Seluruh Uji Aerodinamika Drone Anka Ditangani BPPT, Termasuk Anka-NG!

Kembali ke Januari 2018, tersiar kabar bahwa PT Dirgantara Indonesia (PT DI) dan Turkish Aerospace Industries (TAI) dalam tahap finalisasi kerjasama pengembangan drone MALE untuk kebutuhan TNI AU. Dan lebih dalam disebutkan kedua manufaktur aviasi tersebut menggodok rancangan UAV MALE yang diambil dari basis UAV Anka, drone MALE produksi TAI yang saat ini sudah digunakan AU Turki dan Kepolisian Negeri Otoman tersebut.

Baca juga: Dibalik Kesuksesan Drone Anka, Ternyata Ada Andil Besar dari BPPT

Dari beragam varian Anka, Anka Block B (Anka-B) adalah yang paling potensial dan dipandang pas untuk kebutuhan TNI AU. Menyandanh status MALE, Anka-B dapat terbang hingga ketinggian maksimum 9.144 meter, terbang dengan endurance 26 jam dan punya jangkauan terbang 200 km.

Lepas dari sejauh mana proses di atas sudah berjalan, kabar yang justru menarik perhatian kini terungkapnya peran BPPT (Badan Pengkajian dan Penerapan Teknologi) dalam mendukung program pengembangan drone Anka. Terhitung sudah satu dekade keterlibatan BPPT dalam uji coba terowongan angin pada beberapa varian Anka.
Bertempat di Pusat Penelitian Ilmu Pengetahuan dan Teknologi (PUSPIPTEK) di Tangerang Selatan, BBTA3 (Balai Besar Teknologi Aerodinamika, Aeroelastika dan Aeroakustika) BPPT melaksanakan kampanye pertama pengujian terowongan angin dilakukan di ILST (Indonesian Low Speed Tunnel) untuk Anka.

Dari runutan sejarahnya, pengujian terowongan angin pertama dilakukan terhadap model Anka dengan konfigurasi penuh (full configuration) dan model sayap 2D. Kampanye pengujian ini diarahkan untuk memperoleh karateristik aerodinamik dari varian pertama. Kampanye pengujian ini dilakukan selama delapan bulan sejak Maret hingga November 2008. Data yang terkumpul sangat banyak selama pengujian ini memegang peranan yang sangat penting baik bagi pengembangan perangkat lunak untuk sistem kendali autopilot, maupun untuk memverifikasi kinerja terbang sebelum terbang perdana.

Kemudian kampanye pengujian kedua dilakukan di ILST pada April – Mei 2015 untuk varian lain Anka termasuk varian SATCOM. Pengujian terhadap model terskala pada kampanye ini dilakukan untuk memperoleh efek-efek deformasi sayap, instalasi alat komunikasi seperti: radomes SAR dan SATCOM, Kamera EO/IR, winglets dan air inlets terhadap karakteristik aerodinamika Anka.

Selanjutnya, kampanye pengujian terowongan angin ketiga di ILST dilakukan terhadap sayap Anka-NG (Next Generation) dalam skala penuh pada Juni 2015. Data hinge moment aerodinamik untuk sayap 2D diperoleh untuk berbagai defleksi trailing edge. Data ini ini sangat penting dalam pengembangan deicing system atau antsipasi kontaminasi pada permukaan sayap selama siklus operasi.

Tidak itu saja, kampanye pengujian terowongan angin keempat dilakukan untuk Anka-NG di ILST BBTA3 dalam model terskala. Pada pengujian ini efek geometri sayap baru terhadap gaya dan momen aerodinamika dikaji sebanyak 60 polar data valid.

Baca juga: PT DI Bangun Prototipe Drone MALE Untuk TNI AU dari Basis TAI Anka-B

Dikutip dari siaran pers bersama BPPT dan Turkish Aeorspace, “Keempat kampanye pengujian terowongan angin Anka di ILST telah memberikan kontribusi yang besar dalam pengembangan Anka UAV System dengan performa terbang yang superior dan peningkatan fitur-fitur keselamatan,” ungkap Tamer Ozmen, Vice President Turkish Aerospace untuk Corporate Marketing and Communication.

Saat ini Turkish Aerospace meneruskan kolaborasinya dengan BBTA3 untuk yang kelima kali dalam pengujian terowongan angin Sistem UAV baru untuk High Payload Capacity. Kampanye pengujian kelima ini ditujukan untuk memperoleh karakteristik aerodinamika model pesawat baru mereka, YFYK, yang terskala dalam konfigurasi penuh. Kampanye pengujian ini dimulai September 2018 dan direncanakan untuk memperoleh 233 polar data aerodinamika termasuk untuk berbagai defleksi bidang kendali dan berbagai konfigurasi payloads hingga akhir Oktober 2018.

Tentu ada alasan tersendiri mengapa Turki memilih fasilitas terowongan angin di Indonesia. Fasilitas pengujian model pesawat yang ada di BBTA3 BPPT yaitu ILST (Indonesian Low Speed Tunnel) adalah terowongan angin dengan seksi uji berukuran 4 × 3 meter yang dibangun oleh Presiden B.J. Habibie menggunakan teknologi asal Jerman dan Belanda.

“Terowongan angin kami sangat presisi dengan intensitas turbulensi yang sangat rendah di bawah 0,1 persen, lapisan batas yang sangat tipis di bawah 5 persen , dan sudut aliran yang sangat seragam,” ujar Fadilah Hasim, Kepala BBAT3 BPPT. Fadilah menambahkan, “terowongan angin ILST adalah terowongan angin kelas dunia, dan kami selalu berupaya yang terbaik untuk menjaganya dengan baik.” (Haryo Adjie)

7 Comments