Di Kapal Induk Charles de Gaulle, Angkatan Laut Perancis Lakukan Transfer dan Reload Rudal Aster 15 dalam Pelayaran
|Dengan ukuran yang terbilang besar, umumnya tidak dimungkinkan dilakukannya reload atau pengisian ulang untuk rudal anti kapal dan rudal hanud (pertahanan udara) di tengah laut atau dalam pelayaran. Lantaran tidak dapat dilakukan reload saat pelayaran, maka reload amunisi khusus tersebut umumnya hanya dilakukan saat kapal perang permukaan kembali ke pangkalan utamanya, dimana terdapat depo logisitik dan persenjataan.
Namun, dinamika dalam operasi, ditambah dengan ketersediaan unsur pendukung, maka dalam beberapa kasus, kini dimungkinkan untuk melakukan reload amunisi khusus yang berukuran jumbo di tengah pelayaran. Seperti belum lama ini, akun X (d/h Twitter) Angkatan Laut Perancis – Marine Nationale, memperlihatkan tahapan reload rudal hanud Aster di kapal induk bertenaga nuklir Charles de Gaulle.
Mirip dengan teknik pengisian bahan bakar di lautan – replenishment at sea, yang melibatkan kapal tanker, maka dalam skema yang digunakan pada reload rudal ke kapal induk Charles de Gaulle, maka rudal Aster dalam kontainer dikirim ke Charles de Gaulle lewat kabel baja yang membentang antara kapal induk Charles de Gaulle dengan elemen pengirim, yaitu kapal tanker/logistik (supply ship) BRF Jacques Chevallier.
Angkatan Laut Perancis mengklaim bahwa aksi ini adalah yang pertama kalinya dilakukan pengiriman rudal Aster antar kapal di tengah lautan. Kapal induk Charles de Gaulle dibekali dengan sistem hanud berupa rudal Aster 15 dalam konfigurasi 4 × 8 cell A-43 Sylver launchers.
Sebagai catatan, rudal Aster 15 per unitnya punya berat 310 kilogram, panjang 4,2 meter dan diameter 180 milimeter. Dengan dimensi sebesar itu, jelas rudal Aster 15 tidak bisa diisi ulang seperti halnya reload pada rudal hanud MANPADS (Man Portable Air Defence Systems) Mistral.
#Akila | Opérer plus loin et plus longtemps ! 👊 C’est possible avec le 1ertransfert en mer de missile Aster, réalisé entre le BRF Jacques Chevallier et le #CDG ! Opération complexe qui illustre la capacité d’adaptation de la Marine au profit de l’engagement de ses unités. pic.twitter.com/n4aMcM193w
— Marine nationale (@MarineNationale) May 13, 2024
Rudal hanud Aster 15 yang mengusung vertical launching system (VLS) mengharuskan proses reload menggunakan crane, hal yang tidak dimungkinkan pada kapal perang konvensional seperti pada frigat dan korvet. Lain halnya pada kapal induk Charles de Gaulle, yang telah tersedia wahana crane di deck penerbangan yang bisa dimanfaatkan untuk reload.
Diproduksi oleh MBDA, Aster 15 memiliki jangkauan sekitar 30 – 35 km, ketinggian luncur vertikal hingga 25 km, dan mampu melesat hingga Mach 3, atau setara 3.700 km per jam. Aster 15 diluncurkan secara vertikal dan dipandu secara mandiri untuk memberikan cara terbaik dalam mengatasi berbagai jenis serangan udara. Karena waktu persiapan rudal yang sangat singkat dan kecepatan yang sangat tinggi, sistem senjata Aster memiliki kemampuan menyerang dengan cepat.
Dikutip dari Naval News (19/2/2024), sebelumnya Angkatan Laut AS (US Navy) juga berencana melakukan hal yang sama. Berbicara pada konferensi WEST 2024 di San Diego pada tanggal 15 Februari, Sekretaris Angkatan Laut (SECNAV) Carlos Del Toro mengatakan dia telah menginstruksikan angkatan laut untuk melakukan demonstrasi pengisian ulang VLS di laut dengan peralatan Transferrable Re-Arming Mechanism (TRAM) di pertengahan tahun 2024.
Kapal perang Angkatan Laut AS saat ini diharuskan kembali ke pelabuhan untuk mengisi silo peluncuran vertikal setelah muatan rudal habis atau berkurang. VLS MK 41 pada awalnya dirancang dengan apa yang disebut derek strikedown untuk memungkinkan persenjataan kembali di laut, tetapi terbukti sulit untuk digunakan dalam pelayanan dan kemudian dihapus. (Gilang Perdana)
Charles de Gaulle – Kapal Induk Nuklir Lambang Superioritas Perancis di Samudera
Rudal oh rudal kenapa nagari tercinta ini sulit sekali miliki, tak bisa buat dan tak mampu beli, apakah kita memang benar2 murni dan utuh menerapkan sistem pertahanan rakyat semesta dalam bela negara, artinya jumlah penduduk yg banyak sebagai pagar betis penjaga kedaulatan negara. Dibanding luas dan besarnya negara kekuatan AL, AU, dan AD masih sangat jauh dari kata “cukup”, mungkin penting asal sudah punya.