Saab Masuk Pasar Teknologi 5G, Siap Implementasi “DeployNet” untuk Kebutuhan Militer dan Sipil
|Saab rupanya menangkap peluang seputar isu teknologi 5G di Uni Emirat Arab. Walau belakangan telah melunak, Amerika Serikat awalnya enggan untuk menjual jet tempur F-35 Lightning II ke negara kaya minyak tersebut, alasan yang dikemukakan Washington adalah potensi bocornya data dan informasi penting yang terkait F-35 oleh intelijen Cina.
Keberadaan 5G memang dipersoalkan oleh Negeri Paman Sam. Bahkan Amerika Serikat meminta Uni Emirat Arab (UEA) untuk menarik kemitraan dengan Huawei selaku vendor penyedia layanan 5G. Bukan sekedar meminta, Washington lebih jauh juga akan menarik kontrak penjualan 50 unit jet tempur stealth F-35 dan 18 drone kombatan MQ-9B, apabila UEA tidak menarik Huawei sebagai penyedia layanan 5G.
Bila ingin F-35, maka UEA harus menghapuskan jaringan seluler yang dipasok Huawei dalam waktu empat tahun kedepan. Di mana, empat tahun kedepan, yaitu pada 2026 dan 2027, dijadwalkan F-35 pesanan UEA akan mulai dikirimkan. Desakan AS berdasarkan atas risiko keamanan dari upaya spionase.
Huawei selama ini telah menempatkan personel untuk bekerja dengan negara Teluk itu dalam misi keamanan siber dan mendirikan kota pintar. Bagi AS, kehadiran jaringan 5G Huawei di jaringan komersial UEA dapat memungkinkan Cina untuk memata-matai pilot, kontraktor, dan lainnya di pangkalan lokasi penempatanan F-35.
Nah, atas kontroversi di atas, Saab yang dikenal sebagai manufaktur alutsista asal Swedia, menawarkan konsep jaringan 5G yang diberi label “DeployNet.” Bedanya dengan jaringan 5G yang digunakan masyarakat, DeployNet adalah jaringan 5G yang digelar untuk mendukung operasi militer.
Saab DeployNet diluncurkan di pameran Umex SimTEX 2022, UEA. DeployNet dikembangkan secara lokal oleh Saab di UEA, sekaligus menunjukkan komitmen Saab untuk menciptakan solusi pertahanan dan keamanan kelas dunia di UEA, termasuk untuk kebutuhan nasional serta untuk ekspor ke pasar global.
Saab menyebut, kunci fundamental untuk fungsi komando dan kendali yang efisien dalam operasi militer adalah komunikasi. DeployNet menyediakan jaringan nirkabel 5G/LTE yang dapat diskalakan untuk lingkungan yang paling menantang, menawarkan bandwidth berkapasitas tinggi untuk misi masa kini yang mengandalkan banyak sumber informasi, sensor, dan interaksi pengguna.
DeployNet dirancang sebagai sistem yang ringkas dengan didukung dengan keamanan siber yang kuat, dapat digunakan dengan cepat, memungkinkan bandwidth berkapasitas tinggi di daerah-daerah terpencil secara geografis, atau memperkuat jaringan lokal yang rusak atau terbatas.
“Kami percaya bahwa DeployNet akan menjadi aset yang sangat berharga bagi pasar militer dan sipil, di mana ada persyaratan untuk jaringan 5G/LTE yang kokoh dan dapat digunakan dengan cepat, tidak hanya di UEA tetapi untuk ekspor secara global, terutama di wilayah yang tidak memiliki jaringan komunikasi tetap,” kata Anna Karin Rosén, Managing Director Saab di UEA.
Baca juga: Sengkarut Antara Jet Tempur F-35, Huawei dan Teknologi 5G
Pemanfaatan DeployNet memberikan kemampuan untuk streaming video real-time dalam resolusi tinggi, fungsionalitas fitur push to talk, dan transfer data. Dapat diskalakan baik dari segi jumlah pengguna dan jangkauan sistem, DeployNet menunjukkan keunggulan dalam skenario misi seperti keamanan dasar, pencarian dan penyelamatan, pengintaian, pelatihan misi, dan manajemen krisis. Solusi siap pakai ini mencakup handset, sumber daya, alat administrasi, dan peralatan telekomunikasi aktif yang ringkas dan kokoh agar mudah dipasang. (Gilang Perdana)
@indomiliter min tolong bikin artikel perbandingan heli blackhawk s70 filipina dgn superpuma TNI EC725. Speknya gimana? Lebih murah mana?
Rudal-Rudal Isaknder sudah meluncur ke Kiev, kok Admin diem diem aja belom Update ? 🙄