Ukraina Tampilkan Gekata, Sistem AEW&C dengan Platform Drone Intai
|Faktanya, bukan perkara mudah untuk mengakuisisi pesawat intai dengan kemampuan peringatan dini atau kondang disebut Airborne Early Warning and Control (AEW&C). Sebagai buktinya, sejak Minimum Essential Force II bergulir pada periode 2015 β 2019, realisasi pengadaan pesawat AEW&C yang telah dicanangkan akan dibeli Indonesia, tak kunjung menuai kontrak apa pun.
Pengadaan pesawat AEW&C memang tak murah, selain operator juga harus mempertimbangkan aspek biaya operasionalnya, seperti apakah akan menggunakan platform pesawat jet atau propeller. Meski secara konsep belum sempurna, perkembangan drone ikut membawa dinamika pada rancangan masa depan AEW&C, di mana drone dapat difungsikan untuk menjalankan peran AEW&C.
Dalam ajang Weapons and Security 2021 yang dihelat belum lama ini di Kiev, Ukraina, NVC Infozahist memperkenalkan siste drone AEW&C Gekata. Dari segi tampilan, Gekata yang mengusung drone PD-2 nampak biasa saja sebagai drone berpenggerak propeller, namun PD-2 Gekata telah dilengkapi radio technical intelligence (RTR).
Inti dari drone PD-2 Gekata adalah kontainer seberat 10 kg yang berisi perangkat RTR. NVC Infozahist menyebut, bahwa satu kompleks (set) Gekata terdiri dari enam unit drone PD-2. Tiga unit diperankan untuk beroperasi, tiga lainnya disiapkan dalam posisi cadangan untuk peran pengganti. Kompleks drone Gekata juga mencakup ground control station dan information collection. Model tiga unit sebagai cadangan diperiapkan untuk kebutuhan rotasi, alhasil dalam periode waktu yang ditentukan, setiap saat selalu ada drone yang melakukan patroli.
Formasi terbang tiga unit PD-2 disebut-sebut dapat memindai area seluas 450 km dengan saya radiasi 1 Mw. Selain informasi yang didapat dapat ditransmisikan ke ground control, setiap data intelijen yang diperoleh juga dapat direka pada drive onboard.
Pihak pengembang menyebut, bahwa model AEW&C ala Gekata punya sejumalah keunggulan dibandingkan penggunaan pesawat AWACS klasik. Keunggulan yang sangat kentara tentu dari biaya operasional dan keselamatan awak, maklum dalam laga peperangan, pesawat AWACS merupakan sasaran strategis yang mendapat prioritas dihancurkan lewat serangan rudal udara ke udara jarak jauh.
Sekilas tentang drone PD-2 yang menjadi acuan dari sistem Gekata, yaitu dapat terbang lebih dari 10 jam, punya berat maksimum saat tinggal landas 55 kg dengan payload maksimum 19 kg. Dengan jangkauan kendali line of sight 200 km, ketinggian terbang maksimum drone ini adalah 5.000 meter.
Sejatinya, rancangan drone AEW&C sudah lebih dulu digelar Cina dengan Shenyang Divine Eagle. Salah satu tantangan dalam implementasi drone AEW&C adalah soal bandwidth, urusan transmisi data jelas membutuhkan bandwidth yang cukup besar. Untuk kendali drone saja sudah memakan alokasi bandwidth, belum lagi untuk integrasi dari beragam perangkat seperti radar dan aneka sensor. Proses transmisi data dari drone ke ground control station juga rawan gangguan. (Gilang Perdana)
Bismillah jika E-7A Wedgetail dapat diakuisisi maka penambahan kedua PT.DI mau nga mau harus menambah unit produksi cn.235 220 MPA dengan radar yang setaraf E-7A Wedgetail.
Bahas rudal admaca Turk min, baruΒ² uji coba. Y di hadiri delegasi Indonesia
https://www.indomiliter.com/al-turki-lakukan-uji-tembak-atmaca-rudal-anti-kapal-produksi-dalam-negeri/
Jgn pikirannya pengin beli beli dan beli. Buat sendiri
Bung admin gak bahas Komcad nih? Menarik loh untuk dibahas, sapa tau disini ada yg minat daftar di gelombang selanjutnya.
Bli-bli-bli, TOT harga mati
” Salah satu tantangan dalam implementasi drone AEW&C adalah soal bandwidth ”
————————————————————–
Barang yg gedenya cuma seuprit mana bisa bisa menghandle tugas yg diemban pesawat AEW&C sedungguhnya.
Kalo memang bisa digantikan dng benda yg sekecil itu, pastinya Indonesia sdh order duluan paling depan, soalnya murah biaya operasionalnya…ππ
Ya. Salaamm…πππ
Masalah bandwidth bukan kecil atau gedenya platform, mau pake pesawat atau UAV sama aja. Yg penting prosesor,jaringan dan penyimpanan datanya. Pada dasarnya kalo mau bikin UAV jadi platform AEW bisa dipake semua dalam satu paket drone. Bawa radar, Elint/sigint, dan pembagi jaringan. Itu hanya bisa dibawa pake UAV gede macam Global Hawk yg punya kemampuan terbang tinggi. Kalo dananya cekak ya dibagi dalam beberapa rombongan UAV, ada yg buat rekon, ada yg buat radar, deteksi sinyal. Pemrosesan bisa dari ground bisa juga dg AI. Kemampuan kontrol/line of sight juga penting. Kalo dananya banyak bisa pake satelit jari bisa dipake jarak jauh hingga ribuan kilometer, kalo dana cekak ya dipake sekitar ground kontrol. Itu semua bisa dilakukan asal bisa lebih cerdik dalam memanfaatkan apa yg ada.
Dengan dana pinjaman luar negeri senilai ribuan triliun Indonesia pasti sanggup borong pesawat AEW & C, pesawat tanker baru dan pespur baru.