Derivatsiya-PVO 57mm SPAAG: VSHORAD Terbaru Rusia dengan Platform BMP-3
|Platform ranpur BMP-3 boleh dikata sebagai yang paling populer dalam jagad pengembangan alutsista Rusia saat ini. Selain diwujudkan sebagai IFV (Infanfry Fighting Vehicle) BMP-3F seperti yang digunakan Korps Marinir, keluarga BMP-3 juga sukses diadaptasi sebagai APC amfibi (BT-3F), self propelled mortar system (2S31 Vena), airborne light tank (Sprut-SDM1), dan unmanned combat ground vehicle (Udar). Nah selain turunan BMP-3 di atas, ternyata tank ini juga telah diwujudkan ke dalam jenis self propelled anti aircraft gun (SPAAG).
Baca juga: Udar UCGV – Robot Tempur Lapis Baja dari Platform Tank Amfibi BMP-3
Sebagai SPAAG, keluarga BMP-3 yang satu ini mengusung kanon Derivatsiya-PVO 57 mm. Dengan predikat SPAAG, maka peran ranpur ini sudah dipastikan utamanya untuk misi pertahanan udara (hanud). Menyandang senjata utama berupa meriam 57 mm, dari aspek daya jangkau maka alutsista ini masuk kategori Very Short Range Air Defence (VSHORAD).
Tergolong baru, yakni diperkenalkan pada tahun 2015, Kementerian Pertahanan Rusia pada 8 Maret 2019 menyebut bahwa fase uji coba Derivatsiya-PVO SPAAG akan tuntas pada November 2019. Sebagai jawara arhanud, Derivatsiya-PVO SPAAG dirancang mampu menghancurkan target berupa rudal jelajah, jet tempur yang terbang rendah, helikopter dan drone.
Burevestnik Central Research Institute dan Tochmash sebagai pengembang sistem senjata ini menyebut bila munisi yang digunakan dirancang dengan teknologi guided artillery projectile, yang tak lain untuk menjamin tingkat akurasi pada pengenaan sasaran. Khusus untuk SPAAG ini, ada lima jenis munisi kaliber 57 mm yang disiapkan. Munisinya menggunakan kaliber yang sama digunakan pada meriam S-60 “Si Mbah” yang sampai saat ini dioperasikan Arhanud TNI AD.
Hanya saja, munisi 57 mm pada SPAAG ini sudah menjadi smart munition, dimana proyektil memiliki empat sirip yang terlipat dalam casing dan dikendalikan oleh aktuator di bagian hidung proyektil. Munisi juga dilengkapi sensor laser untuk mengarahkan proyektil ke targetnya.
Dikutip dari armyrecognition.com, bobot munisi senjata ini setara dengan munisi kaliber 76 mm. Sementara bobot hulu ledaknya mencapai 2 kg. Pada operasinya, proyektil meluncur dari laras dengan pemandu laser. Secara teknis meriam mampu melepaskan 120 proyektil dalam satu menit. Untuk jarak tembak, jangkauan ketinggian tembakan adalah 4,5 km dan jarak tembak maksimum 6 – 8 km. Laras Derivatsiya-PVO punya sudut elevasi sampai 75 derajat.
Beberapa pengamat mengakatan model penggeralaran sistem hanud dengan SPAAG sudah tidak efektif dan ketinggalan zaman. Seperti Eropa Barat yang telah meninggalkan penggunaan SPAAG pada dekade 80-an.Namun pihak Burevestnik punya pendapat berbeda, lewat serangkaian uji coba dapat dibuktikan efektivitas Derivatsiya-PVO dalam menghadapi sasaran di udara. Ditambah biaya produksi dan operasional senjata ini disebutkan lebih murah ketimbang menyiapkan rudal hanud.
Baca juga: Otomatic SPAAG – Kanon Hanud Self Propelled dari Platform Oto Melara 76mm
Sementara menjawab pertanyaan, mengapa tak digunakan munisi kaliber yang lebih kecil, 30 mm? Burevestnik menjelaskan bila kaliber yang lebih kecil tidak memiliki jangkauan yang memadai, sementara untuk menghantam sasaran di permukaan, kaliber 30 mm dipandang tak efektif untuk menggasak ranpur lapis baja modern. Secara keseluruhan, bobot pada Derivatsiya-PVO mencapai 20 ton. (Gilang Perdana)
bmp gotong oerlikon 35mm aja ….. mak lumayan kan itu……
atau bmp gotong 40mm thales/nexter aja atau gotong flak 88mm lumayan buat usir heli serang dan tank berat…..
88mm nembus mbt kaya M1A2 atau leopard 2A7 merkava armata gt?? Paling kru duduk manis d dalam maen catur dengan aman tanpa takut tank lecet
Mending ini daripada S60 kita yang padat karya,lebih mobile juga
Wajib punya kita d tambah rudal jarak pendek jd bisa mobile. Kl bisa ada video test nya 57mm ke rudal sarmat karena d tulis nembak rudal jelajah atau ke sasaran darat armata apakah bisa nembus APS nya atau tidak