Delegasi Kemhan Intip Rafale di Saint-Dizier, Inilah Lanud Garis Depan Perancis yang Bersejarah
Bahasan seputar alutsista baru selalu menjadi perhatian utama netizen, apalagi bila menyangkut pengadaan alutsista yang jadi maskot suatu matra. Terlepas dari proses pengadaan yang masih berjalan. Belum lama ada postingan foto yang memperlihatkan kunjungan delegeasi Kementerian Pertahanan RI ke Pangkalan Angkatan Udara Perancis Saint-Dizier-Robinson, yang menarik tentu latar dari foto adalah jet tempur Dassault Rafale.
Baca juga: ‘Musuh Bebuyutan’ Sejak Lama, Dassault Rafale dan Boeing F-15 Bakal Dibeli Indonesia
Postingan foto dari akun Twitter @jatosint (5/10/2021) tidak menyebut detail waktu kunjungan. Bila sosok Rafale sudah begitu banyak mendapat publikasi, maka lain hal dengan Pangkalan Angkatan Udara (Lanud) Saint-Dizier-Robinson. Meski bukan lanud terbesar yang ada di Perancis, namun Saint-Dizier-Robinson terbilang fasilitas militer Perancis yang bernilai strategis dan punya sejarah panjang.
Saint-Dizier-Robinson Air Base atau Base aérienne 113 Saint-Dizier, adalah lanud yang ditempati jet tempur dan berada di garis depan, dimana lokasinya terletak sekitar 4 km (2 mil laut) barat Saint-Dizier, di timur laut Perancis. Lanud ini berada pada ketinggian 458 kaki (140 meter) di atas permukaan laut. Saint-Dizier-Robinson memiliki satu landasan pacu dengan panjang 2.412 meter dan lebar 45 meter.
5/10/2021
Indonesian MoD delegations visited 🇫🇷 Saint-Dizier-Robinson Air Base with Rafale Fighter on the background
God Speed🙏 pic.twitter.com/4kSDJuWbTn
— JATOSINT (@Jatosint) October 6, 2021
Saint-Dizier-Robinson memiliki sejarah penerbangan yang panjang, didirikan pada tahun 1913, lanud ini pertama kali melayani pendaratan perdana pesawat militer Perancis pada 11 Agustus 1910. Lantaran berada di garis depan, lanud ini pernah juga dioperasikan oleh AU Jerman saat pendudukan Nazi, kemudian juga pernah menjadi basis pesawat tempur Amerika Serikat saat Jerman berhasil dipukul mundur dari Perancis.
Di era Perang Dingin, yaitu di tahun 1973, Saint-Dizier-Robinson menjadi lanud pertama Perancis yang ditempati jet tempur SEPECAT Jaguar. Skadron Jaguar dari lanud ini ikut dalam misi tempur di Mauritania (1978), di Chad (1980-an), dalam Perang Teluk (1990-1991) dan di Bosnia.
Dan sejak tahun 2006, Saint-Dizier-Robinson memiliki pesawat tempur baru, yakni Dassault Rafale B/C. Ada beberapa catatan kami tentang lanud Saint-Dizier-Robinson. Jika masih ingat dengan misi Pegasus 2018, saat dimana Rafale melakukan penerbangan jarak jauh ke Australia dan Indonesia, maka flight Rafale B yang hadir dan unjuk kebolehan di Lanud Halim Perdanakusuma, berasal dari Saint-Dizier-Robinson.
Kilas balik ke Maret 2020, sebuah Rafale B (tandem seat) terpaksa return to base tak lama setelah lepas landas, lantaran penumpang yang berada di kursi bagian belakang tak sengaja menekan tombol kursi pelontar (ejector seat). Peristiwa itu juga berlangsunv di Saint-Dizier-Robinson.
Baca juga: Abaikan Prosedur Keselamatan, Pria 64 Tahun ‘Terlontar’ dari Rafale B
Kembali ke rencana pengadaan Rafale oleh Indonesia, sejak 7 Juni 2021 sudah ada penandatanganan kontrak awal yang disebut kontrak “Come Into Force” dan akan mulai berlaku pada Desember 2021. Kontrak “Come Into Force” selanjutnya akan menjadi dasar menuju kontrak efektif, yakni setelah semua kesepakatan antara Indonesia dan Perancis tercapai, dan tentunya setelah Indonesia membayar uang muka pembelian 36 unit Rafale. (Bayu Pamungkas)
Sorry yg saya maksud krisis Suez 1956.
masih kurang yakin Iran hanya dengan bermodalkan Fatwa akan merebut terusan Suez apalagi saat ini hubungan luar negeri Mesir- Iran masih cukup baik dan belum ada pemutusan hubungan diplomatik seperti yg dilakukan Arab Saudi dan Amerika.dalam sejarah negara yg cukup serius untuk merebut paksa Suez dari tangan Mesir adalah trio Israel Perancis Inggris saat krisis Suez 1958 yg membuat Amerika gusar dan memberikan ancaman kepada pihak Inggris.
Tidak bisa dibantah jika hubungan Arab Saudi dan Iran memang buruk ,Arab Saudi serta koalisi Arab bahkan mendanai rezim Saddam Hussein dalam jumlah besar untuk beli senjata agar bisa menyerang Iran yg mungkin lemah Paska revolusi tapi entah kenapa hasilnya tidak sesuai dengan yang diharapkan .mungkin koalisi Arab saat ini ingin menyelesaikan bisnis yg gagal diselesaikan oleh rezim Saddam Hussein sekutu mereka yang tidak kompeten saat perang Irak- Iran.
Iran era kapan
Era Shah Iran Reza Pahlavi
Revolusi Iran tahun 1981 beberapa tahun setelah Perjanjian Camp David di akhir 1970an antara Anwar Sadat dan Menachem Begen artinya secara de facto Israel mengakui Suez sahabat milik Mesir
Liat thedrive warzone 2 kali kunjungan muhibbah kapal perang Iran ke negara Amerika Latin dari Kuba, Venezuela dan Nikaragua serta 2 kali kunjungan ke Venezuela mengirimkan midget & FAC dilarang lewat oleh otoritas Mesir
Jangan bawa elemen agama. Baik Iran dan Arab Saudi parno terhadap Syiah. Medio 1980an pengeboman di Mekkah dan Medinah serta Sinai dekat terusan Suez pelakunya sama milisi yang didukung Iran
Tindakan milisi juga karena atas fatwa suci Khomeini
Penganut Syiah di Mesir dan Saudi lebih besar peluang masuk penjara daripada penganut Kristen Koptik dan Majusi
Liat saje mengapa Saudi nafsu banget memberantas Houthi di Yaman. Karena super parno sama Syiah dan Iran
@panzer
Kapal sipil masih bisa lewat
Tapi kapal militer seperti 2 kali kapal perang Iran mengunjungi Venezuela dilarang oleh Mesir
Iran dalam merebut Canal Suez menggunakan proxy yaitu Hizbullah dan milisi Sinai. Pasca Revolusi Iran juga di Mesir migrasi besar-besaran penganut Syiah ke kawasan Sinai. Mereka para milisi belum mampu melakukan pergerakan karena represifnya militer Mesir bak militer Indonesia era Orde Baru
Dapat info dari mana om ayam mengenai Iran yg ingin ambil alih Suez , padahal faktanya Iran & Rusia bahkan memberikan rute International North–South Transport Corridor sebagai alternatif terusan Suez , hubungan antara Iran- Mesir relatif baik bahkan kapal perang Iran diizinkan Mesir boleh melewati terusan Suez membuat Israel kurang nyaman jadi tidak ada logikanya Iran ingin ambil terusan Suez.negara terakhir yg mencoba merebut paksa terusan Suez adalah trio Israel, Perancis, Inggris yang berakhir dengan kegagalan memalukan.
Barang kecil bisa beli tunai tapi permasalahan jika nilai kontrak diatas USD 1 milyar realita dengan anggaran belanja pertahanan kecil bayar nyicil ditambah regulasi kita mewajibkan bank penjamin
Persyaratan agar lolos CAATSA adalah transaksi pembelian perangkat militer tidak menggunakan mata uang USD
Masalah walaupun pake skema imbal beli tapi keberadaan bank penjamin untuk pembelian Su35 tetap belum ada. Semua takut walaupun dari negara yang berseberangan dengan Amrik seperti Iran, Cina dll.
CAATSA dipelopori Partai Demokrat yang mengusung Joe Biden. Sikap Biden utk CAATSA lebih keras dibandingkan Trump. Di akhir masa pemerintahan Trump sudah ada negosiasi antara Turki dan Amrik untuk permasalahan CAATSA tapi oleh Biden negosiasi tadi dianggap batal.
Partai Republik berkuasa walaupun CAATSA belum dicabut masih ada toleransi tetapi jika Demokrat menang wassalam sudah
Mau selamat dari CAATSA lobi Yahudi dipakai. Buka hubungan diplomatik akui kedaulatan Israel atas tanah Palestina dan buka juga ruang investasi seperti India, Mesir dan Vietnam. Khusus Mesir mereka tidak ada hubungan investasi dan klaim pengakuan kedaulatan di tanah Palestina tapi Mesir punya status khusus sebagai operator Suez Canal. Dan negara yang mengklaim akan merebut Suez bukan Israel tetapi Iran. Salah satu fatwa Ayatullah Khomeini atas pembentukan Brigade Al Quds