Jadi ‘Launcher’ Remote Carriers, Inilah Peran Airbus A400M di FCAS
|Jerman, Perancis dan Spanyol telah mengumandangkan dimulainya proyek Future Combat Air System (FCAS) pada Paris AirShow 2019 lalu. Sebagai sebuah sistem yang saling terintegrasi, FCAS tidak sebatas mewujudkan pesawat tempur stealth generasi keenam, lain dari itu, proyek FCAS juga mencakup dukungan mesin dengan teknologi baru, air combat cloud, aneka sensor tercanggih dan remote carriers. Nah, yang disebut terakhir ini, menjadi menarik dikupas, lantaran desain FCAS pada prinsipnya mengedepankan apa yang disebut “Manned Unmanned Teaming.”
Seperti dijelaskan Jana Rosenmann, Head of Unmanned Aerial Systems Airbus Defence and Space dalam Trade Media Briefing 2019 yang berlangsung di Manching, Jerman, 5 November 2019, disebutkan guna menghadapi dinamika pertempuran di masa mendatang yang semakin kompleks, dibutuhkan keterpanduan dan integrasi antara jet tempur berawak dengan wahana tanpa awak, atau dikenal drone. Seperti pada Paris AirShow 2019, tak jauh disamping mockup jet tempur FCAS, juga diperlihatkan full mockup dari remote carriers yang dimaksud.
Dalam perspektif lain, remote carriers yang menjadi kepanjangan mata jet tempur juga populer disebut sebagai Loyal Wingman. Manned-unmanned teaming (MUM-T) test flight bahkan belum lama ini telah diuji coba antara drone stealth Sukhoi S-70 Okhotnik yang terbang beriringan dengan jet tempur Sukhoi Su-57. Dari belahan selatan, Boeing Defence Australia juga tengah menggarap loyal wingman dalam proyek Airpower Teaming System untuk mendukung operasional F/A-18F Super Hornet dan F-35A Lightning II di masa depan.
Kembali ke remote carriers dalam konsep FCAS, sebagian dari Anda mungkin akan bertanya, bagaimana remote carriers itu diluncurkan? Dalam persentasi video di Airbus Military Facility di Manching, Jana Rosenmann memperlihatkan pola deployment remote carriers dari pesawat angkut berat Airbus A400M Atlas. Dalam simulasi, lewat ramp door A400M dapat meluncurkan sampai enam drone wingman untuk FCAS. Tidak seperti drone yang diluncurkan dari permukaan, desain remote carrier identik dengan rudal jelajah, dicirikan dari hadirnya bentuk sayap lipat.
Meski perjalanan proyek FCAS masih jauh, dengan target penyerahan pesawat perdana pada tahun 2040, namun untuk remote carriers FCAS ada dua desain yang ditawarkan, masing-masing oleh Airbus dan MBDA.
Remote carriers berperan sebagai “kepanjangan mata” dari pilot di pesawat tempur. Yang paling utama adalah kemampuan ‘memperluas’ jangkauan radar, kemudian target designation range untuk mendukung misi penembakan rudal udara ke permukaan jarak jauh. Dengan mengandalkan sensor onboard, remote carriers dapat memberi informasi yang dibutuhkan oleh pilot. Kehadiran drone ‘pendamping’ dapat memberikan gambaran dan informasi luas pada pilot tentang battlespace.
Baca juga: S-70 Okhotnik Terbang Bersama Sukhoi Su-57, Kompetisi ‘Loyal Wingman’ Drone Dimulai
Remote carrier dari MBDA yang diberi kode RC200, disebut-sebut punya panjang 2,8 meter dan bobot sekitar 240 kg. Disokong mesin turbojet, MBDA RC200 dapat melesat dalam kecepatan Mach 0.7 – Mach 0.85, dan dalam aspek manuver dapat meliuk hingga 4G. MBDA RC200 tidak dilengkapi lethal payload dan operasinya didukung koneksi GPS.
Sementara untuk remote carrier lansiran Airbus punya desain yang lebih besar, kemungkinan ditekankan untuk jangkauan terbang yang lebih panjang. Seperti halnya detail FCAS, informasi seputar remote carriers masih dibatasi oleh pihak manufaktur. (Haryo Adjie)
2040..
Umur gw bakalan nyampe kagak..
Dari segi desain bagus juga jika digunakan sebagai rudal hipersonic tinggal tambahin hulu ledak dan tingkatin kecepatannya atau drone dikasih hulu ledak. Wajib kerja sama dan borooong
Bung Admin mungkin bisa dibahas alutsista anti-air 57mm russia yg sasisnya sama dengan BMP3. Kebetulan di slide wishlist AL kan ada poin pengadaan sista anti-air swa-gerak. Besar kemungkinan ranpur tsb yg dilirik marinir
Mungkin yang Anda maksud ini –> https://www.indomiliter.com/derivatsiya-pvo-57mm-spaag-vshorad-terbaru-rusia-dengan-platform-bmp-3/
Design milik Airbus masih lebih bagus ketimbang milik MBDA. Hanya saja penyerahan perdana baru pd tahun 2040. Sementara seteru utama mereka di Eropa yaitu Rusia sdh uji coba terbang tandem antara SU-57 dng Drone Okhotnik yg berfungsi sbg loyal wingmannya. Namun Okhotnik lebih canggih lg, krn bisa lepas landas dan mendarat secara mandiri akibat kecerdasan buatan yg dibenamkan. Disamping fungsinya sebagai kepanjangan mata pilot SU-57 utk memperluas jangkauan radar namun jg dilengkapi persenjataan utk peran eksekusi mandiri.
Itulah kecanggihan persenjataan Rusia yang Strooonggg Bingiiitttt. Mungkin di tahun 2040 nanti disaatt design konsorsium Eropa baru sebatas apa yg ditulis di artikel diatas, mungkin Rusia sdh mengeluarkan produk yg lebih camggih dr fungsi Okhotnik sekarang.
Betul kan bung admin.?
Drone oktonik masih banyak kelemahan masih canggihan drone siluman US atau Inggris plus mesin drone oktonik mudah sekali di lacak panasnya
Dalam perspektif itu ada benarnya 🙂