Drone Bayraktar Akinci Dipasangi Rudal SOM, Inilah Profil Rudal Jelajah Stand-off Pertama Turki
|
Baykar Technologies rupanya tak tanggung-tanggung dalam mempersiapkan kehadiran drone Bayraktar Akinci. Didapuk sebagai drone kelas berat dengan dua mesin turboprop, Akinci yang telah sukses membawa beban tempur penuh dalam penerbangan selama 13,5 jam, dikabarkan juga dipersiapkan untuk dapat menggotong rudal jelajah. Sebagai produk anak bangsa yang mensinergikan setiap potensi di dalam negeri, maka rudal jelajah untuk Akinci juga mengusung produki nasional.
Baca juga: Drone Bayraktar Akinci Sukses Terbang 13,5 Jam dengan Beban Tempur Penuh
Dikutip dari topwar.ru (29/8/2021), Akinci telah dipersiapkan untuk bisa melepaskan rudal jelajah udara ke permukaan SOM (Satha Atılan Orta Menzilli Mühimmat) produksi Roketsan, manufaktur alutsista kampiun dari Turki. Seperti terlihat dalam foto, rudal jelajah SOM dipasang pada central fuselage Akinci.
Roketsan telah merilis SOM dalam beberapa varian, namun pada prinsipnya SOM adalah stand-off cruise missile yang mirip dengan rudal jelajah lansiran Jerman-Swedia, Taurus KEPD 350. Dirancang dan dikembangkan oleh Tubitak Sage, Institut Penelitian dan Pengembangan Pertahanan Turki pada periode 2006-2017, SOM digadang sebagai rudal otonom, stealth dan punya presisi tinggi.
SOM adalah rudal domestik pertama Turki yang mampu menyerang target dalam posisi diam dan bergerak. Publik pertama kali melihat sosok SOM pada perayaan HUT ke-100 Angkatan Udara Turki di Pangkalan Udara Iğli di Zmir pada 4 Juni 2011.
Disebut sebagai stand-off cruise missile lantaran SOM dapat dilepaskan 180 km dari sasaran. Yang menjadi sasaran favorit juga termasuk kapal perang, menjadikan peran SOM juga sebagai rudal anti kapal. SOM meluncur dengan mengandalkan sistem pemandu utama GPS yang didukung Inertial Navigation System dan Radar-based Terrain Referenced Navigation system, yang memungkinkan rudal untuk menelusuri kontur medan permukaan guna menghindari deteksi dari sistem pertahanan udara lawan.
Pada tahap terminal, sensor pemandu rudal akan mengaktifkan infrared imager, tujuannya untuk mencocokkan kondisi real sasaran dengan basis data yang dimuat sebelumnya guna memungkinkan serangan dengan presisi tinggi. Lantas bagaimana bila GPS di-jamming, apakah sistem pemandu pada SOM akan lumpuh?
Nah, bila akses GPS mendapatkan masalah, maka SOM masih bisa melanjutkan serangan dengan mode image-based midcourse navigation dengan mengambil snapshot waypoint. dan membandingkannya dengan posisi yang diprediksi untuk memperbarui sistem navigasi. Jadi saat kemampuan GPS menurun, rudal dapat mengikuti waypoint menggunakan pembaruan medan berbasis inframerah. Satu lagi, rudal canggih produki Negeri Ottoman ini juga dibekali datalink dua arah yang memungkinkannya untuk mengubah misi/sasaran dalam penerbangannya.
Dirancang saat Turki masih tergabung dalam program Joint Strike Fighter, maka SOM memang dipersiapkan untuk bisa diluncurkan dari ruang senjata internal pada jet tempur stealth F-35.
Secara teknis, SOM ditenagai mesin Kale KTJ-3200, yang memungkinkan rudal melesat dengan kecepatan Mach 0.94. Dari empat varian yang dikembangkan, berat rata-ratanya adalah 600 kg dengan hulu ledak 230 kg. Panjang rudal ini mencapai 3,6 meter dan lebar bentan sayap 2,6 meter.
Dari sejarahnya, rudal SOM melakukan penerbangan berpemandu pertamanya pada 9 Agustus 2011 di atas Laut Hitam. Dengan jarak lebih dari 100 mil laut menggunakan panduan GPS/INS, rudal tersebut berhasil mengenai sasarannya dengan akurasi tinggi. Pengiriman batch pertama rudal ke Angkatan Udara Turki dilakukan pada akhir tahun 2011. Pada pengujian di tahun 2013, SOM berhasil mencapai sasaran dari jarak 800 km.
Baca juga: Taurus KEPD 350 – Rudal Jelajah Jarak Jauh Anti Jamming GPS
Meski terbuka untuk ekspor, namun sampai saat ini pengguna SOM barulah AU Turki, dengan produksian mencapai 500-an unit. Di tangan Turki, SOM kini melengkapi arsenal persenjataan pada F-16 dan F-4 Phantom II. Rudal ini beberapa kali telah digunakan untuk menargetkan sasaran di Suriah. (Gilang Perdana)
Ide bagus jika Indonesia beli sekaligus dapat TOT rudal SOM apalagi F 16 Indonesia tidak punya rudal anti kapal Harpoon.
Panser bisa jadi perkedel klo kena ini
Kalo hasil riset Indonesia itu lambat , entah kenapa , harusy Indonesia bisa melihat Turki yang setiap tahunnya banyak mengeluarkan produk prototipe hasil pengembangan sendiri dan tidak hanya prototipe, langsung di produksi masal , kalo Indonesia terkenal negeri 1000 prototipe hanya buang2 duit dan masuk kantong Semar
Alternatif pembelian dari Turki utk di pasang di f-16/T-50, dan minta insinyur Turki agar Sukhoi kita di oprek biar bisa bawa Som.
Versi mini Taurus KEPD
Kerja Sama Dan ToT penuh sama turki segala bidang, mereka ndk pelit ToT. Kapan lagi indonesia mau maju lebih cepat dengan biaya terjangkau. Klo lewat negara lain muter sana muter sini baru dpt ToT yang seimbang..
Min pilah pilah kalo komen politik di mari berita militer independet min biar pembaca minat…..saran
Klo mau kaya Turki kuncinya ada di dana, birokrasi dan komitmen membeli produk tersebut.
Swasta mengembangkan senjata dan keluar banyak uang lalu TNI ga mau beli padahal sesuai spek ya percuma aja. Lihat aja nanti dari berapa banyak perusahaan asing yg berani bikin pabrik di sini.
Ngeri lihat akurasinyah. Meskipun kecepatannyah masih terbilang rendah. Berani buwat warllah lah para para teknisi cyber elekronnyah
Mantap
Turki tiap mggu keluar produk br sptinya.
Setuju sekali knp yg turki bisa tidak dg turki saja biar jadi sahabat sejati.
Alokasi dana tuk frigat fremm baiknya di batalkan,
mending buat borong rudal dan drone turki + tot
Hhhhhh
Betul. Seharusnya begitu.