Stonefish “Carrier Killer” – Ancaman Terbesar untuk Kapal Induk AS di Masa Depan
|Masih hangat dalam ingatan, jagad politik nasional pada Maret 2018 sempat dibuat geger setelah Capres Prabowo Subianto melontarkan pernyataan bahwa Indonesia bakal bubar pada tahun 2030. Sumber pernyataan tersebut ternyata berasal dari kisah di novel Ghost Fleet karangan P.W Singer dan August Cole. Lepas dari polemik yang ramai saat itu, Ghost Fleet adalah novel thriller dengan uraian detail alutsista yang lumayan cermat. Dalam sekuel Ghost Fleet juga disebutkan sosok rudal Stonefish yang ditakuti armada Amerika Serikat.
Baca juga: AS-1 Kennel – Rudal Bongsor “Penakluk” Kapal Induk Belanda Karel Doorman
Di Ghost Fleet dijelaskan bahwa Stonefish adalah rudal anti kapal balistik milik Cina. Sebagai sasarannya adalah aset paling strategis AS di lautan lepas, yaitu sembilan kapal induk nuklir AS. Segmen senjata anti kapal induk bukan lagi sesuatu yang asing, lantaran sejak dekade 60-an Uni Soviet telah merilis senjata pengkadas kapal induk, dimana salah satunya pernah dipunyai TNI AU (d/h AURI), AS-1 Kennel.
Dari generasi ke generasi, sang pengancur kapal induk diambil dari jenis rudal jelajah, sementara Stonefish adalah rudal balistik. Lantas yang menjadi pertanyaan, apakah benar Stonefish adalah ancaman yang layak membuat AS gentar?
Dikutip dari situs Popular Science, rudal Stonefish tak lain adalah DF-21D anti-ship ballistic missile (AShBM). Departemen Pertahanan AS pada tahun 2010 telah melansir informasi bahwa Cina telah mengembangkan dan mencapai kemampuan awal dari sosok rudal balistik anti kapal yang diluncurkan dari platform mobile di daratan. Sebagai platform dipilih adalah DF-21, yaitu jenis rudal balistik yang telah diluncurkan Cina pada tahun 1991.
Dong Feng (DF)-21 yang disokong tenaga dari solid fuelled kini sudah hadir dengan kecepatan hipersonik fantastis, Mach 10. Pihak Pentagon menyebut bahwa sistem rudal anti kapal ini adalah yang pertama di dunia digunakan untuk menghancurkan kapal induk yang sedang bergerak. Informasi intelijen menyebut DF-21 sebenarnya telah diuji Cina pada periode 2005 – 2006, bersamaan dengan peluncuran satelit Jianbing-5/YaoGan-1 dan Jianbing-6/YaoGan-2 guna mendukung proyek penargetan sasaran lewat synthetic aperture radar (SAR) and pencitraan visual.
United States Naval Institute pada tahun 2009 pernah membuat kajian tentang Stonefish, dan disimpulkan rudal ini merupakan ancaman signifikan bagi Armada Pasifik AS. Dengan bobot hulu ledak mencapai 600 kg, maka cukup satu rudal Stonefish untuk menghancurkan kapal induk nuklir sebesar USS Gerald R. Ford. Perlu dicatat, hulu ledak bisa diganti dengan nuklir.
Sejumlah antisipasi sudah disiapkan, termasuk pengerahan sistem pencegat rudal balistik, terutama peringatan dini kepada unit-unit di lautan untuk menghindar saat rudal dalam fase peluncuran. Yang menjadi andalan AS adalah sistem hanud SM-3 untuk menghadang serangan rudal balistik. Namun, banyak analis meragukan kemampuan pertahanan dari kelompok kapal perang, pasalnya sistem rudal hanud SM-3 tidak dipersiapkan untuk menghadang Stonefish di luar angkasa. Sementara bila sudah masuk ke atmosfir akan sulit untuk menembak jatuh rudal dengan kecepatan hipersonik yang melakukan high-G maneuvers.
Kabar terakhir AS tengah menyempurkan tipe rudal anti balistik Raytheon SM-6 yang dapat menghancurkan sasaran pada fase terminal. Baik SM-3 dan SM-4 ditempatkan sebagai pertahanan serangan rudal balistik pada kapal perang frigat, perusak dan penjelajah.
Bicara tentang kekinian, DF-21D dengan jarak tembak 1.770 km baru sanggup menghantam sasaran di bagian barat Pasifik. Tapi lagi-lagi analis percaya daya jangkau rudal akan meningkat di masa depan, yaitu hingga ke wilayah tengah Pasifik.
Baca juga: USS Makassar Strait – Kapal Induk Amerika Serikat dengan Cita Rasa Nusantara
Pada akhir 2013, sebuah laporan analisis militer Rusia menyimpulkan bahwa satu-satunya cara untuk berhasil melawan DF-21D Stonefish adalah melalui electronic countermeasures (penanggulangan elektronik). Dengan kecepatan Mach 10, tanpa diketahui titik diketahui titik peluncuran rudal, maka satu-satunya cara AL AS untuk menghindari Stonefish adalah melalui peperangan elektronika. (Boni Prasongko)
Spesifikasi DF-21D “Stonefish”
- Berat: 14.700 kg
- Panjang: 10,7 meter
- Diameter: 1,4 meter
- Hulu ledak: 600 kg
- Engine: Solid fuelled
- Operational range: 1.700 km
- Kecepatan: Mach 10
- Sisten pemandu: Inertial + terminal active radar guidance
- Launch platform: mobile launcher
Kalau ndak salah DF 21 turunan dari rudal.Topol buatan Rusia, kecepatannya diperoleh karena memanfaatkan gravitasi setelah lintasan parabolik, kembali jatuh ke bumi.
Jika 1 mach setara 1225 km per jam, berarti kecepatan 10 mach kurang lebih 3 km per detik
Kapal selam nuklir sebesar uss Ford?
Gerard ford itu carrier bukan kasel
Makanya pake laser mau kecepatan mach 20 g masalah wong kecepetan laser kaya cahaya 300rb km per detik jd mau d salvo 1000 nuklir g masalah
Ancaman nyata ini men, kita ga punya kapal induk sih tapi kita punya kapal induk natural yg dibanggakan yaitu pulau natuna. Tapi klo hadepin stonefish hulu ledak nuklir ya pulau natuna langsung hilang dari peta
Itu kecepatannya mach 10?dengan speed itu jarak banyuwangi-merak ditempuh kurang dari 30 menit ….anti rudal mana yang bisa nyegat
Rusia ke indo cm 30 mnt aja itu.. mach 10
Tenang Aja Amerika Masih punya Captain America, Captain Marvel,Iron Man, Hulk, Superman dkk. Rudal Ginian mah paling-paling Cuma “DiTiup” ama Superman udah WaSalam…..
Phalanx udah nggak sanggup lawan beginian.
Phalanx sdh jadul bung.
Jadul tp nembak km ancur biar km ngumpet dalam panci