KongDi (KD)-88 – Rudal Anti Kapal High Subsonic di Pembom Tempur Xian JH-7A Flying Leopard
Ketika Amerika Serikat dan NATO punya rudal anti kapal yang diluncurkan dari jet tempur, seperti AGM-84 Harpoon dan AM-39 Exocet, maka Cina yang punya ambisi ekspansi dan potensi konflik dengan negara-negara di kawasan sengketa Laut Cina Selatan, juga telah mempersiapkan rudal anti kapal yang bisa diluncurkan dari platform jet tempur dan pembom. Salah satunya adalah KongDi (KD)-88, yang belum lama ini dipamerkan sebagai kelengkapan senjata pada pembom tempur JH-7A Flying Leopard.
Dari postingan akun Twitter @EK_Valensvek, diperlihatkan JH-7A Flying Leopard dalam demo statis pada Changchun Airshow. Baik JH-7A dan rudal anti kapal KD-88, bukan arsenal alutsista baru bagi militer Cina. Seperti rudal KD-88 yang dikembangkan dan diproduksi China Aerospace Science and Technology Corporation (CASC), variannya sudah digunakan Angkatan Udara Cina sejak November 2006. Sedangkan JH-7A Flying Leopard terbang perdana pada 14 Desember 1988.
Terkhusus tentang KD-88, banyak analis yang beranggapan bila rudal anti kapal ini akan memegang peranan kunci dalam babak awal invasi Cina ke Taiwan, pasalnya KD-88 dapat diluncurkan dari beragam jet tempur Cina, selain JH-7A, KD-88 dapat diluncurkan dari jet tempur multirole Shenyang J-16/J-15, Chengdu J-10 dan pembom H-6 series. Versi ekspor dari rudal ini disebut TL-7 dan seperti halnya Harpoon dan Exocet, KD-88 juga terdapat dalam land dan naval variant.
KD-88 ditenagai mesin turbojet dengan kecepatan jelajah Mach 0.85, dan jangkauan hingga 200 Km. Basis pengembangan KD-88 beraal dari rudal anti kapal YJ-83/C-802. Generasi KD-88 mengadopsi sistem pemandu radar, namun belakangan diganti menggunakan sistem pemandu TV. Lantaran mengandalkan pemandu TV, maka diperlukan sistem tautan data (data link). Untuk pertukaran data, pilot dapat melihat gambar yang dikembalikan oleh kamera di hulu ledak melalui layar kokpit, dan memilih target atau menyerang bagian target yang lemah. Varian terbaru KD-88 kini telah menggunakan sistem pemandu infrared – infrared imaging guidance system.
Belum teruji di medan perang, desain KD-88 dianggap memiliki sejumlah kekuragan, seperti kinerja siluman yang rendah. KD-88 masih mempertahankan bodi silinder YJ-83, yang mudah dideteksi oleh radar lawan. Ruang internal tubuh silinder yang tidak teratur. Sulit untuk mencapai modularitas dan sulit untuk mengganti hulu ledak, ditambah ada kesulitan untuk menangani target yang berbeda, dan fleksibilitas penggunaannya yang kabarnya tidak terlau baik.
Baca juga: Shenyang J-16 Kepergok Gotong Rudal Anti Kapal YJ-83K
Dari spesifikasi, KD-88 punya panjang 4,7 meter, diameter 0,32 meter, serta berat 600 kg. Hulu ledak KD-88 beratnya 165 kg. Operasional KD-88 di jet tempur JH-7A Flying Leopard didukung oleh data link pod, yakni CM-8002A guidance pod, yang juga terlihat dipasang di bawah fuselage pesawat tempur. (Gilang Perdana)
Related Posts
-
Ikuti Jepang, Korea Selatan Persiapkan Kapal Induk untuk Tampung Jet Tempur F-35B
31 Comments | Aug 12, 2020
-
Antonov An-22 Antei – Punya Payload 80 Ton, Inilah Pesawat Turboprop Terbesar di Dunia
No Comments | Aug 6, 2019
-
[Polling] NASAMS Jadi Sistem Hanud Terfavorit untuk IKN Nusantara, Pantsir S1 Diposisi Kedua
8 Comments | Aug 22, 2022
-
Setelah Menimpa AS, Kini Giliran P-8A Poseidon Australia yang ‘Diserang’ Laser dari Kapal Perang Cina
No Comments | Feb 20, 2022
Pesawat2 nya jadi sasaran empuk rudal patriot Taiwan.
Delay juga gak nih? Hhhhhhhhhh
wahh… cuma rencana doang dong yaa,…
min, c-705 beneran diproduksi lisensi ngga di indo?
Yang pasti belum kejadian 🙂