Kapal Perusak Admiral Panteleyev, Pendamping Kapal Penjelajah RNS Varyag dalam Lawatan ke Indonesia
|Untuk ketiga kalinya, RNS Varyag yang dikenal sebagai “Supercarrier Killer, yaitu kapal penjelajah rudal dari Armada Pasifik Rusia, bertandang ke Indonesia. Pada kunjungan kali ini, RNS Varyag sandar di Dermaga Tanjung Perak Surabaya pada Senin, 14 Desember 2020. Dalam misi persahabatan memperingati 70 tahun hubungan Rusia-RI, kapal penjelajah ini tak sendirian ke Indonesia.
Persisnya, RNS Varyag ke Indonesia bersama RNS Admiral Panteleyev dan kapal tanker Pechenga. Meski sebagai ‘pengawal,’ RNS Admiral Panteleyev bukan kapal perang kelas dua, persisnya ini merupakan kapal perusak (destroyer) dari Udaloy Class.
Kapal perusak dengan bobot mati 7.900 ton ini memang speasialis ditempatkan di Armada Pasifik. Merujuk ke sejarahnya, kapal ini mulai dibangun pada 24 Mei 1987 dan resmi masuk kedinasan Armada Pasifik Rusia pada 1 Mei 1992.
Lantaran ditempatkan di Pasifik, Panteleyev pernah dikerahkan Rusia untuk melawan perompak Somalia pada tahun 2009, bahkan di tahun 2012, kapal perusak ini turut serta dalam RIMPAC di Perairan Hawaii.
Bekal persenjataan yang dibawa Admiral Panteleyev terdiri dari 2×4 rudal anti kapal selam SS-N-14, 8 rudal hanud SA-N-9 dengan vertical launchers, 2 pucuk meriam 100 mm, 4 pucuk kanon CIWS AK-630 kaliber 30 mm, 2×4 peluncur torpedo 533 mm (Type 53) dan seperti yang terpasang di korvet Parchim Class TNI AL, kapal perusak ini juga mengusung 2 pucuk peluncur roket anti kapal RBU-6000.
Untuk urusan aviasi, RNS Admiral Panteleyev dilengkapi hanggar yang dapat dimuati dua helikopter sekelas Kamov Ka-27 Helix.
Dari spesifikasi, Admiral Panteleyev disokong propulsi Combined Gas Turbine and Gas Turbine (COGAG) yang terdiri dari empat unit mesin turbin gas yang totalnya dapat menghasilkan tenaga 120.000 hp. Dengan mesin turbin, kapal dengan panjang 163 meter dan lebar 19 meter ini dapat ngebut sampai kecepatan 35 knots. Admiral Panteleyev dapat menjelajah sampai 19.400 km pada kecepatan ekonomis 14 knots.
Baca juga: Stonefish “Carrier Killer” – Ancaman Terbesar untuk Kapal Induk AS di Masa Depan
Dalam lawatan kali ini, baik RNS Varyag dan RNS Admiral Panteleyev akan berada di Indonesia sampai 17 Desember 2020. (Bayu Pamungkas)
tanpa adanya kontribusi dari VHF radar naval/ground base platform dan skill yg mumpuni akan ‘mustahil’ bagi F-15, Rafale apalagi F-16V utk bisa survive head2head dgn F-35 II.namun endingnya bakalan beda kalo opsi Su-57 sdh tersedia dgn Su-57 (spotter) dan Rafale, Su-35, F-15 (sniper)
Ngawur, link dibuat agar komunikasi bisa terjalin dg aman. Masalahnya link yg dipake Rusia dan pespur barat tuh beda. Gimana mau komunikasi? Lewat radio biasa?? Gampang kena sadap Dhek.
utk urusan IFDL masing” blok jgn diutak-atik lagi.sekarang tuh yg diandalkan Network Centric Warfare masa sekelas statement panglima TNI dibilang ngawur.
Ngawur karena ente nyaranin F-15 dan Rafale buat tandem dg Su-57. Kita harus liat negara pengguna F-35 seperti Aussie atau Spore gak akan menjadi ancaman militer dalam jangka waktu yg sebentar maupun lama. Mereka akan melihat Indonesia seperti halnya USA dan Jepang yg melihat Indonesia sebagai sekutu strategis di Indo Pasifik dalam menghadapi China. Suka tak suka, China adalah lawan yg jauh lebih kompleks daripada Uni Soviet. China adalah USA dengan pandangan doktrin dan politik yg sudah terasah selama ribuan tahun. Komunis seperti yg disampaikan Mao Zedong hanyalah sebagai alat bagi terbentuknya “Dinasti” China yg modern, maju, setara dalam sosial dan harmonis yg diimpikan seluruh pemikir China sejak zaman Kong Fu Tse. Bayangkan, saat Dinasti Qing lemah dan Negara-negara Eropa kuat khususnya Great Britain menguasai lautan mereka masih kesulitan untuk menguasai dan menjajah seluruh China bahkan untuk mengalahkan ahli beladiri China dalam perang Boxer sekalipun. Sekarang China sudah sangat kuat baik dalam segi ekonomi, militer dan politik. So, merangkul semua negara untuk melawan China adalah ide yg paling masuk akal termasuk merangkul Indonesia dan memperbolehkan mengakses F-35. Indonesia gak mungkin milih Su-35 dan Su-57 kalo China yg notabene berbenturan dg Indonesia di Natuna juga menggunakan pespur yg sama.
we developing countries can only admire the technological sophistication of developed countries and buy it one day🗿🇲🇨.
But don’t die, wait for our country to develop, ok🗿