Update Drone KamikazeKlik di Atas

KAI Tampilkan Model Jet Tempur KF-21N, Varian “Boramae” yang Beroperasi dari Kapal Induk

Dengan dirilisnya desain kapal induk masa depan, tersirat bahwa Angkatan Laut Korea Selatan punya obsesi untuk menjadi Blue Water Navy. Dan ketika berbicara tentang kehadiran kapal induk, maka otomatis juga akan mencakup pada jenis pesawat tempur apa yang akan dibawanya. Untuk menunjang kekuatan naval aviation, AL Korea Selatan berencana mengorder 20 unit jet tempur F-35B, yang punya kemampuan SVTOL (Short Vertical Take-off and Landing).

Baca juga: Dibawa dalam Uji Terbang Perdana KF-21 Boramae, Inilah Kecanggihan Rudal Udara ke Udara Meteor

Pengadaan jet tempur tentu tak bisa dilepaskan dari desain kapal induk itu sendiri. Seperti Kementerian Pertahanan Korea Selatan pada 10 Agustus 2020, telah mengumumkan program LPX-II, yaitu jenis kapal induk anyar yang dirancang dapat membawa 20 unit F-35B. Program LPX-II yang sebelumnya disebut LPH-II, untuk pendanaan akan dimasukkan dalam rencana pengeluaran pertahanan pada periode 2021 hingga 2025.

Kemudian pada Februari 2021, Kementerian Pertahanan Korea Selatan meresmikan proyek CVX untuk mengembangkan kapal induk ringan dengan suntikan sekitar 2,33 triliun won (US$1,7 miliar) dari tahun 2022 hingga tahun 2033 hanya untuk desain dan konstruksi dasar. Kementerian Pertahanan datang dengan ide untuk membangun kapal induk ringan seberat 30.000 ton yang diawaki oleh lebih dari 400 awak, menyebabkan perdebatan, apakah Korea Selatan benar-benar membutuhkan kapal mahal untuk operasi laut jauh.

Namun, pihak AL Korea Selatan mengatakan, bahwa desain konsep kapal induk masih sangat mungkin untuk direvisi lebih lanjut, mengingat untuk saat ini masih dalam tahap rancangan dasar. Proyek CVX juga dapat dibatalkan jika kementerian pertahanan gagal mengamankan konsensus nasional dan persetujuan parlemen.

Nah, ketika desain kapal induk masih bisa ‘digoyang’, rupanya menjadi kesempatan bagi Korea Aerospace Industrie (KAI) untuk menawarkan konsep jet tempur kebanggaan nasional, KF-21 Boramae dalam varian naval, yang diberi label KF-21N.

Dikutip dari Aju Business Daily – ajudaily.com (21/9/2022), KAI menampilkan model KF-21N pada pameran pertahanan di Seoul Barat sebagai potential carrier-born aircraft. Bersamaan dengan dirilisnya desain KF-21N, KAI mengusulkan sistem catapult-assisted take-off barrier arrest recovery (CATOBAR) – menggunakan ketapel dan sistem short take-off, barrier-arrested recovery (STOBAR) – menggunakan ski-jump, yang dianggap cocok untuk kapal induk berukuran sedang.

Sebagai jet tempur yang akan bersarang di kapal induk, maka KF-21N hadir dengan sejumlah ciri khas ala penghuni dek dan hanggar kapal induk yang serba sempit. Seperti model ujung sayap utama yang dapat dilipat untuk menghemat ruang saat parkir. Kemudian roda pendarat bagian depan (nose landing gear) dirancang dengan model dua roda (double wheels). Sebaliknya KF-21 Boramae varian angkatan udara menggunakan single wheel, seperti halnya F-16 Fighting Falcon.

KF-21N direcanakan untuk mengadopsi mesin kembar F414-GE-400K buatan AS, yang juga digunakan pada prototipe KF-21 versi angkatan udara. Namun, bila KF-21 bisa melesat maksimum Mach 2, maka KF-21N kecepatan maksimumnya ada di Mach 1.6. Berat maksimum saat tinggal landas KF-21N adalah 25,6 ton dan kapasitas payload 7,6 ton.

Bicara dimensi, KF-21N punya panjang total 17,1 meter, lebar bentang sayap 12,3 meter dan tinggi 5,2 meter. KF-21N memiliki daya dorong maksimum dan berat lepas landas maksimum yang sama dengan KF-21. Sebagai catatan, KF-21 (versi AU) yang memiliki muatan maksimum 7,7 ton, panjang total 16,9 meter, tinggi 4,7 meter, dan lebar bentang sayap 11,2 meter.

Baca juga: Bakal Dipasang di KF-21 Boramae, Taurus Systems Kembangkan Rudal Jelajah Anti Bunker dengan Jangkauan 600 Km

Terlepas dari status KF-21N yang masih sebatas konsep awal, tantangan berat bagi KAI adalah bagaimana meyakinkan pejabat teras AU Korea Selatan yang lebih menyukai F-35B Lightning II. F-35B yang dipersenjatai dengan dua bom berpemandu presisi dan dua rudal udara-ke-udara dapat menangkap rudal balistik 1.300 kilometer jauhnya. (Bayu Pamungkas)

9 Comments