‘Timbun’ Suku Cadang F-16, Turki Siap Terima Gelombang Pertama Rudal Hanud S-400

Bagi Turki, armada jet F-16 Fighting Falcon adalah tulang punggung kekuatan udara Negara Ottoman tersebut, dimana AU Turki saat ini mengoperasikan 245 unit F-16 C/D campuran Block30/40 dan Block50. Namun di sisi lain, Pemerintah Turki pimpinan Presiden Recep Tayyip Erdogan telah memutuskan pengadaan alutsista hanud rudal S-400 dari Rusia terus dilanjutkan. Muncul dilema, mengingat bila pengadaan S-400 diteruskan maka Turki harus bersiap mendapat ganjaran sanksi Countering America’s Adversaries Through Sanctions Act (CAASTA) yang telah dikumandangkan Presiden AS Donald Trump.

Baca juga: Paris AirShow 2019 – Turki Tampilkan Full Mockup Hurjet, Jet Latih Tempur ‘Pendamping’ F-16

Mengutip dari thedrive.com (3/7/2019), dua pejabat Turki yang tak disebutkan namanya mengatakan bahwa telah ditempuh langkah antisipasi bila sanksi berupa embargo dijatuhkan AS, salah satunya adalah selama ini Turki telah menyimpan stok suku cadang untuk F-16. Tidak dijelaskan mulai kapan aksi ‘penimbunan’ suku cadang F-16 dilakukan, namun kabar menyebut kegiatan itu dilakukan sebagai antisipasi bila embargo dikenakan AS terkait pembelian rudal hanud S-400. Sejak 2018, Donald Trump telah mengancam sanksi kepada Turki terkait rudal S-400.

Dengan pembelian S-400, tentu tidak hanya berdampak pada F-16, Turki otomatis terancam didepak dari program pengembangan F-35 Joint Strike Fighter. Tidak itu saja, sanksi AS oleh beberapa analis akan merembet pada program kerjasama helikoper CH-47F Chinook dan UH-60 Black Hawk. Lebih jauh, arah kerja sama pertahanan antara AS dan Turki juga akan berubah di masa depan, seperti diketahui Turki sampai saat ini adalah sekutu AS dalam NATO.

Turki beralih ke Rusia setelah setelah gagal membujuk AS untuk berbagi teknologi dari sistem rudal Patriot sebagai bagian dari kesepakatan akuisisi. Usaha AS untuk mencegah Turki berapaling ke Rusia juga sudah dilakukan, seperti usaha Departemen Pertahanan AS yang tahun lalu menyetujui kemungkinan penjualan baterai rudal Patriot senilai US$3,5 miliar ke Turki. Sementara pihak Turki kadung ragu atas upaya AS, lantaran proses akuisisi Patriot mendapat hadangan dari senat, terutama dari kubu oposisi pemerintah.

Ibarat berpacu dengan eskalasi konflik di Timur Tengah, Turki berkepentingan mendapatkan sistem hanud yang mumpuni untuk melindungi ibu kota Ankara dan kota utama Istanbul, termasuk selat Bosporus yang menghubungkan daratan Eropa dan Asia. Dari aspek teknis, Turki juga lebih meyakini bahwa S-400 lebih unggul daripada Patriot sebagai sistem hanud yang berdiri sendiri (standalone).

Mengetahui peluang untuk menciptakan sekutu baru, Rusia lewat Presiden Vladimir Putin akan mengirimkan paket S-400 dalam waktu yang tidak lama. Dilansir dari koran lokal Haberturk, pada 1 Juli lalu Presiden Erdogan menyebut gelombang perdana rudal S-400 akan diterima Turki dalam 10 hari kedepan. Tentang pengiriman S-400 ini kabarnya telah dijelaskan Erdogan dan Putin secara langsung kepada Donald Trump. Perlu diketahui, kontrak pengadaan S-400 antara Turki dan Rusia telah ditandatangani pada akhir 2017 dengan nilai US$2,5 miliar.

Baca juga: Tandingi THAAD, Rusia Lindungi Moskow dengan Sistem Hanud S-500 Prometheus

Mungkin kadung mesra dengan Turki, Rusia kabarnya juga menawarkan penjualan pesawat tempur siluman Sukhoi Su-57 dan program kerja sama pengembangan rudal hanud hipersonik S-500. Nah, seperti apa babak selanjutnya dari drama sanksi S-400? Tentu menarik dicerimati, langkah timbun suku cadang juga cerdik dilakukan Turki dalam jangka pendek, sembari Turki mendorong industri pertahanan dalam negeri yang saat ini dinilai bergerak cukup maju. (Gilang Perdana)

78 Comments