AU Thailand Kepincut Beli F-35 Lightning II, Disebut Harganya Lebih Murah Ketimbang Gripen Terbaru

Dari yang tadinya sekedar lirak-lirik, namun lambat laun bisa jadi kepincut, contohnya pada kasus pemasaran jet tempur stealth F-35, Lockheed Martin seolah menyapu pesanan di sebagian besar negara Eropa Barat dan Skandinavia. Hal itu menjadikan F-35 sebagai jet tempur yang paling diinginkan saat ini, yang disisi lain, tak setiap negara berduit bisa langsung dapat lampu hijau untuk mengorder penempur single engine ini. Di Asia Tenggara, Thailand rupanya mulai serius untuk mengikuti jejak Singapura.

Baca juga: Lockheed Martin Raih Kontrak ‘Misterius’ untuk Pengembangan Desain dan Varian Baru F-35 Lightning II

Meski belum ada tawaran resmi dari Amerika Serikat, Angkatan Udara Thailand ternyata punya proyeksi serius untuk bisa mengakuisisi F-35. Melanjutkan berita yang pernah kami muat pada 13 Oktober 2021, kini KSAU Thailand Marsekal Naphadej Thupatemi kian menegaskan ketertarikannya pada F-35. Dikutip dari Bangkokpost.com (31/12/2021), KSAU Thailand tersebut menyatakan bahwa Angkatan Udara sedang mengincar pengadaan delapan unit F-35, yang disebut Marsekal Naphadej sebagai jet tempur paling canggih di dunia saat ini.

KSAU Thailand Marsekal Naphadej Thupatemi mengatakan angkatan udara membutuhkan armada jet tempur baru, karena jet tempur yang ada saat ini, seperti F-5 dan F-16 meski sudah di-upgrade usianya sudah tergolong tua, dimana rata-rata sudah beroperasi selama lebih dari tiga dekade. Ia menambahkan, seiring bertambahnya usia pesawat, biaya perawatan dan risiko keselamatan cenderung akan meningkat.

Marsekal Naphadej Thupatemi beranggapan, F-35 yang diproduksi oleh raksasa pertahanan AS Lockheed Martin, telah muncul sebagai pilihan terbaik, selain karena canggih, biaya akusisi F-35 bisa lebih rendah, harga F-35 kini turun menjadi US$82 juta (2,7 miliar baht) dari US$142 juta saat model pertama F-35 kali diluncurkan ke pasar. Ia membandingkan F-35 dengan Saab Gripen terbaru (Gripen E/F), yang harga per unitnya US$85 juta. KSAU Thailand itu yakin dengan upaya negosiasi, dimana harga per unit F-35 dapat diturunkan menjadi hanya di atas US$70 juta.

Orang nomer satu di Royal Thai Air Force (RTAF) itu mengatakan perencanaan anggaran untuk proyek akuisisi F-35 akan dimulai pada tahun fiskal 2023. “Sebuah panel diskukisi akan dibentuk untuk mempelajari program pengadaan pesawat ini,” katanya. Menurut Napadej, angkatan udara tidak membeli senjata tetapi menerapkan keamanan untuk membela rakyat dan kepentingan bangsa. Dia menyatakan keyakinannya bahwa jika publik berada di persepsi yang sama dengan angkatan udara, maka pengadaan F-35 akan lebih mudah.

Lepas dari ketertarikan untuk membeli F-35, AU Thailand ternyata tertarik dengan drone intai/tempur Loyal Wingman yang dikembangkan Boeing Australia.

“Nantinya kami tidak memerlukan armada penuh F-35. Kemungkinan kami hanya menggunakan 8 hingga 12 unit F-35, dan sisanya akan lebih memberdayakan penggunaan drone untuk terbang bersama pesawat berawak – (Manned Unmanned Teaming – MUMT). Ini semua akan membantu menghemat biaya. Teknologi ini relatif baru tapi kemungkinan akan berkembang cepat,” kata KSAU Thailand. Bila kelak F-35 dapat diakuisisi AU Thailand, maka akan ditempatkan di Wing 1 yang berbasis di Lanud Nakhon Ratchasima.

Lepas dari keinginan Thailand yang luhur untuk membeli F-35, namun akan menjadi pertanyaan di lingkup dunia internasional, pasalnya militer Thailand juga punya kerja sama yang kuat dengan Cina. Tak bisa dipungkiri, bahwa Cina memasok arsenal alutsista Thailand dengan kuantitas yang lumayan besar. Seperti dalam waktu dekat, Thailand akan menerima kapal selam diesel listrik S26T dan Landing Platform Dock (LPD) Type 071E, yang keduanya produksi Cina. Belum lagi aset ranpur dan rantis produksi Cina, masif dioperasikan AD Thailand.

Baca juga: Tak Mau Kehilangan Kontrak US$23,37 miliar, AS Lanjutkan Proses Penjualan F-35 Lightning II ke UEA

Nah, melihat Thailand seolah yang ‘bermain’ di dua kubu, akankah kelak Washington merestui rencana pembelian F-35 ke Negeri Gajah Putih? Mengingat kasus ‘serupa tapi tidak sama’ pernah dialami oleh Uni Emirat Arab beberapa waktu lalu. (Bayu Pamungkas)

17 Comments