Dibawa dalam Uji Terbang Perdana KF-21 Boramae, Inilah Kecanggihan Rudal Udara ke Udara Meteor
Dari berita suksesnya penerbangan perdana prototipe jet tempur KF-21 Boramae adalah penampakan rudal udara ke udara jarak menengah/jauh Meteor yang dipasang empat unit semi-terendam (semi-submerged) pada central fuselage. Meski sebatas rudal dummy, pemasangan Meteor pada maiden flight merupakan strategi besar yang menyiratkan desain KF-21 untuk meladeni pertempuran udara di luar batas cakrawala – beyond visual range.
Baca juga: KF-21 Boramae Sukses Terbang Perdana Selama 30 Menit, Bawa Empat Rudal Meteor
Meski telah ada kesepakatan kerja sama antara Korea Aerospace Industries (KAI) dan MBDA Systems untuk penggunaan rudal Meteor, namun KF-21 saat ini belum mendapatkan sertifikasi sebagai platform peluncur rudal udara ke udara yang per unitnya dibandrol US$2 juta ini. MBDA Missile Systems dari Perancis pada November 2019 telah mengumumkan mendapatkan kontrak untuk mengintegrasikan Meteor, untuk kelak dipasangkan pada KF-21.
Dikembangkan oleh beberapa negara Eropa, MBDA Systems merancang dan memproduksi Meteor (sejak 2016) sebagai solusi kemandirian Eropa untuk lini rudal udara ke udara jarak menengah, dan menjadi alternatif selain hegemoni AIM-120 AMRAAM produksi Raytheon, Amerika Serikat.
Sejauh ini, rudal Meteor sudah disertifikasi untuk peluncuran di Eurofighter Typhoon, Dassault Rafale, Saab JAS 39 Gripen dan dalam proses ke F-35 Lightning II Inggris. Sekilas tentang rudal Meteor yang masuk kategori beyond-visual-range air-to-air missile (BVRAAM), rudal ini beroperasi dengan mengandalkan sistem pemandu racikan dari inertial guidance, mid-course update via datalink, terminal active radar homing. Untuk active radar homing dipasok bersama oleh MBDA Seeker Division dan Thales Airborne Systems, serta dibangun di atas kerja sama mereka pada keluarga sistem radar pencari AD4A (Active Anti-Air Seeker) yang melengkapi rudal Mica dan Aster.
Untuk hulu ledak, rudal Metero mengusung kombinasi proximity/impact fuse. Untuk proximity, maka active radar proximity fuze subsystem (PFS) dipasok teknologinya oleh Saab Bofors Dynamics. PFS mendeteksi target dan menghitung waktu optimal untuk meledakkan hulu ledak untuk mencapai efek mematikan maksimum.
Baca juga: Raytheon Umumkan Uji Coba Penembakan Rudal AIM-120D3 AMRAAM ke Target Drone QF-16
Secara umum, rudal Meteor disokong dapur pacu berupa throttleable ducted rocket (ramjet). Jangkauan tembak rudal ini mencapai 100 km dengan No Escape Zone 60 km. Kecepatan untuk menguber sasaran setara dengan AIM-120D AMRAAM, yakni Mach 4. Dari spesifikasi, rudal Meteor punya berat 190 kg, panjang 3,65 meter dan diameter 0,178 meter. Bila Korea Selatan kelak menjadi operator Meteor, maka saat ini rudal Meteor tercatat telah digunakan oleh Brasil, Inggris, Jerman, Yunani, India, Italia, Qatar, Spanyol dan Swedia. (Gilang Perdana)
min, indonesia bakal beli rudal yang sama ngga untuk KF-21 ?, atau sejauh ini belum ada info ?
Belum ada info 🙂