Jadi Momok dalam Dunia Penerbangan, Teknologi 5G Komersial Kini Diusung Pentagon Sebagai Solusi Jaringan Taktis Masa Depan
|Di Amerika Serikat, adopsi teknologi seluler 5G ibarat simalakama, di satu sisi generasi mobile broadband terbaru ini menawarkan tranmisi akses data internet berkecepatan tinggi, yang mana akan sangat berguna dalam era Intenet of Things (IoT). Tapi di sisi lain, 5G menjadi ibarat menjadi ‘pesakitan’ di area penerbangan, khususnya setelah Federal Aviation Administration (FAA) mengakui bahaya dari jaringan 5G terhadap keselamatan penerbangan, dimana jaringan 5G dinilai dapat menggangu kinerja radar altimeter pesawat.
Baca juga: Sengkarut Antara Jet Tempur F-35, Huawei dan Teknologi 5G
Pada tahun 2020, Radio Technical Commission for Aeronautics (RTCA), mitra penerbangan swasta-publik yang memberi masukan kepada FAA, yang memperingatkan bahwa teknologi 5G dapat menimbulkan risiko besar atau gangguan berbahaya terhadap radar altimeter pesawat sipil. Salah alasannya adalah spektrum frekuensi 3,7-3,98 GHz yang bakal digunakan operator seluler biasa digunakan oleh pesawat sipil. Maka jika sistem telekomunikasi 5G diizinkan untuk menggunakan pita frekuensi itu, risikonya akan sangat besar dan berdampak pada operasional penerbangan di AS.
Dan terkait nasib teknologi 5G di Negeri Paman Sam, belum lama ini Departemen Pertahanan Amerika Serikat (Pentagon) tengah menjajaki teknologi potensial yang akan memungkinkan Angkatan Bersenjata AS untuk mengembangkan jaringan taktis canggih yang terintegrasi dengan jaringan komunikasi 5G komersial. Meski secara teknologi mengadopsi 5G komersial, namun ada syarat khusus yang diminta Pentagon, yakni node atau BTS (Base Transceiver Station) akan menggunakan relai data berbasis udara.
Dikutip dari Janes.com (3/6/2022), solusi yang diinginkan Pentagon telah dicanangkan dalam program Beyond 5G Integrated Tactical Communication Networks, yang akan difokuskan pada peningkatan kemampuan device-to-device (D2D) atau sidelink yang melekat pada aplikasi 5G komersial dan militer. Untuk maksud tersebut, Pentagon pada 25 Mei 2022 telah mengeluarkan request for solution (RFS) untuk beberapa opsi arsitektur baru dan peluang desain sistem untuk sistem jaringan taktis di masa depan.
Kemampuan penting yang dicari Pentagon adalah pengembangan akses jaringan pengguna akhir (end user) ke infrastruktur komunikasi terestrial dan udara melalui “direct commercial 5G-enabled devices, yang mampu menerima dan mentransmisikan data internetwork melalui antarmuka radio 5G dan non-5G di seluruh domain.
Pada pengembangan elemen di udara, pejabat Pentagon ingin mengeksplorasi dua varian kemampuan dalam program Beyond 5G Integrated Tactical Communication Networks. Varian pertama adalah node/BTS 5G berbasis air tier yang bertindak sebagai relai sinyal antara perangkat pengguna akhir yang berbasis darat.
Kemudian varian kedua akan mengeksplorasi bagaimana aset udara tadi dapat diintegrasikan sebagai bagian dari sistem mobile gNodeB (gNB) – BTS berbasis udara. Platform gNB pada dasarnya adalah stasiun pangkalan radio di jaringan komunikasi radio berbasis 5G yang beroperasi di luar antarmuka NR (new radio).
Di sektor komersial, BTS atau node 5G NR ini umumnya dikenal sebagai menara seluler yang menghubungkan ponsel dan perangkat lain ke jaringan 3G, 4G, dan 5G. (Gilang Perdana)
Hohoho
5G WiMAX check
Next Commercial Grade 5G w/t CDMA based
Link 16 on fire