Update Drone KamikazeKlik di Atas

Hadapi Spoofing GPS dari Cina, AS Siap Kirim Satelit Khusus untuk Melawan Jamming

Selain Rusia, rupanya Cina kerap menggunakan spoofing GPS, yaitu teknik untuk mengacaukan koordinat GPS di suatu area. Bjorn Bergman, seorang analis dari SkyTruth mengungkapkan bahwa setidaknya ada 20 lokasi di dekat pantai Cina, dimana spoofing GPS terjadi dengan GNSS [Global Navigation Satellite System] untuk lokasi kapal yang beroperasi di daerah tersebut diganti dengan koordinat palsu.

Baca juga: Insiden di Laut Hitam, Inggris Tuduh Rusia Lakukan ‘Spoofing’ GPS pada Koordinat Kapal Perang

Dikutip dari eurasiantimes.com (12/4/2022), spoofing GPS terjadi di pelabuhan Shanghai, Fuzhou (Huilutou), Qingdao, Quanzhou (Shiyucun), Dalian, dan Tianjin. Tujuan GPS spoofing tak lain untuk mengaburkan deteksi pergerakan kapal. Bergman menyebut akibat spoofing salah satunya berkaitan dengan keberadaan kapal tanker minyak Iran yang diterima Cina, pasalnya Iran menghadapi sanksi dari AS yang melarang ekspor minyak.

Dan berkat spoofing GPS, menyebabkan transaksi kapal minyak Iran ke Cina dapat tersembunyi dari pengamatan satelit, dimana koordinat GPS yang terlihat dari kapal yang bersangkutan berbeda dari koordinat aslinya.

Beberapa titik di pesisir Cina yang diduga sebagai pemancar jammer GPS (SkyTruth)

Bergman mengidentifikasi cincin atau lingkaran spoofing GPS yang berdiameter sekitar 200 meter menunjukkan bahwa perangkat spoofing sebenarnya mungkin terletak di tengah masing-masing cincin ini.

Kasus di atas rupanya mulai membuat gusar Washington, tak mau satelit GPS-nya terkena jamming dari Cina, Angkatan Udara Amerika Serikat (USAF) berencana untuk mengirimkan extra layer Of satellites ke orbit geostasioner. Untuk itu, US Air Force Research Laboratory (AFRL) sedang mengerjakan Navigation Technology Satellite-3 (NTS-3) untuk dikirim ke orbit geostasioner sebagai tambahan pada satelit GPS yang sudah ada pada Medium Earth Orbit (MEO).

Satelit tersebut akan digunakan untuk meningkatkan layanan positioning, navigation, and timing (PNT) yang saat ini disediakan oleh satelit Global Positioning System (GPS). Orbit sedang Bumi (MEO) adalah orbit yang berpusat pada Bumi dengan ketinggian di atas orbit rendah Bumi (LEO) dan di bawah orbit tinggi Bumi (HEO) — antara 2.000 dan 35.786 km di atas permukaan laut.

“Kami ingin melihat bagaimana menggunakan konstelasi yang memiliki arsitektur hibrida,” Joanna Hinks, wakil manajer program NTS-3 di AFRL. Salah satu tujuan NTS-3 adalah untuk menguji teknologi radio baru yang yang dapat digunakan untuk memprogram ulang sinyal guna membingungkan jammer. Parsons Corp sedang mengembangkan sistem ground yang akan mengintegrasikan sinyal GPS dan NTS-3 untuk menilai kinerja jaringan di lingkungan yang sedang mendapatkan gangguan.

NTS-3 diproyeksikan untuk diluncurkan pada misi USSF-106 yang direncanakan oleh US Space Force dan akan diluncurkan pada tahun 2023. Ini akan menjadi misi keamanan nasional pertama yang terbang dengan roket Vulcan Centaur baru dari United Launch Alliance. Pada tahun 2018, L3Harris memenangkan kontrak senilai US$84 juta dari AFRL untuk membangun NTS-3. Satelit seberat 1.250 kilogram sedang dirakit di fasilitas L3Harris di Palm Bay, Florida.

Sejauh ini, US Space Force mengoperasikan konstelasi 31 satelit yang mengorbit Bumi pada ketinggian 20.000 km untuk layanan PNT. Satelit-satelit ini dalam enam bidang orbit mengitari Bumi dua kali sehari menyiarkan sinyal PNT yang penting tidak hanya untuk operasi militer tetapi juga untuk fungsi sehari-hari ekonomi sipil.

Baca juga: Demi Lindungi Putin dan Instalasi Penting, Rusia Lakukan ‘Spoofing’ GPS dalam Skala Luas

Menurut National Institute of Standards and Technology, teknologi GPS memiliki dampak ekonomi $1 miliar per hari di AS. Ketergantungan seperti itu pada GPS menjadikannya target yang menarik bagi musuh. (Gilang Perdana)

2 Comments