Update Drone KamikazeKlik di Atas

Buntut Serangan Drone Jauh ke Dalam Wilayah Pertahanan, Sinyal GPS Terganggu di Kota-kota Rusia

Di pertengahan Agustus 2022 lalu, kami mendapat kesempatan bertandang ke Moskow. Di tengah situasi Rusia yang sedang berperang dengan Ukraina, terbesit dugaan bahwa sinyal GPS bakalan sulit untuk diakses di Moskow. Namun, kenyataan menggunakan Google Maps dengan koneksi GPS sangat mudah dan lancar tanpa hambatan sama sekali.

Baca juga: Tandingi GPS, Rusia dan Cina ‘Bersatu’ Integrasikan Kemampuan GLONASS dan Beidou 

Sebagai contoh, Google Maps kami manfaatkan untuk memandu rute berjalan kaki dari kawasan wisata Arbats Street ke Kremlin, yang jaraknya 4 km. Terbukti akselerasi Google Maps sangat lancar. Sebagai catatan, selain Google Maps, juga marak digunakan adalah Yandex Maps, yang aplikasinya juga tersedia di PlayStore. Namun, Google Maps lebih populer di kalangan komunitas wisatawan.

Nah, ada kabar bahwa sinyal GPS dalam beberapa waktu ini lebih sulit untuk diakses di Moskow dan beberapa kota lain. Dikutip dari wired.com (15/12/2022), analisis data terbaru mengungkapkan bahwa beberapa kota besar Rusia tampaknya menghadapi gangguan GPS yang meluas selama seminggu terakhir.

Ada dugaan bahwa gangguan sinyal GPS terkait dengan kemampuan Ukraina meluncurkan serangan drone jarak jauh jauh ke dalam wilayah Rusia, dan itu mungkin bertindak sebagai cara untuk berpotensi menghentikan drone yang mengandalkan GPS untuk navigasi.

Sebagai catatan, serangan drone kamikaze yang terjadi pada 5 Desember 2022 lalu, mampu membetot perhatian dunia, pasalnya serangan diarahkan ke instalasi penting militer Rusia, yang lokasinya notabene jauh dari perbatasan Ukraina – Rusia.

Terletak jauh di wilayah Rusia, Pangkalan Udara Engels dan Dyagilevo adalah basis pembom strategis jarak jauh yang digunakan dalam misi serangan udara ke Ukraina. Pangkalan udara di Engels — juga dikenal sebagai Engels-2 — di wilayah Saratov adalah Pangkalan Penerbangan Jarak Jauh utama Rusia di bagian barat negara itu, dan bejarak sekitar 482 km dari perbatasan Ukraina.

Interferensi GPS telah “meluas pada skala yang belum pernah terlihat sebelumnya,” kata Erik Kannike, seorang manajer program di perusahaan intelijen pertahanan SensusQ Estonia. Apa yang kita lihat sekarang, sejak sekitar seminggu yang lalu, adalah gelembung pengacau GPS (GPS jamming bubbles) yang menutupi ratusan bahkan ribuan kilometer di sekitar kota-kota strategis.

Beberapa titik di pesisir Cina yang diduga sebagai pemancar jammer GPS (SkyTruth)

Masalah GPS pertama kali ditemukan oleh sistem pemantauan GPSJam, yang menggunakan data dari pesawat untuk melacak masalah pada sistem navigasi satelit. Situs web tersebut telah mencatat peningkatan jumlah gangguan GPS di kota-kota Rusia Saratov, Volgograd, dan Penza sejak awal Desember. Semua kota berada di Rusia barat dan dalam jarak ratusan kilometer dari perbatasan dengan Ukraina.

Pada tanggal 5 Desember, GPSJam mencatat gangguan GPS dalam jumlah terbatas di Rusia—mayoritas gangguan terdaftar terjadi di sekitar Moskow, di mana Kremlin selama bertahun-tahun disebut telah ‘mengganggu’ koneksi GPS.

Pada awal invasi besar-besaran Rusia ke Ukraina pada bulan Februari, tidak ada gangguan GPS yang terdeteksi oleh situs web di wilayah tersebut. Namun, dalam beberapa bulan terakhir, situs web tersebut telah melacak sedikit gangguan sinyal di sekitar Rusia, meskipun ada beberapa di dekat Belarusia. Beberapa gangguan GPS juga tercatat di dekat perbatasan Rusia dengan Finlandia.

Gangguan pada Global Navigation Satellite Systems (GNSS)— istilah luas yang mencakup semua sistem navigasi berbasis satelit, termasuk GLONASS Rusia, Beidou Cina, dan Galileo Eropa—dapat disebabkan oleh berbagai cara. Paling umum, penyerang menggunakan jamming atau spoofing.

Jamming dapat melibatkan pengacauan sinyal radio sehingga tidak dapat beroperasi sebagaimana mestinya. Sementara spoofing dapat diartikan membuat sinyal palsu. Jamming dapat menghentikan drone terbang di area tertentu dan membuat aplikasi peta tidak dapat diandalkan.

Sebagai sistem GNSS yang paling banyak digunakan, GPS telah menjadi “utilitas internasional” dalam beberapa dekade terakhir. Ini juga berarti telah menjadi “lebih rentan dan lebih mungkin terganggu,” kata Dana Goward, presiden Resilient Navigation and Timing Foundation.

Gangguan GPS juga dapat dipantau dari luar angkasa. Data yang diberikan dari Aurora Insight, yang menggunakan satelit untuk merasakan gangguan GNSS, menunjukkan peningkatan kekuatan sinyal di Rusia barat dalam beberapa minggu terakhir, dibandingkan dengan pengukuran yang dilakukan pada bulan Agustus 2022.

Peperangan elektronik (electronic warfare) —termasuk pengacauan dan pemblokiran sinyal GPS menjadi bagian yang tak terpisahkan dalam Perang Rusia Ukraina. Rusia memiliki sejarah terdokumentasi dengan baik dalam mengganggu sinyal GNSS, termasuk menguji sistem peperangan elektronik di Suriah.

Pada tahun 2018, taksi di sekitar Kremlin muncul ribuan mil jauhnya di peta. Kapal tanker di lepas pantai Rusia juga menghilang dari sistem pelacakan. Satu laporan tahun 2019 dari C4ADS nirlaba mendokumentasikan 9.883 kasus spoofing GNSS yang terkait dengan Rusia, dengan mengatakan hal itu sering terjadi ketika Presiden Vladimir Putin mengunjungi suatu daerah.

Sejak Rusia menginvasi Ukraina pada bulan Februari, gangguan sinyal GNSS telah terlihat berkali-kali. Pada bulan Maret 2022, Badan Keselamatan Penerbangan Uni Eropa mengeluarkan peringatan tentang sistem navigasi satelit yang macet atau dipalsukan di sekitar Ukraina dan di wilayah terdekat. Amerika Serikat telah menuduh Rusia mencoba mengganggu GPS, dan laporan mengatakan teknologi pengacau Rusia telah membuat drone Ukraina tidak dapat dioperasikan selama pertempuran yang terjadi di darat.

Baca juga: Hadapi Spoofing GPS dari Cina, AS Siap Kirim Satelit Khusus untuk Melawan Jamming

Gangguan GPS yang baru-baru ini dilaporkan di kota-kota Rusia mungkin terkait dengan serangan Ukraina terhadap wilayah Rusia, kata Kannike, meskipun hal ini masih belum dikonfirmasi. “Kesimpulan logis di sini adalah bahwa ini adalah tanggapan terhadap serangan Ukraina yang jauh di belakang garis pertahanan Rusia,” kata Kannike. (Haryo Adjie)

6 Comments