Bikin Penasaran! Kapal Induk Cina Shandong Bawa Dua Tipe Drone VTOL
|Dengan keunggulan pada aspek mobilitas dan fleksibilitas, drone mini hybrid VTOL (vertical take-off and landing) menjadi andalan dalam gelar operasi armada kapal perang. Tak terkecuali pada kapal induk Angkatan Laut Cina – Shandong, yang diketahui dalam sebuah pelayaran membawa beberapa drone mini VTOL pada deck-nya.
Baca juga: AL AS Uji Drone Hybrid VTOL untuk Kargo Logistik Jarak Jauh di Lautan
Dari postingan Twitter @RupprecchtDeino, diperlihatkan capture suasana flight deck kapal induk Shandong. Meski terlihat sepi, tapi bila diperlihatkan ke sisi sebelah kanan, tampak kawanan drone mini VTOL yang tengah parkir. Tentu menjadi menarik untuk disimak, tipe drone apakah yang dibawa kapal induk Shandong tersebut.
Dari penelurusan, setidaknya ada dua tipe drone mini VTOL dalam capture foto, yakni Sea Cavalry SD-40 dan satu lagi, yang diduga varian dari Jouav CW-40.

SD-40 merupakan produksi Han’s Eagle Aviation Technology Company dari Xiamen. SD-40 dilengkapi satu mesin bensin (utama) pada bagian ekor untuk terbang, sementara untuk fungsi gerak vertikal dan hovering, drone intai ini dibekali 8 unit electric motor.
Sea Cavalry SD-40 sejatinya mirip dengan KOAX 3.0, yang merupakan drone hybrid VTOL buatan PT Carita Boat Indonesia. Namun SD-40 dirancang lebih kuat dengan 8 unit electric motor untuk menahan terjangan angin kencang dalam pengoperasian di lautan, persisnya drone ini mampu melaju secara VTOL di kondisi sea level 4.
Payload yang dibawa SD-40 terbilang padat, mencakup double light EO (electronic optic), communication relay equipment, airborne digital SLR camera, mini SAR (synthetic aperture radar), dan mini laser radar. Bobot maksimum saat lepas landas SD-40 hanya 40 kg. Dari komposisi pada payload, terlihat konfigurasi perangkat di drone ini terbilang kompak dan padat, dimana jatah untuk payload adalah 6 kg.
Serupa dengan Sea Cavalry SD-40, Jouav CW-40 merupakan drone VTOL dengan kemampuan hibrida, yakni dapat beroperasi dengan mesin bensin dan baterai. CW-40 dibekali MG-170E EO/IR/LR triple sensor stabilized gimbal camera yang terintegrasi dengan sensor cahaya tampak, sensor inframerah, dan laser rangefinder.

CW-40 dengan ciri khas desain V-tail dapat digunakan untuk berbagai skenario aplikasi, seperti kecerdasan pengintaian, penyelamatan dan pencarian, anti penyelundupan, patroli perbatasan, pemantauan lingkungan, pencegahan kebakaran hutan.
Baca juga: Sea Cavalry SD-40 – Drone Hybrid VTOL Pengintai Laut Cina Selatan
CW-40 dapat terbang dengan kecepatan 100 km per jam dan beroperasi dalam kecepatan angin maksimum 17 meter per detik. Drone ini dapat terbang sampai ketinggian 6.500 meter dan endurance selama 6 jam. CW-40 punya berat maksimum saat tinggal landas 45 kg dan payload 10 kg. Panjang CW-40 2,3 meter dan lebar bentang sayap 4,6 meter. (Bayu Pamungkas)
Negara super power di dunia yg kalau nyerang negara lain selalu di amin i oleh pbb dan dibantu keroyok oleh negara2 barat adalah lik Sam, walau negara yg dikeroyok sangat tidak kuat dan arsenalnya jadul, seperti Irak, atau Libya sehingga pesawat tempur, tomahawk dan heli serang Apache mereka tak pernah dapat lawan tanding seimbang dan kemudian tinggalkan negara2 tsb dalam kondisi porak poranda dan kacau balau, beda dengan Rusia dapat perlawanan dari Ukraina yg masuk kategori negara dengan arsenal persenjataan lumayan dan mampu produksi senjata itupun plus dibantu bermacam-macam persenjataan oleh negara2 barat dan lik Sam. Paling tidak kita jadi tahu bahwa nyali lik Sam hanya berani dengan negara2 lemah dan kacau dan wajib dibantu konco2nya barat. Mungkin negara Iran akan baik2 saja karena lik Sam ndak akan berani serang mengingat negara persia ini sudah mampu buat macam2 rudal dan senjata2 canggih, yakin akan banyak Apache dan sejenisnya dan pesawat tempur yg rontok kena manpads buatan Iran sendiri, Rusia dan Cina, terbukti drone kombatan paling canggih lik Sam mampu dibabat Iran.
rusia @ kalau gue sih malah bingung ama yg bilang sebanyak 9 unit heli mi 24 di tembak jatuh pake ak47 😂😂😂😂
Kirain ente inget F-35 Israel yg udah nembak sasaran pangkalan militer Iran dan Suriah di Damaskus Ampe Pantsir jadi gosong. Lupa ya?? Hhhhhhhhhh
Betul banget Mbah Gatol
F-35 sdh teruji di Suriah nyerang ISIS yg cuma bermodalkan senjata AK-47 dan meriam serangan udara jaman perang Vietnam ya Mbah.
Dengan payload yg kecil dan jangkauan yg pendek jelas drone tersebut memiliki kemampuan yg tanggung dibandingkan dg MQ-25 Stingray. Stingray masih buat misi sebagai tanker, tapi bukan tidak mungkin di masa mendatang bisa dipake buat misi Recon dan misi tempur.
@ Nasib: armada CSG gak akan pake NASAMS Dhek, NASAMS itu buat Hanud di Darat, CSG pakenya ESSM, Phalanx, SM-2 sama Laser. Itu drone sebelum sempet nyerang udah kebakar dulu kena laser Arleigh Burke class sang penjaga kapal induk US Navy. Hhhhhhhhhh
@Dhek Rukimin: gak usah ketawa Ama F-35, itu pespur udah teruji nyerang target di Suriah yg udah dijaga rapat pertahanan plus jamming, emangnya Rusia, Su-35 kena tembak Mig Ukraina, Su-30 kena hajar Startreak. Kok Su-57 gak turun juga di Ukraina? Takut nama baiknya jatuh gegara kena Javelin ya. Hhhhhhhhhh
Bikin drone aja Rusia gak bisa. Kirim tuh S-70 Okhtonik ke Ukraina kalo berani. Hhhhhhhhhh
Habis rudal gara” harus nembak drone murah,nembak pake nasams pula ngreload rudalnya perlu waktu eh sdh keburu dikunci fregat cina
Keterlaluan nih China. Masa menghadapi kapal induk AS yg bawa F-35 dan F-18 hanya bermodalkan kapal induk yg dimuati drone.
Terlalu meremehkan AS nih si China. Mungkin berbekal track record F-35 yg sering nyungsep tanpa berperang itulah China berasumsi kapal induknya cukup diisi dng armada drone yg akan menjadi lawan tangguh F-35 dan F-18 di Asia Pasifik…hebat banget China..👍👍
Ya. Salaamm…💪