Beli 12 Lagi, AL Australia Total Bakal Operasikan 36 Unit Helikopter AKS MH-60R Seahawk
|Sebagai anggota pakta AUKUS, arsenal persenjataan Australia jelas menjadi yang terdepan di kawasan regional Pasifik. Seperti Angkatan Laut Australia (Royal Australian Navy) sejak 2016 telah mengoperasikan secara penuh 24 unit helikopter anti kapal selam (AKS) tercanggih, MH-60R (Romeo) Seahawk.
Baca juga: [Polling] MH-60R Seahawk RAN: Lawan Tanding Terberat Helikopter AKS AS 565 Panther TNI AL
Dengan 24 unit MH-60R Seahawk, saat ini ada delapan helikopter yang siap tempur berada di armada kapal-kapal perang AL Australia. Sementara sisanya digunakan untuk pelatihan, tugas operasional di pesisir dan jadwal maintenance. Dan belum lama ini ada kabar, bahwa Amerika Serikat telah menyetujui potensi penjualan 12 unit MH-60R Seahawk untuk Australia, menjadikan AL Australia kelak mengoperasikan 36 unit MH-60R.
Dikutip dari australiandefence.com.au (9/10/2021), disebutkan US State Department telah menyetujui potensi penjualan tambahan 12 helikopter tempur angkatan laut Lockheed Martin MH-60R Seahawk ke Royal Australian Navy (RAN). Persetujuan tersebut, yang diumumkan oleh Defense Security Cooperation Agency (DSCA) pada 8 Oktober 2021, mencakup 12 unit helikopter, peralatan, pelatihan dan layanan terkait dengan nilai US$985 juta.
Beberapa peralatan yang termasuk dalam kesepakatan penjualan mencakup 30 mesin General Electric T700-GE-401C (24 terpasang dan enam suku cadang); 12 Telephonics APS-153(v) Radar Multi-Mode; 12 Sistem Penargetan Multi-Spektral Raytheon AAS-44C(v); 20 Link 16 Multifunctional Information Distribution Systems (MIDS); 12 Airborne Low Frequency Sonars (ALFS); 18 Northrop Grumman AAR-47 Missile Approach Warning Systems (MAWS); 18 BAE Systems ALE-47 chaff and flare dispensers/ECM; Lockheed Martin ALQ-210 Electronic Support Measures (ESM); 24 M299 Missile Launchers; 12 GAU-21 door guns dan 18 L3 ARQ-59 Hawklink terminals.
Dengan jumlah armada kombatan permukaan, maka postur kekuatan AL Australia akan meningkat di tahun-tahun mendatang. Elemen kecanggihan MH-60R bisa terlihat dari adopsi teknologi FLIR (forwad looking infra red), kemampuan penglihatan malam (NVG capability), Secure VHF/UHF communication, Inertial navigation system, data link, Enhanced Advanced Flight Control System (AFCS), dan sistem komunikasi berbasis satelit.
Helikopter yang serba digital ini dibekali empat display layar berukuran 10 inchi pada kokpit. Lalu bagaimana dengan kombinasi senjata yang dibawa? MH-60R Seahawk Negeri Kanguru mengandalkan racikan rudal udara ke permukaan AGM-114 Hellfire dan dan torpedo MK54.
Di kawasan regional, Seahawk juga dioperasikan oleh Singapura dan Thailand, yang mengoperasikan varian Sikorsky S-70B Seahawk. Dari spesifikasi dan peran yang dijalankan, S-70B tidak beda dengan MH-60R Australia, hanya saja kemampuan S-70B untuk misi AKS tidak sehebat MH-60R. Seahawk adalah versi laut dari UH-60A Black Hawk. Dalam jajaran AL AS, Seahawk mulai digunakan pada tahun 1983. (Bayu Pamungkas)
Australia semakin US sentris. Jumlah Romeo sebanyak itu peluang besar disamai India. Ka27 & Wildcat Indihe Navy lumayan banyak juga yang bakal dipensiunkan
@WK
Itu SatCom yang basisnya VSAT. TNI AD dipilih duluan karena communication link paling matang dari ketiga angkatan. Program TDL Kartika sudah dimulai sejak 2014 sampai sekarang masih lanjut.
SatCom tak harus butuh satelit militer
https://www.indomiliter.com/haps-masuk-dalam-rencana-strategis-kemenko-polhukam-inilah-tanggapan-dari-kohanudnas/
Matra lain belum menentukan TDL. Tapi kita sudah memilih SCYTALYS Link sebagai bridge link
https://www.indomiliter.com/jalan-menuju-network-centric-warfare-scytalys-bangun-sistem-data-link-untuk-interoperabilitas-tni/
Saya pribadi menilai antidot untuk kasel adalah kasel.
Pesawat CN 235-220 Maritime Patrol Aircraft (MPA) milik TNI AL ataupun AS565MBe Panther milik TNI AL, CN 295 Special Mission milik TNI AU, kecuali kita memiliki pesawat seperti P-8 Poseidon yang memang dikhususkan untuk menditeksi kasel dan juga kaprang dengan sonar yang mumpuni.
@SL@MeT’Z : Untuk pespur fighter hasil produksi sendiri akan menggunakan IFX, sedangkan guna menjalankan Network Centric Warfare kita masih kekurangan satelit militer.
Kepala Staf Angkatan Darat (KSAD) Jenderal TNI Andika Perkasa terus melakukan pembenahan diri untuk memperkuat Matra Angkatan Darat dalam menghadapi berbagai tantangan di era digital.
Salah satu yang dilakukan oleh Jenderal TNI Andika baru-baru ini adalah membangun project Tactical Integrated Satelite Communication TNI Angkatan Darat di Markas Batalyon Perhubungan Angkatan Darat (Pushubad) yang terletak di Kota Depok, Jawa Barat.
Keberadaan Satelite Communication TNI Angkatan Darat itu tentunya sangat mendukung sektor pertahanan di era revolusi industri 4.0 yang memiliki tantangan yang sangat kompleks ke depan.
Sumber : https://www.viva.co.id/militer/militer-indonesia/1397779-diam-diam-jenderal-andika-perkuat-tni-ad-dengan-2-satelit-baru
Sepertinya AEWCS masih jauh untuk menunjang Network Centric Warfare militer kita, hal tersebut lebih dikarenakan kita mengakusisi alusita blok Barat dan Timur utamanya di matra udara kita.
Untuk darat dan laut kita telah beralih buatan benua biru.
Mungkin setelah IFX, Rafale dan F-15EX diakusisi kemungkinan AEWCS akan sangat diperlukan, terkecuali Sukhkoi kita di upgrade minimalnya seperti Sukhoi Malaysia (Sukhoi MKM) yang menggunakan Sistem avioniknya mengandalkan produk Perancis, HUD menggunakan sistem Thales CTH3022 wide angle holographic, begitu pula sistem IFF (Identification Friend or Foe) yang juga dibuat Thales.
Sistem pod pencari sasaran dan pengarah rudal menggunakan, lagi-lagi, produk Thales yaitu Damocles targeting & NAVLIR pod. Untuk sistem komputer pada Su-30MKM tetap menggunakan sistem S101 buatan Rusia.
Su-30MKM memiliki kekhasan dengan fokus pada sistem pertahanan yang cukup lengkap daftarnya, meliputi Saab Avitronics MAW300 Missile Warning Sensor dan LWS350 Laser Warning Sensor.
Karena sebagian besar manjemen system di Sukhoi MKM sudah mengadopsi dari Eropa, kemungkinan akan dapat menjalankan Network Centric Warfare dari AEWCS dan juga pos komando dari darat, meskipun untuk sistem komputernya (S101) masih made in Papa Bear.
Akan tetapi upgrade seperti ini sangat beresiko seperti yang dialami oleh Sukhoi milik India, diantaranya adalah Tidak Memiliki Sistem Missile Approach Warning System (MAWS)
Seperti namanya, MAWS mendeteksi rudal yang menyerang masuk dan memberi tahu pilot tentang ancaman tersebut. Selain itu, MAWS mampu mendeteksi jenis rudal, yang membantu pilot memberikan tindakan pencegahan yang tepat saat melakukan manuver pertahanan.
Tanpa MAWS, Su-30MKI harus mengandalkan jammer, RWR, sistem kontrol Early Warning (EW) untuk bertahan melawan rudal yang menyerang. MAWS juga diperlukan karena mampu mendeteksi rudal dan arah datangnya sehingga manuver yang tepat dapat dilakukan dan tindakan balasan dapat dilakukan tepat waktu. MAWS juga mampu melacak rudal dengan sistem pencari panas paling efektif, yang tidak menggunakan panduan radar.
Radar BARS No11M
Su-30MKI menggunakan radar BARS No11M passive electronically scanned array, yang merupakan radar yang sangat mampu tetapi memiliki MTBF (waktu rata-rata kerusakan) hanya 100 jam. Setiap 100 jam radar membutuhkan perawatan yang membutuhkan beberapa jam kerja, dan membuat pesawat tidak dapat beroperasi. Namun diyakini ini lebih merupakan kesalahan perangkat lunak yang masih berusaha diperbaiki, dan hingga sekarang belum ada data akurat yang menjelaskan tentang hal itu.
Kelemahan lainnya adalah fusi Sensor
Pesawat ini menggunakan peralatan dari berbagai negara seperti Rusia, India, Prancis dan Israel. Peralatan ini dibuat di pabrikan yang berbeda dengan kode sumber yang berbeda & karenanya tidak dapat “berbicara” satu sama lain. Ini membuat peralatan menjadi unit yang berdiri sendiri, bukan sistem yang bersinergi & terintegrasi. Ini membuat sistem menjadi kompleks yang menyebabkan pilot kelebihan beban dan masalah operasional lainnya.
@Agato Sugimura : Tapi menurut https://haloindonesianews.com/2021/02/08/967/ terdapat 2 unit AS565MBe Panther TNI AL yang sudah full AKS
Helikopter AS565 MBe Panther full AKS (Anti Kapal Selam) telah dioperasikan oleh Puspenerbal TNI AL. Meski tidak diumumkan secara resmi, kehadiran AS565 MBe Panther dengan kemampuan khusus ini tersirat dalam pernyataan Komandan Guspurla Koarmada II Laksma TNI Rahmat Eko Rahardjo.
Dikutip dari siaran pers tnial.mil.id (7/2/2021), Laksma TNI Rahmat Eko Rahardjo yang onbord di KRI I Gusti Ngurah Rai (GNR) 332 mengakatakan, dalam misi kali ini KRI GNR 332 didukung helikopter Panther HS 4211 guna memperkuat kemampuan identification, survelllance, recognition serta kegiatan lain dalam menunjang tercapainya misi dan tujuan operasi.
@Agato Sugimura : Dari 11 unit AS565 MBe Panther kemungkinan hanya 1 unit yang full AKS, yang 10 unit yang sudah diserahterimakan kepada TNI AL akan di ugrade.
Meski hingga kini belum ada berita penyerahan satu unit helikopter AS565 MBe Panther full AKS (Anti Kapal Selam) dari PT Dirgantara Indonesia, namun ada kabar terbaru seputar keluarga helikopter Panther Puspenerbal TNI AL, persisnya ada pemintaan dari pihak TNI AL untuk melakukan upgrade pada lima AS565 MBe Panther yang kini telah dioperasikan.
Dikutip dari Janes.com (15/1/2020), disebutkan dari lima unit AS565 MBe yang akan di-upgrade, rinciannya adalah tiga unit akan di-upgrade dengan anti surface equipment, yang mencakup bekal sonar dan torpedo. Sementara dua unit helikopter Panther lainnya akan di-upgrade dengan fitting sonar capability. Adanya permintaan atas upgrade armada helikopter Panther ini telah dibenarkan oleh Humas PT Dirgantara Indonesia (DI).
Sejauh ini, dari 11 unit AS565 MBe Panther yang dipesan oleh Kementerian Pertahanan pada tahun 2014, 10 unit sudah diserahterimakan kepada TNI AL. Unit pesanan ke-11 (yang belum diserahkan) dikabarkan sudah hadir dalam konfigurasi full AKS, termasuk sistem sonar celup Helras (Helicopter Long-Range Active Sonar) DS-100 dari L3 Ocean System yang menjadi andalan dalam misi buru kapal selam.
Sementara ke-10 AS565 Mbe Panther yang kini dioperasikan TNI AL, belum terpasang perangkat AKS, namun sumber dari PT DI menyebut bahwa proses upgrade sistem AKS dapat dilakukan dengan cepat berkat desain helikopter yang modular.
https://www.indomiliter.com/tni-al-ajukan-upgrade-fitur-anti-kapal-selam-untuk-armada-as565-mbe-panther/
Indonesia harus bisa buat fighter satelit sendiri, untuk perang dimasa mendatang satelit adalah mata langit
Indonesia wajib perbanyak heli AKS sama OTHT sembari nunggu pesawat AEW siap 1 skuadron.