. Saat ini 12 unit Type 23 masih dioperasikan AL Inggris dan 3 unit lainnya dioperasikan AL Chili. Sebagai catatan, Chili membeli frigat Type 23 berasal dari bekas pakai AL Inggris.
Frigat Type 23 punya bobot 4.900 ton, sementara panjangnya 133 meter, lebar 16 meter dan disokong propulsi Combined diesel-electric and gas (CODLAG). Kecepatan maksimum frigat ini 28 knots dan dapat menjelajah 14.000 Km pada kecepatan ekonomis 15 knots.
Bekal persenjataan yang dibawa Type 23 jelas ‘bukan kaleng-kaleng,’ jadi andalan AL Inggris, frigat ini punya banyak list persenjataan. Untuk lini rudal, ada rudal hanud Sea Captor – 1 × 32-cell Sea Ceptor GWS 35 Vertical Launching System (VLS) canisters for 32 missiles (aslinya Type 23 membawa rudal hanud Sea Wolf). Kemudian ada rudal anti kapal 2 × quad Harpoon launchers.
Bekal meriam/kanon yang melekat ada 1 × BAE 4.5 inch Mk 8 naval gun dan 2× kanon DS30M Mk2 kaliber 30 mm. Meladeni peran anti kapal selam ada 2 × tripletube (324 mm) Sting Ray torpedo. Masih masuk dalam paket penggelaran, umumnya helikopter yang dibawa frigat ini adalah AW159 Wildcat.
Terkhusus HMS Monmouth F235, diluncurkan 23 November 1991 dan masuk kedinasan AL Inggris pada 24 September 1993, dan HMS Montrose F236 diluncurkan 31 Juli 1992 dan masuk kedinasan AL Inggris pada 2 Juni 1994.
Melirik kapal perang bekas pakai sebelumnya sudah dilakukan, pada September 2020 santer berita pihak Indonesia sedang meninjau frigat Bremen Class untuk persyaratan Interim Readiness Frigate (IRF). Lantaran tinggal tersisa satu unit Bremen Class yang aktif – F214 Lübeck, maka pertaruhan Indonesia jika benar-benar ingin membeli adalah pada frigat yang akan dipensiunkan AL Jerman pada tahun 2021 tersebut. Tapi belakangan kabar itu pupus, seiring AL Jerman yang membatalkan rencana pensiun F214 Lübeck.
Baca juga: Duh.. AL Jerman Batal Pensiunkan Frigat Bremen Class – F214 Lübeck
Bagi Indonesia, mengakuisisi kapal perang bekas pakai AL Inggris bukan cerita baru, pada awal dekade 80-an TNI AL pernah diperkuat tiga unit frigat Tribal Class eks Perang Malvinas. Bahkan Tribal Class menorehkan sejarah penting bagi perkembangkan sistem senjata terpadu di kapal perang TNI AL, pasalnya lewat Tribal Class, TNI AL untuk pertama kalinnya mengoperasikan rudal hanud di kapal perang (Sea Cat) dan untuk pertama kalinya juga TNI AL mengoperasikan helikopter anti kapal selam (Westland Wasp) yang on board di atas kapal perang. (Haryo Adjie)
Jika benar kita jadi mengakusisi FREMM, Type-31 dan FFM + Maestrale class dan kaprang hibah dari Inggris, maka untuk urusan kapal permukaan TNI AL akan naik lavel dari segi kualitas dan kuantitas.
Selanjutnya adalah minimnya alusista kapal dibawah permukaan laut kita.
Semoga saja kita membeli 6 unit kasel pesanan Ausie yang dibatalkannya.
Untuk urusan kasel kita sangat urgent, terlebih lagi kasel yang di batalkan tersebut adalah kasel kelas serang desain nuklir Barracuda.
Dengan harga 25 miliar dollar Amerika, kapal selam tersebut sepenuhnya dibangun di Indoneaia.
Meskipun harga perunitnya lebih mahal dari kasel kelas Changbogo 330 juta dollar Amerika, dengan 4.167 miliar dolla Amerika per unitnya, kita memiliki kasel dengan panjang 99,5 meter dan lebar 8,8 meter dengan berat 4.765 ton, kapal selam ini kemampuan AIP serta dapat memiliki kemampuan untuk serangan darat dan juga memiliki kemampuan untuk mengirim Dry Deck Shelter (DDS) untuk penyebaran komando bawah laut, kapal selam mini, dan drone.
Kasel serang ini mengutamakan daya tahan, jarak tempuh, dan keunggulan akustiknya.
satu unit Barakuda terdiri atas 350.000 komponen, sementara pesawat raksasa Airbus A380 cuma terdiri atas 100.000 komponen, yang dapat menjadi ToT untuk next kasel kita.
Ada kualitas ada harga.
Ada yang versi “PAHE”nya dengan submarine-launched ballistic missiles (SLBM) sudah dilengkapi peluncur rudal balistik VLS (Vertical Launching System) yaitu Kapal selam Changbogo-III dengan harga perunitnya -+ dengan harga 924 juta dollar Amerika.
Dengan memiliki panjang 83,3 meter dan lebar 9,6 meter, dengan berat 3.358 ton saat muncul di permukaan dan 3.705an mampu membawa 50 awak kapal untuk melakukan operasi bawah laut selama 20 hari penuh tanpa naik ke permukaan.
Akan tetapi tidak memiliki kelebihan lainnya dari kasel made in Pranvis yang dibatalkan Ausie.
Kalau musti beli sudah jelas ‘Hell No!!!’ beda ceritanya kalau dihibahkan–yah itung² jatuhnya ng-outsourcing TNI-AL buat jasa keamanan ngejaga kawasan biar makin kondusif. Kalau gak hibahkan tuh kaprang ke negara persemakmuran buat nongki di LCS jadi IDN untuk sementara bisa woles dulu sambil nunggu orderan kaprang masuk layanan tugas.
Lagian juga sarana×prasarana di PAL belum cukup memadai aka. mumpuni dah mau ngehandle semuanya kecuali beban kerja sebagian di maklon ke galangan kaprang lokal/swasta dibawah supervisi–yang paling ideal tuh bikin semua modul di GBP dan kita kirim se-bagian/luruh buruh PAL buat ng-bantuin kirim modul trus kita rakit di PAL atau buruh asal GBP suruh bantu² di PAL biar kerjaan cepet kelar sebelum deadline
FREMM jadi g sih?
Jangan lupa eurofighter typhoon tr 1 yg juga dipensiunkan mamak Eli..lumayan masih 40% pemakaian
Lebih baik puasa 2 – 3 tahun dengan tidak membeli alusista kaprang, kasel ataupun pespur apapun, dananya dikumpulkan, lalu membeli alutista dengan kualitas dan kuantitas yang sudah terbaik dengan jaminan ToT yang jelas.
Contoh baru² ini adalah negara India, ketika negara lain berharap untuk mendapatkan F-15EX, negara India malah mendapatkan kontrak untuk memproduksi kompnen F-15EX.
Road map kita selalu berubah dengan alasan beragam.
Kondisi negara kita sedang tidak bertentangan seperti India dengan Cina, ataupun sepert Korea Selatan dengan Cina, tapi mereka mampu mendapatkan item Transfer of Technelogy (ToT) dari negara pemilik lisensi besar seperti Amerika, Rusia, Prancis dan negara lainnya.
Jika hasil kekayaan alam di laut kta bernilai tinggi, kenapa kita pelit menginvestasikan untuk pembelian alutista yang terbaik dengan road map yang mapan dan terperinci.
Sudah saatnya kita berani untuk melangkah dengan jalan dan tujuan yang benar serta ebih dari sekedar niat dan janji belaka.
Kita membeli alutista terbaik bukan untuk intervensi ataupun invasi negara manapun, karena semua alutista kita diperuntukan hanya untuk menjaga kedaulatan bangsa dan negara.
Jangan sampai terulang kembali jika terjadi penggantian pemimpin negara, ataupun mentri pertahanan dan juga panglima kita berserta kepala staf maka rencananya selalu berubah.
1 hal yang perlu kita ketahui dalam dunia militer adalah setiap waktunya pasti akan berkembang karena ada unsur teknologi didalamnya.
Semoga Pak Menhan tahu akan hal tersebut dan segera mengkomunikasikan dengan Kementerian keuangan … walaupun disetujui tetap juga menunggu minimal satu tahun (jika yang dibeli pensiun tahun 2021 berarti paling cepat akan diterima tahun 2023; karena perlu pemeliharaan dan peningkatan terlebih dahulu)
Jangan samakan India dg Indonesia Dhek, udah beda gede di GDP, persentase budget pertahanannya juga beda. India 2,9% kalo Indonesia 0,89%. Kalo Indonesia mau kuat, minimal anggaran pertahanannya harus 10% dari GDP atau 5% kalo mau nyaingin anggaran India.