Turki dan Indonesia Kolaborasi Kembangkan Rudal Udara ke Permukaan Modular untuk Drone Tempur
|Pasca Indonesia memilih untuk mengakuisisi drone tempur (UCAV) CH (Chang Hong)-4 Rainbow dari Cina, maka rangkaian kerja sama antara Indonesia dan Turki dalam pengembangan drone tempur serasa meredup, hal itu bisa dimaklumi, pasalnya Turki kandas dalam menawarkan drone tempur Anka ke Indonesia, padahal serangkaian kerja sama riset telah dilangsungkan cukup intens antara BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dan Turkish Aerospace, termasuk menjalankan program pengembangan drone dalam uji di terowongan angin (wind tunnel).
Baca juga: Panglima TNI: Indonesia Akan Datangkan Enam Unit Drone Kombatan MALE CH-4 Rainbow
Namun, belum lama ini tersiar kabar, bahwa Turki kembali menggandeng Indonesia, bukan spesifik pada pengembangan drone tempur, melainkan kolaborasi pada pengembangan rudal udara ke permukaan yang akan dipasang pada UCAV. Dikutip dari Janes.com (22/7/2022), disebutkan dalam presentasi webinar pada 14 Juli 2022, bahwa kerja sama tersebut melibatkan para insinyur dari BPPT Indonesia dan Lembaga Penelitian dan Pengembangan Industri Pertahanan (SAGE) Dewan Riset Ilmiah dan Teknologi Turki (TUBITAK).
Menurut materi presentasi, BPPT dan SAGE sedang mengerjakan jenis rudal udara-ke-permukaan modular yang dapat dikonfigurasi untuk berbagai set misi, dari operasi anti-kapal hingga misi serangan darat. Sensor dan muatan rudal akan dapat dipertukarkan, bahkan dalam waktu singkat.
Tujuan dari kolaborasi ini adalah untuk melengkapi persenjataan pada drone MALE (Medium Altitude Long Endurance) yang dikembangkan secara lokal di Indonesia. Nah, mengenai drone tempur MALE yang dikembangkan secara lokal, maka perhatian akan terarah pada debut drone Elang Hitam yang digarap konsorsium PT Dirgantara Indonesia, PT Len Industri, BPPT dan Kementerian Pertahanan.
Yang jadi tantangan saat ini adalah jadwal pengembangan drone Elang Hitam yang sudah molor jauh. Sebagai catatan, prototipe drone MALE ini dijadwalkan terbang perdana pada tahun 2020 dan diproyeksikan tuntas mendapatkan sertifikasi produk militer pada tahun 2023.
Baca juga: Seluruh Uji Aerodinamika Drone Anka Ditangani BPPT, Termasuk Anka-NG!
Lantaran diterpa pandemi, jadwal terbang perdana Elang Hitam ikut bergeser, pertama disebut akan dilakukan pada Desember 2021, kemudian bergeser lagi ke Februari 2022. Dan sampai saat ini, tak jelas kabar prototipe Elang Hitam, padahal kabarnya Elang Hitam sudah dipersiapkan untuk uji terbang dengan mesin Rotax 915 iS. (Biyanto)
Hohoho
Ego kelembagaan memang menghambat bingits
Ane cenderung setuju dengan ide BRIN pengembangan drone Elang Ireng dapat diaplikasikan ke sipil dgn beberapa pemangkasan teknologi sensitif
General Atomics dan Norinco sukses besar karena pangsa pasar sipil potensi cuan melebihi militer. Norinco malah jadi penyedia terbesar UAV & USV buat Aramco serta korporasi minyak besar di Timur Tengah
Drone Elang Hitam dalam beberapa tahun akan ketinggalan zaman, krn akan muncul tren drone jet tempur spt di singapura dan ausy
Sdahlh indo cmn hnya akn bisa bikin pesawat vesrsi transpoter.
Krna mmarika tdk akn suka indonesia mandiri lbih baik jd ngara konsumen .
Okey!!!!
min, kalau didasarkan pada https://www.airforce-technology.com/projects/wing-loong-unmanned-aerial-vehicle-uav/ wing loong juga dipakai indonesia, apakah benar?
Pernah ditawarkan tapi tidak jadi diakuisisi.
sudahlah… Jangan menyalahkan BRIN, BRIN itu relalistis dengan anggaran yang diberikan pemerintah, anggaran awal yang diberikan hanya cukup untuk riset drone sipil dengan spesifikasi MALE malah mabes TNI minta dibuatkan drone tempur, desain rangka dan payload elang hitam belum dirancang sebagai drone kombatan. Begitu dengan sistem sensor dan pemandu senjata, justru seharusnya selesaikan dulu prototipe drone, lanjut uji terbang untuk menguji sistem navigasi komunikasi dan payload, jangan seenaknya ditengah jalan memasukan berbagai tuntutan yang tidak sesuai dengan rencana awal, bukti kalau di mabes TNI belum ada road map yang jelas. Drone yang terbukti tangguh dan handal seperti Wulung buktinya tidak dipake oleh TNI. Mending Teknologi drone ini dijual ke malaysia saja