Terus Dioperasikan Hingga 2050, AU AS Ajukan Penggantian Mesin Pembom Strategis B-52

Di dunia ada dua pembom strategis jarak jauh yang usianya relatif sama tua, namun masih tetap eksis dalam beragam variannya hingga kini. Yaitu Tupolev Tu-16, yang dikemudian hari menjadi Xian H-6, Tu-16 yang pernah mewarnai masa jaya TNI AU ini terbang pertama kali pada 27 April 1952. Sementara Boeing B-52 Stratofortress “BUFF” (Big Ugly Fat Fucker) yang terbang pertama kali pada 15 April 1952. Dan dari keduanya, jelas yang paling tersohor dan berpredikat full battle proven adalah B-52.

Baca juga: Digadang Bawa Rudal Balistik, Kemunculan Pembom Xian H-6N Bikin Resah Pentagon

Jika ditakar dari segi usia, di tahun 2020 ini, usia B-52 sudah mencapai 68 tahun. Dan hebatnya, B-52 masih terus diandalkan oleh AU AS, sebut saja dalam operasi pemboman di Perang Teluk dan Afghanistan, termasuk saat tensi ketenganan AS dengan Cina dan Korea Utara meningkat, armada B-52 bahkan ikut disiagakan di Lanu Andersen, Guam. Mungkin ini yang bakal menjadi kejutan lagi, bahwa B-52 masih akan terus dioperasikan AS hingga tahun 2050. Itu artinya debut keluarga B-52 bakal mendekati 100 tahun di udara.

Kabar bakal terus mengangkasanya B-52 untuk waktu lama diwartakan FlightGlobal.com (28/4/2020), disebutkan pihak AU AS telah mengajukan permintaan kepada Departemen Pertahanan untuk penggantian mesin B-52. Sebagai informasi, setiap pesawat B-52 terdiri dari delapan mesin. Sejak awal tahun 60-an, B-52 hingga saat ini masih menggunakan jenis mesin Pratt & Whitney TF33-PW-103. TF33-PW-103 sendiri merupakan varian militer dari mesin JT3D yang digunakan pada jet komersial Boeing 707 dan Douglas DC-8.

Dalam pernyataannya, AU AS menginginkan penggantian mesin turbin tersebut, dan diharapkan dengan mesin baru-nya, B-52 masih dapat dioperasikan sampai tahun 2050. Jumlah mesin yang dibutuhkan oleh AU AS untuk proyek upgrade ini mencapai 608 unit mesin. Kontrak pengadaan diharapkan dapat dilangsungkan pada Mei 2021, dengan waktu pengiriman secara bertahap dalam rentang waktu 17 tahun.

Menjelang target kontrak pada Mei 2021, maka kini sejumlah manufaktur mesin tengah berkompetisi untuk bisa memasok mesin untuk B-52. GE Aviation, Pratt & Whitney dan Rolls-Royce telah menyatakan minatnya untuk mengajukan penawaran dalam program ini.

GE Aviation rencananya akan menawarkan dua opsi mesin, yaitu CF34-10 yang memberi tenaga pada pesawat komersial seperti Bombardier and Embraer regional jets, dan mesin Passport turbofans yang memberi tenaga bagi jet bisnis Global 7500 milik Bombardier. Sementara Pratt & Whitney berencana untuk menawarkan mesin PW800, yaitu mesin yang menyokong Gulfstream G500 and G600 business jets. Kemudian Rolls-Royce berencana untuk menawarkan mesin F130, yaitu turunan militer dari mesin BR700 yang digunakan pada Gulfstream business jets dan pesawat jet lainnya.

AU AS menginginkan mesin pengganti yang memiliki ukuran, daya dorong dan bobot yang sama dibandingkan dengan powerplants pada mesin yang saat ini digunakan, dimana masing-masing mesin menghasilkan daya dorong 17.000 pound atau (75,7 kN).

Baca juga: Seandainya Ada Tu-16N, Maka Jangkauan Pembom Strategis Tu-16 AURI Bisa Mencapai Sydney

Meski begitu, AU AS mengharuskan mesin turbofan yang modern dengan rasio bypass lebih tinggi dan sistem kendali digital pada mesin. Selain itu, mesin baru harus dapat mengurangi konsumsi bahan bakar, kebisingan, emisi, dan biaya pengoperasian. Dengan mesin TF33-PW-103, B-52H saat ini memiliki jangkauan 7.650 nutical mile (14.200 km), dengan mesin baru nantinya diharapkan jangkauan pesawat dapat ditingkatkan 20 hingga 40 persen. (Gilang Perdana)

4 Comments