Ekspor Senjata Perancis Memecahkan Rekor Dalam Sejarah, Penjualan Rafale Jadi ‘Kunci’
Meletusnya perang Rusia-Ukraina yang dimulai pada 24 Februari 2022, tak pelak menjadi fokus pada industri pertahanan global. Sejak invasi Rusia ke Ukraina, maka dapat diamati secara langsung perubahan strategi anggaran pertahanan di banyak negara, terutama di negara-negara Eropa yang panik terimbas perang.
Dan terkait industri pertahanan yang kebagian ‘berkah’ konflik, perang berskala besar ditandai dengan panen kontrak bernilai tinggi untuk beragam segmen persenjataan. Dan belum lama ini, ada kabar dari Perancis, bahwa Negeri Eiffel pada akhir tahun 2022, telah memecahkan rekor kontrak ekspor senjata terbesar dalam sejarah.
Dikutip dari rfi.fr (26/7/2023), disebutkan di sepanjang tahun 2022, ekspor senjata Perancis mencapai 27 miliar euro (US$30 miliar). “Nilai tersebut naik dari 11,7 miliar euro pada tahun 2021,” kata Kementerian Pertahanan Perancis dalam laporan tahunannya kepada parlemen. Yang menarik untuk dicermati, porsi nilai ekspor terbesar disumbang oleh kinerja penjualan Dassault Aviation.
Dassault Aviation di sepanjang tahun 2022 berhasil meraih kontrak ekspor jet tempur Rafale hampir US$18 miliar. Pada Desember 2021, Uni Emirat Arab memesan 80 unit jet tempur Rafale F4, dan selama tahun 2022, penjualan Rafale membawa Perancis maraih kontrak 16 miliar euro ($18 miliar), atau hampir empat kali lipat dari total ekspor di tahun 2021, yang hanya berjumlah 4,4 miliar euro ($4,84 miliar).
Sementara Indonesia memesan enam Rafale untuk batch pertama, seperti yang dilakukan Yunani, semakin memperkuat kesuksesan global pesawat tempur buatan Dassault Aviation itu. Sejak itu, India telah menandatangani nota kesepahaman untuk 26 unit Rafale-M untuk penggunaan angkatan laut, setelah 36 unit Rafale dikirimkan untuk angkatan udaranya.
Yunani tahun lalu juga memesan tiga frigat ke Perancis, dan menandatangani kontrak pemeliharaan dan persenjataan terkait. Di segmen satelit, Polandia pada bulan Desember 2022 juga setuju untuk membeli dua satelit militer ke Prancis.
“Prestasi ekspor persenjataan Perancis berhasil dilalui oleh Rafale,” kata Menteri Pertahanan Sebastien Lecornu dalam laporan kepada parlemen. Rekor ekspor senjata Perancis dikaitkan dengan pengeluaran militer global yang lebih tinggi dari titik mana pun dalam tiga dekade terakhir.
Menurut Stockholm International Peace Research Institute (SIPRI), pengeluaran militer di seluruh dunia pada tahun 2022—tahun ketika Rusia menyerang Ukraina—mencapai US$2,24 triliun, mewakili 2,2 persen dari produk domestik bruto dunia.
Baca juga: Rafale Mesir Raih 10.000 Jam Terbang, Pencapaian Pertama di Luar AU Perancis
Hampir dua pertiga ekspor senjata Perancis dikirim ke Timur Tengah, sekitar 23 persen ke Eropa dan delapan persen ke Asia dan Oseania. Pelanggan senjata terbesar Perancis antara 2013 dan 2022 adalah UEA, Mesir, Qatar, India, Arab Saudi, dan Yunani. (Gilang Perdana)
Lho…nggak ada 1 pun negara2 Afrika bekas jajahannya yang sudi shopping senjata ke Perancis tu. Malah diusir-usir. Memalukan ya guys. Sebab apa? Mereka tu sudah merasakan gimana rasanya dieksploitasi Perancis. Ya diusirlah, ganti partner yang lebih fair dan pengertian. Rusia dong. Hahaha… Itu bukti dan fakta ya.. Dari yg mengalami.
Moga digratisi tot buat hidung excocet
Selain gk terlalu mempermasalahkan HAM. “Harga” alutsista Prancis emang mahal. Haha.
Lebih aman daripada beli dari AS
Kalau industri pertahanan Indonesia penjualan terbanyak siapa ya?
krn membeli snjt perancis relatif aman dari embargo,begitu pula dgn exspor snjt turki juga mningkt drastis