Update Drone KamikazeKlik di Atas

Untuk Pertama Kali, Airbus Uji Coba Peluncuran Drone “Remote Carrier” dari Pesawat A400M Atlas

Kilas balik ke November 2019, saat itu Airbus Defence and Space (ADS) dalam Trade Media Briefing di Manching, Jerman, mempresentasikan dinamika pertempuran di masa mendatang yang semakin kompleks, dimana dibutuhkan keterpaduan dan integrasi antara jet tempur berawak dengan wahana tanpa awak (drone). Menjawab hal tersebut, Jerman, Perancis dan Spanyol mengumandangkan dimulainya proyek Future Combat Air System (FCAS) pada Paris AirShow 2019.

Baca juga: Jadi ‘Launcher’ Remote Carriers, Inilah Peran Airbus A400M di FCAS

FCAS tidak sebatas mewujudkan pesawat tempur stealth generasi keenam, lain dari itu, proyek FCAS juga mencakup dukungan mesin dengan teknologi baru, air combat cloud, aneka sensor tercanggih dan remote carriers. Yang disebut terakhir ini, menjadi menarik untuk dikupas, lantaran desain FCAS pada prinsipnya mengedepankan apa yang disebut “Manned Unmanned Teaming.”

Dalam perspektif lain, remote carriers yang menjadi kepanjangan mata jet tempur juga populer disebut sebagai Loyal Wingman. Dalam kesempatan yang sama, ADS juga mengungkapkan mekanisme remote carriers itu diluncurkan. Persisnya diperlihatkan pola deployment remote carriers dari pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas. Dalam simulasi, lewat ramp door A400M dapat meluncurkan sampai enam drone wingman untuk FCAS. Tidak seperti drone yang diluncurkan dari permukaan, desain remote carrier identik dengan rudal jelajah, dicirikan dari hadirnya bentuk sayap lipat.

Meski perjalanan proyek FCAS masih jauh, dimana target penyerahan pesawat perdana pada tahun 2040, namun untuk remote carriers FCAS ada dua desain yang ditawarkan, masing-masing oleh Airbus dan MBDA. Dan belum lama ini ada kabar dari ADS, bahwa telah dilangsungkan fase uji coba perdana peluncuran drone (remote carrier) dari sebuah A400M Atlas.

Dikutip dari akun Twitter Airbus Defence – @airbusdefence (21/2/2022), disebutkan selama pengujian sebuah A400M mengerahkan drone dari pintu kargo belakang yang terbuka saat mengudara, memvalidasi kemampuannya untuk meluncurkan drone di udara. Remote carriers berperan sebagai “kepanjangan mata” dari pilot di pesawat tempur. Yang paling utama adalah kemampuan ‘memperluas’ jangkauan radar, kemudian target designation range untuk mendukung misi penembakan rudal udara ke permukaan jarak jauh.

Dengan mengandalkan sensor onboard, remote carriers dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh pilot. Kehadiran drone ‘pendamping’ dapat memberikan gambaran dan informasi luas pada pilot tentang battlespace.

Selama uji terbang A400M di kawasan Jerman Utara, sebuah drone uji Do-DT25 buatan Airbus bertindak sebagai Remote Carries. Tak lama setelah peluncuran, parasut drone dibuka, dan meluncurkannya dengan aman ke permukaan. Selama pengujian, drone terhubung dan mengirimkan data ke “pesawat induk” A400M. Transfer data ini menggambarkan bagaimana drone Remote Carriers dapat terhubung ke jaringan combat cloud dengan memberikan informasi penting dengan melayani peran “mata dan telinga” di medan perang, selain itu drone juga memungkinkan mereka ditugaskan oleh operator pesawat berawak selama misi mereka.

Demonstrasi peluncuran Remote Carriers dari A400M melibatkan kru uji dari Angkatan Udara Jerman dan Airbus. Guna mensukseskan peluncuran dari udara ini, dirancang Modular Airborne Combat Cloud Services (MACCS) yang memungkinkan konektivitas penuh antara airlifter (pesawat induk) dan drone.

Pada fase pengujian mendatang, ADS akan melanjutkan validasi A400M sebagai platform peluncuran udara untuk Remote Carriers, menyempurkan kemampuan untuk menyebarkan beberapa drone ini. Ruang kargo berukuran besar pada A400M diharapkan dapat menampung 40 unit Remote Carriers. Uji terbang berikutnya direncanakan akan dilakukan pada akhir tahun ini.

Baca juga: India Tampilkan CATS Warrior, “Loyal Wingman” untuk Jet Tempur Tejas dan Rafale

Remote carrier dari MBDA yang diberi kode RC200, disebut-sebut punya panjang 2,8 meter dan bobot sekitar 240 kg. Disokong mesin turbojet, MBDA RC200 dapat melesat dalam kecepatan Mach 0.7 – Mach 0.85, dan dalam aspek manuver dapat meliuk hingga 4G. MBDA RC200 tidak dilengkapi lethal payload dan operasinya didukung koneksi GPS. Sedangkan untuk remote carrier rancangan Airbus punya desain yang lebih besar, kemungkinan ditekankan untuk jangkauan terbang yang lebih jauh. (Haryo Adjie)

One Comment