Turki ingin Beli Suku Cadang dan F-16 Varian Terbaru, Jika Ditolak? Ini Konsekuensi yang Harus Dibayar AS
|Lepas dari polemik dan ketegangan dengan Washington akibat pembelian rudal hanud S-400, Turki hingga detik ini masih anggota NATO dengan arsenal jet tempur yang sebagian besar adalah produksi Amerika Serikat. Untuk urusan yang satu ini, memang Turki tak bisa berpaling dari AS, meski telah menyetok suku cadang dan persenjataan terkait, backbone alias kekuatan Angkatan Udara Turki saat ini bertumpu pada Lockheed Martin F-16 C/D.
Jumlah populasi F-16 C/D tentu tak bisa dibandingkan dengan Indonesia, sampai Januari 2021, AU Turki mengoperasikan tak kurang dari 245 unit F-16 C/D (Block30/40 dan Block50). Meski beberapa suku cadang dan perangkat F-16 telah dibuat oleh industri dalam negeri, tetap ada elemen kunci, dimana Turki masih butuh AS untuk yang satu ini. Menyadari bahwa F-16 adalah tulang punggung kekuatan udara Negeri Ottoman, ada kabar bahwa Ankara menginginkan pembelian 80 kit suku cadang yang digunakan untuk meningkatkan kemampuan armada F-16 yang kini masih beroperasi.
Pada Februari 2021, industri pertahanan Turki meluncurkan program untuk meningkatkan 130 unit F-16. Menurut parameter program ini, masing-masing pesawat akan ditingkatkan jam terbangnya, dari 8 ribu jam menjadi 12 ribu jam. Upgarde 30 unit F-16 Block 50+ untuk AU Turki juga akan dimulai di fasilitas Turkish Aerospace Industries.

Melansir dari Defense Express (12/10/2021), disebutkan selain permintaan pembelian kit suku cadang, Turki juga ingin membeli 40 unit F-16 jenis terbaru – F-16 Viper Block 70. Atas keinginan Turki, sejauh ini belum ada tanggapan dari AS.
Menghadapi kemungkinan penolakan dari AS, rupanya Turki punya ‘kartu truf’ untuk menekan AS, dimana Turki akan meminta pengembalian dana pengembangan F-35 Lightning II yang nilainya mencapai US$1,4 miliar, bila AS menolak permintaan Turki untuk pembelian F-16 baru dan kit suku cadang.
Dengan akuisisi S-400 dari Rusia, maka Turki yang notabene adalah anggota NATO mendapat ganjaran sanksi Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAASTA) yang telah dikumandangkan mantan Presiden AS Donald Trump. Dan sebagai buntutnya, Turki otomatis didepak dari program pengembangan F-35 Joint Strike Fighter.
Partisipasi industri Turki dalam program F-35 mencakup pelibatan 10 perusahaan yang menerima lebih dari US$1 miliar kontrak untuk memasok lebih dari 900 bagian pada sistem F-35. Lockheed Martin menyebut, basis manufaktur di Turki diproyeksikan dapat menerima keuntungan hingga US$12 miliar selama program produksi F-35 berjalan.
Baca juga: ‘Timbun’ Suku Cadang F-16, Turki Siap Terima Gelombang Pertama Rudal Hanud S-400
Kembali tentang armada F-16, sebenarnya pada akhir 2019, Turki telah mengamankan rantai suku cadang untuk F-16 saat keputusan membeli rudal S-400 diambil. Dua pejabat Turki yang tak disebutkan namanya mengatakan bahwa telah ditempuh langkah antisipasi bila sanksi berupa embargo dijatuhkan AS, salah satunya adalah selama ini Turki telah menyimpan stok suku cadang untuk F-16. Tidak dijelaskan mulai kapan aksi ‘penimbunan’ suku cadang F-16 dilakukan, namun kabar menyebut kegiatan itu dilakukan sebagai antisipasi bila embargo dikenakan AS terkait pembelian rudal hanud S-400. (Gilang Perdana)
@kodok🐸🐸 : Benar om…
Kita kaya dengan sumber alamnya dan miskin ahlak dan budi pekerti.
Sudah puluhan tahun bahkan berabad abad sumber daya alam kita diambil oleh pihak luar, padahal jika dikelola dengan baik dan bijak dapat mensejahterakan masyarakat kita.
Contohnya sekarang, ketika negara Amerika dan negara di belahan dunia lainnya krisis energi, dengan alasan apapun negara² maju membawa negara Indonesia ke persidangan perdagangan Internasional.
Meskipun telat, sekarang kita telah merubah aturan eksopr barang mentah ke barang setengah jadi dan bahan jadi guna lebih mendapatkan keuntungan lebih, membuka lapangan kerja dan sebagainya.
Boleh jadi Arab Saudi negara penghasil minyak bumi, boleh jadi Amerika menjadi pengekspor alusita terbanyak, boleh jadi India dan China menjadi negara berpopulasi terbanyak di dunia, tapi keragaman dan jumlah yang terkandung dari sumber alam kita dari ujung Timur hingga Barat dan dari Selatan hingga Utara lebih dari cukup untuk mengangkat taraf hidup masyarakat kita.
Percuma punya alusita keren jika taraf hidup masyarakat kita stagnan.
Jika pembelanjaan alusita negara berpatokan kepada ekonomi, maka perbaiki ekonominya.
China melesat dalam alusitanya karena perkembangan pesat ekonominya.
Jika kita diembargo kembali meskipun ada “Black Market” tetap saja tidak akan memenuhi semua kebutuhan apa yang diperlukan oleh unsur negara.
Kita berkaca saja dari project KFX/IFX, Amerika tidak ingin share komponen inti kepada Korea Selatan dan utaanya kepada Indonesia.
Sudah bukan hal yang aneh dan baru jika Indonesia menjadi anak tiri dari Amerika untuk urusan alusita.
Saya pribadi tidak ada persoalan Indonesia akan membeli alusita dari negara Amerika, Rusia, Prancis, Inggris, China atau bahkan Etiopia…
Yang terpenting ToT apa yang kita dapatkan dari pembelian tersebut?
ToT adalah salah satu sumber dari kemandirian alusita dan missing link dari teknologi yang belum kita kuasai.
Lalu ada sekema imbal dagang guna lebih mendongkrak ekspor barang yang kita miliki.
Masa kita kalah dengan China dan salah satu negara di ASEAN???
China membeli pespur kepada Rusia dibayar dengan jaket kulit binatang lalu kita menjual pesawat kepada Thailand di bayar dengan beras
Jika perlu kita barter F-15EX, F-16V ataupun F-35 dengan kerupuk dan ikan teri… 😋😋😋
agato “Itu bisa terjadi karena Indonesia bisa mendatangkan sucad dari negara lain diluar USA. USA hanya melarang penjualan sucad dari negaranya, bukan melarang penjualan dari negara lain”
bukan dr negara lain om…lebih tepat nya di pasar gelap alias ILEGAL…dan sebagai ganti nya, bnyak F16 kita jadi besi tua akibat kanibalisasi….dan efek dr embargo tersebut, negara tetangga malaysia aja berani semena2 dgn negara kita….pertanyaan gue..apakah yg bisa di banggakan dengan embargo dr amerika tersebut????? timur leste lepas dr kita, alutsista bnyak yg mangkrak, padahal udah brp bnyak mer ka ngembat EMAS kita di papua????😂😂😂