Jose Rizal Class: Frigat Multirole Semi Stealth Kebanggaan AL Filipina
|Belum lama ini AL Filipina telah menerima dua unit AW159 Wildcat, yakni salah satu helikopter anti kapal selam tercanggih besutan Leonardo. Namun yang menjadi pertanyaan, akan ditempatkan dimana kedua “Kucing Liar” tersebut? Mengingat kebanyakan kapal perang Filipina saat ini tergolong oldskul dengan tingkat kesiapan tempur rendah. Namun, ternyata AL Filipina dalam program modernisasi, telah mencanangkan penempatan kedua Wildcat sebagai bagian dari sistem senjata di frigat Jose Rizal Class.
Baca juga: AL Filipina Terima AW159 Wildcat, Helikopter Anti Kapal Selam dengan Radar AESA
Jose Riza Class, nama frigat ini tengah menjadi pembicaraan di mata pemerhati militer regional. Pasalnya Jose Rizal Class adalah sebuah momentum besar bagi perubahan AL Filipina, yang selama ini dikenal punya perlengkapan perang serba kuno dan tertinggal. Jose Rizal Class justru diakuisisi dalam kondisi baru dari Hyundai Heavy Industries (HHI), Korea Selatan. Dan Jose Rizal Class menjadi kapal perang (frigat) pertama Filipina yang dipersenjatai rudal anti kapal.
23 Mei 2019 pun menjadi tanggal bersejarah, dimana unit pertama dari Jose Rizal Class, yakni BRP Jose Rizal FF-150 telah diluncurkan dari galangan HHI di kota Ulsan, Korea Selatan. Pembangunan BRP Jose Rizal sendiri dimulai ada 16 Oktober 2018. Sementara kapal kedua, BRP Antonio Luna FF-151 baru mulai dibangun pada 23 Mei lalu.
Meski selama ini kerap terlihat serba marginal, namun Pemerintah Filipina nampak serius melengkapi beragam sensor dan persenjataan di frigat dengan bobot 2.600 ton tersebut. Tidak tanggung-tanggung, label yang disematkan pada Jose Rizal Class adalah multirole semi-stealth frigates. Frigat yang punya panjang 107,5 meter ini digadang mampu meladeni peperangan atas permukaan, bawah permukaan (AKS), anti serangan udara, dan peperangan elektronika.
Karena dibangun perusahaan Korea Selatan, maka sistem dan persenjataan di frigat ini memang kental asal Korea Selatan. Sebut saja combat management system yang menggunakan Hanwha Systems Naval Shield Baseline 2 ICMS buatan Hanwha Group. Perusahaan ini juga memasok sistem tactical data link untuk Jose Rizal Class. Lain dari itu, untuk sistem radar dan elektronik lain masih mengandalkan vendor-vendor besar dari Amerika Serikat dan Eropa Barat.
Sebagai kapal perang utama (flagship), Jose Rizal Class dilengkapi arsenal persenjaaan yang lumayan bergigi. Mulai dari depan, yaitu di haluan disematkan meriam reaksi cepat OTO Melara 76 mm Super Rapid Gun, jenis yang sama dengan yang ada di frigat Martadinata Class TNI AL. Beranjak ke kelas kanon, frigat ini dilengkapi satu pucuk kanon kaliber 30 mm buatan Aselsan. Meski belum ada kontrak lanjutan, Jose Rizal Class sudah disiapkan dudukan untuk pemasangan satu pucuk kanon reaksi cepat – Close In Weapon System (CIWS).
Bergeser ke lini rudal, sudah ada kontrak untuk MBDA dalam proyek memasok rudal hanud Mistral dengan dua peluncur Simbad-RC (Remoted Control). Masih menunggu kontrak, Jose Rizal Class juga telah disiapkan untuk pemasangan rudal hanud jarak sedang yang diluncurkan dalam pola VLS (Vertical Launching System). Kabarnya ada 8 cell peluncur yang ditempatkan pada bagian depan anjungan.
Jose Rizal Class dipastikan akan dilengkapi rudal anti kapal lansiran Korea Selatan, SSM-700K Haeseong (C-Star) buatan LIG Nex1. Rudal anti kapal sekelas MM40 Exocet ini dapat melesat dengan kecepatan Mach 0.85 (setara 1.013 km per jam) untuk melahap sasaran di jarak 150 km. Dengan pemandu Inertial guidance/terminal active radar homing, C-Star punya bobot 718 kg dan dapat terbang dengan pola sea skimming.
Untuk misi anti kapal selam, Jose Rizal Class dilengkapi dua peluncur (triple tube) torpedo ringan K745 Blue Shark. Torpedo yang sama juga menjadi andalan AW159 Wildcat untuk misi menghancurkan kapal selam. Landing pad dan hanggar tersedia sebagai sarang Wildcat nantinya.
Baca juga: K745 Blue Shark, Inilah Torpedo pada Helikopter AW159 Wildcat AL Filipina
Mengantisipasi kontak senjata jarak dekat, tidak pula disesiakan 4 mounting untuk senapan mesin berat K6 kaliber 12,7 mm. Jose Rizal Class ditenagai 4x diesel engines dengan konfigurasi Combined Diesel and Diesel (CODAD). Kecepatan maksimum kapal ini adalah 28 knots dan kecepatan jelajah 15 knots. Dalam muatan bahan bakar penuh, frigat dapat menjelajah sejauh 8.330 km. Dirunut dari silsilahnya, Jose Rizal Class dibangun dengan mengacu desain dari HDF-2600 Frigate Design yang asli dirancang Hyundai HI. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Jose Rizal Class
- Displacement: 2,600 tonnes (2,560 long tons; 2,870 short tons)
- Length: 107,5 meter
- Beam: 13,8 meter
- Sensors and processing systems Combat System: Hanwha Group Hanwha Systems Naval Shield Baseline 2 ICMS
- Search radar: Hensoldt TRS-3D Baseline D multi-mode phased array C-band radar
- Navigation radar: Kelvin Hughes SharpEye I, E/F band radars
- Fire control radar: Selex ES NA-25X fire control radar
- Electro-Optical Tracking System: Safran PASEO NS (Naval System)
- Tactical Data Link: Hanwha Group Hanwha Systems Link K, Air warfare Data Link 16, Maritime Data Link 22
- Sonar: Harris Corporation Model 997 medium frequency active/passive ASW hull mounted sonar
- ESM: Elbit Systems Elisra NS9300A
- Countermeasures : Terma C-Guard, 2 x DL-6T launcher group with 6 x 130mm tubes
Masih mending martadinata class.. frigate filipin bnyk kontroversinya salah satunya pengadaan sensor dan subsystem yg malah dipilih oleh pihak galangan kapal bukan oleh usernya sendiri (al filipin) pdhl kesepakatan awal user yg memilih.. anehnya pihak filipin malah setuju2 aja pake subsytem yg sub-par (hanwha naval shield ketimbang thales tacticos) blm kelengkapan senjatanya yg masih FFBNW dan absennya tempat untuk pemasangan towed array sonar (pdhl diawal katanya bkl dikasih space buat pemasangan)
Apa yg anda maksut dg “towed array sonar system”, wahai bung daedalus ?
Iver gimana kabar,???
Masih minat
Masih minat tapi udah nego gimana tuh?
Lagi nego kemungkinan tanda tangan antara 2019-2024
Sign kontrak iver sesudah pelantikan presiden terpilih.
Sekarang iver masih nego.
Sepertinya kalau untuk pernika, masih lebih mantap marthadinata class. Tapi gak tau soal armamentnya. Karena Indonesia senang nyicil belanjanya. Kalau saya pribadi sih lebih suka mengedepankan aspek kualitas dari pada kuantitas. Lebih baik sedikit jumlah, tapi full armament.
Kalau negara kecil seperti singapura memang bisa seperti itu atau juga daratan lebih besar dari lautan.
Namun Indonesia jelas butuh kuantitas dahulu, karena selain negara besar juga luas laut yang perlu diamati mencapai 70% dari daratan. Kapal patroli yang banyak jauh lebih berguna.
Kurung waktu 5-10th ke depan jngan berharap kita beli Alutsista kElas wahiid… Parchim class kita aja belum ada pengganti nya.. Kuantitas dlu Laah yg kita kejaar …
Yang diprioritaskan untuk diganti adalah alutsista berumur 50 tahun atau lebih atau yang memang udah rusak.
Contohnya untuk yang berumur lebih dari 50 tahun : fregat Van Speijk, LST yang berasal dari PD 2.
Contoh untuk alutsista yang rusak :
KRI 380 Memet Sastra Wiria, KRI 384 Pati Unus.
Makanya bakal ada pengadaan 8 KRI kombatan untuk mengganti 6 Van Speijk dan 2 parchim yang rusak ini.
Menang jauh PKR kemana mana
Banyakin Fregat Martadinata Class 40 unit dan upgrade senjatanya dan sensor biar makin canggih jangan mau kalah
Ngomong gampang, senjata aja ketengan
Pernak-perniknya lebih lengkap ketimbang PKR….(setidaknya utk saat ini)
Wah coba deh baca Maxdefense orang2 sana ngutukin Fregat ini kayak 0 banget review positif di Philippines buat ini. Mereka pengen CMS Tacticos yang ada di Martadinata Class malah dapetnya buatan Hanwa yang konon inkompatibel dengan Link 16, malah juga Jose Rizal Class ga ada TASS sedangkan di Martadinata Class ada Thales CAPTAS-2 tidak sesuai order awal ke Hyundai sampe2 Fb page ROKAF diserbu netizen2 Philippines yang marah2. Lebih lengkap deh daripada PKR pokoknya. 😂😂😂
Itu spek dan kelengkapan diparagraf paling bawah dibaca dulu…..jangan laporan ABS didengerin 🤷
Spek dan perlengkapannya baca aja di sumber2 bahasa Inggris sama yg asli dari Filipina sama Korsel aja. Laporan ABS sih 😂😂😂
Protes itu pasti adalah karena biasanya banyak yang minta sensor dan senjata terbaik tapi disesuaikan dengan anggaran, sama kayak kita nama doang pkr senjata minimalis pt pal aja ternyata dapat omzet gak sampe 5% dalam proses pengerjaan
Sebagian kaum yg bermental “inlander” beranggapan, segala sesuatu yg bersumber dr luar negri, tingkat akurasi dan kualitas beritanya selalu lebih unggul, padahal @macdefense sekelas dg @indomiliter….cuma bedanya mereka pake bahasa inggris 👈🏻😂😂😂
Kalo gak.pe4caya tanyakan saja sama @master ngitung, yg suka ngeriung dilapaknya orang pakistan 😎
“Saya tunjukkan 1 contohnya @bung is a heaven 👇🏻
>>>Based on previous documents from the Philippine Navy, the original Technical Working Group (TWG) selected the Thales CAPTAS-2 towed array sonar system, and is actually looking at the newer and smaller CAPTAS-4 as an alternative.<<<
"Sang penulis berasumsi, Captas 4 adalah generasi yg lebih baru dan lebih ringan dibanding Captas 2….padahal antara Captas 4 dan Captas 2 itu adalah pembedaan klasifikasi berdasar bobot platform pembawanya (tentu saja speknya juga berbeda)"
"Captas 4 ditujukan utk fregat berbobot 4000 ton keatas, sedang Captas 2 utk fregat dibawah 4000 ton….serta masih ada lagi Captas Nano yg ditujukan bg korset kecil atau utk AL kecil, yg baru pertama kali mengoperasikan VDS"