Update Drone KamikazeKlik di Atas

Simbad-RC: Kini Operator Mistral Bisa Mengendalikan Rudal Secara Remote

Pasca pensiunnya rudal hanud Sea Cat di frigat Van Speijk Class TNI AL, maka untuk mengisi kekosongan arsenal pertahanan udara di frigat buatan Belanda tersebut dipilihkan rudal Mistral buatan MBDA, Perancis. Persisnya rudal Mistral di Van Speijk mengusung platform (firing post) Simbad, yang terdiri dari dua peluncur. Di setiap frigat Van Speijk Class setidaknya ada dua pucuk platform Simbad yang ada di atas area hanggar.

Baca juga: Sea Cat – Rudal Hanud Pertama di Kapal Perang TNI AL

Meski platfom Simbad tergolong modern, dan juga lumayan banyak digunakan pada beragam jenis kapal perang, namun Simbad dianggap punya kelemahan tersendiri, salah satunya masih dioperasikan langsung oleh operator pada platform peluncur. Dengan posisi awak berada di area terbuka tentu mengundang potensi kerawaran dalam pengoperasian, diantaranya risiko ‘kepanasan’ saat status siaga tempur, atau saat cuaca hujan, kemampuan visual penglihatan operator dikhawatirkan terdampak dari terpaan tetesan air. Belum lagi, dengan operator berada di ruang terbuka, dimana harus membidik sasaran secara langsung, sangat rawan mengalami disorientasi dalam merespon pilihan sasaran yang dihadapi.

Berangkat dari kelemahan pada plarform Simbad, sejak 2014 MBDA mengembangkan upgrade sistem pelunncur yang disebut sebagai Simbad-RC. MBDA menawarkan Simbad-RC sebagai firing post yang dikendalikan secara remote atau otomatis dari Pusat Informasi Tempur. Ditambah dengan integrasi ke sistem radar pengintai dan sensor electro optic, maka pola operasional Simbad-RC menjadi mirip dengan platfom Tetral, yakni platform empat peluncur Mistral. Mistral Tetral sendiri sudah menjadi label arsenal hanud di korvet Diponegoro Class.

Personel TNI AL saat membidik target dengan rudal Mistral SHORAD dari atas frigat Van Speijk

Simbad-RC berisi dua peluncur rudal Mistral, dan dapat melakukan penembakan secara salvo. Untuk proses reload-pun disebut-sebut sama mudah dan cepatnya dengan Simbad konvensional. Yang pasti, tanpa adanya operator yang standy berdiri di area terbuka, maka sistem hanud ini dapat beroperasi penuh 24 jam terus menerus dan tak bergantung pada kondisi cuaca dan tingkat gelombang, yang sering rawan bagi keberadaan awak di luar kapal.

Dua tahun sejak dirintis pengembangannya, Simbad-RC pada 2016 baru tuntas menyelesaikan beragam uji, termasuk uji penembakan sebelum Simbad-RC dikirim ke pembeli. Dari informasi yang dirilis pihak MBDA, bobot platform Simbad-RC keseluruhan 400 kg. Sementara sudut elevasi peluncur mulai dari -30 sampai 55 derajat.

Baca juga: Mistral – Andalan Pertahahan Udara Frigat dan Korvet TNI AL

Sementara untuk sosok sang rudal, Mistral dengan bobot 18,7 kg termasuk rudal jarak pendek (SHORAD) yang bisa melahap multi target, termasuk target yang bermanuver cepat, dalam hal ini seperti pesawat tempur dan helikopter. Mistral dengan kemampuan fire and forget punya kecepatan luncur 800 meter per detik bisa melahap target berupa rudal anti kapal. Dalam rilis yang dikeluarkan MBDA, success rate Mistral (Tetral) mencapai 93 persen. Untuk menghajar target, rudal ini dilengkapi kendali berupa canard dan sistem sensor pengarah berupa passive IR (infra red) homing. Sensor passive IR akan bekerja 2 detik setelah peluncuran. Sampai saat ini 17 ribu Mistral telah diproduksi oleh MBDA. (Gilang Perdana)

Spesifikasi Mistral
– Panjang: 1,86 meter
– Diameter: 90 mm
– Berat: 18,7 kg (termasuk 3 kg hulu ledak high explosive)
– Kecepatan luncur: 800 m/detik atau Mach 2,6
– Jangkauan: efektif hingga 5,3 km
– Sistem pemandu: infra red
– Mekanisme peledakan: laser proximity atau impact triggered
– Mesin: solid rocket motor

9 Comments