Terungkap, Desain Rudal Anti Kapal Supersonic untuk Jet Tempur KFX
|
Meski tak kunjung mendapat kepastian dari Indonesia, bukan berarti Korea Selatan surut dalam pengembangan jet tempur masa depan KFX (Korean Fighter Experiment)/IFX (Indonesian Fighter Experiment). Sekali layar terkembang, pantang surut kebelakang, dimana KFX telah menjadi bagian dari proyek nasional, maka tak ada istilah gigi mundur, pun seandainya ditinggalkan oleh Indonesia.
Baca juga: “Maju Sulit Mundur Pun Rugi,” Dilema Indonesia dalam Program Jet Tempur KFX/IFX
Bahkan, jelang peluncuran prototipe perdana KFX pada April 2021 mendatang, fokus perhatian bukan sebatas pada jet tempur semata. Komponen pendukung yang terkait KFX juga terus dimatangkan, seperti sistem perangkat elektonik dan persenjataan apa yang nantinya bakal digotong oleh penempur twin engine ini. Setelah pada pemberitaan sebelumnya dikupas tentang rencana pengembangan rudal jelajah udara ke permukaaan produksi dalam negeri, termasuk integrasi rudal jelajah anti bunker Taurus yang akan disandingkan untuk KFX, maka tak ketinggalan, KFX nanti akan dipersiapkan untuk bisa meluncurkan rudal anti kapal supersonic.
Tentu yang diharapkan Korea Selatan untuk KFX bukan sekedar rudal impor, namun yang dikedepankan Negeri Ginseng adalah rudal anti kapal produksi dalam negeri. Dikutip dari Navalnews.com (15/2/2021), disebutkan gambar desain pertama rudal anti kapal untuk KFX telah dirilis.
Rudal anti kapal ini disebut sebagai “400mm-class Air-to-Ship Guided Missile-II” Rudal ini memiliki fitur propulsi ramjet ducted dengan jangkauan jelajah 500 km. Pihak Kementerian Pertahanan Korea Selatan mengatakan kemungkinan rudal anti kapal untuk KFX akan dikembangkan oleh LIG Nex1 dengan ADD (Agency for Defense Development).
Seiring dengan roadmap produksi dan pengembangan KFX, maka rudal anti kapal ini diharapkan dapat diuji tembak pada tahun 2026, dan bisa memasuki layanan AU Korea Selatan pada awal tahun 2030.
Korea Selatan nampak serius untuk melengkapi persenjataan KFX, selain akan mengembangkan rudal jelajah udara ke permukaan dalam negeri, pada 28 Mei 2020 diumumkan rencana integrasi bom pintar GBU-12 Paveway II dari Raytheon, GBU-31/38 Joint Direct Attack Munition (JDAM) dari Boeing dan GBU-39/B Small Diameter dari Textron untuk sistem senjata KFX.
Integrasi pada senjata udara ke permukaan buatan Amerika Serikat tentu tak bisa dikesampingkan. Rencananya program integrasi sistem senjata akan dimulai pada akhir tahun ini, dan integrasi penuh diharapkan dapat terjadi dalam kurun waktu tujuh tahun mendatang.
Bagi beberapa vendor rudal global, rupanya program KFX dipandang seksi untuk ‘branding,’ sebelumnya MBDA Missile Systems dari Perancis pada November 2019 telah mengumumkan mendapatkan kontrak untuk mengintegrasikan Meteor, jenis rudal udara ke udara jarak menengah untuk kelak dipasangkan pada KFX. Rudal Meteor mampu melesat dengan kecepatan Mach 4 dan dapat menjangkau sasaran di jarak lebih dari 100 km. (Gilang Perdana)
Itulah enaknya klo bisa buat pespur sendiri dan bisa buat rudal sendiri.
Mau diinstal rudal yg kek manapun OK saja.
Mau diinstal rudal ICBM pun tinggal klick..🤣
Cuma bisa planga plongo
Harusnya Indonesia ttp akuisisi IFX. Apalagi bsa dpt ASM dg kemampuan standoff. Ini penting agar bisa bersaing di lcs dan hindia.
Masalah offset produksinya yg sepertinya merugikan Indonesia.
Mau mundur rugi karna sudah terlanjur bayar beberapa persen.
Mau lanjut terus dgn membayar sisa 20% dari total produksi eh katanya cuman dapat ToT memproduksi sayapnya doang.
Cuma bisa “plonga-plongo”……ditinggali warisan kesepakatan yg amburadul begini 😵😵😵
Warisan kesepakatan amburadul gmn paklek?
Gak ada segala sesuatu aturan itu dibuat langsung sempurna paklek.
Klo memang ada klausul yg tdk tepat seiring perkembangan waktu, makanya tugas pemerintah skrng menyempurnakan. Contoh saja kesepakatan kontrak Freeport dr jaman lampau terus diperbaharui dan direvisi sampe jaman pemerintahan skrng.
Yg perlu ditangkap dr.pemerintahan yg lalu itu semangat kemandirian alutsistanya paklek.
Contohnya saja dlm proses pembuatan kapal LPD, proses pembuatan kasel.
Yg penting bisa belajar menjahit dulu. Kan gak mungkin dpt share pembagian 21 teknologi kunci jika kesiapan dr dlm negeri saja blom mampu.
Contohnya saja pd pembuatan Martadinata class. Ente sendirikan yg bilang bahwa dlm negeri blom bisa menyediakan class marine plat yg diinginkan.
Kata siapa rus ……..ente sukanya mengcroping potongan komen orang lain, biar ente kelihatan bener 😏
“Ente sendirikan yg bilang bahwa dlm negeri blom bisa menyediakan class marine plat yg diinginkan”
Udh gpp yg penting dpt pengalamannya jg. Apalagi spek pespur dan senjata yg dibawa udh excellent.
Gak ada maksud ingin kelihatan bener.
Hanya saja saya mau merefresh kembali komen ente dilapak sebelah tentang plat baja utk PKR
” baja marine grade kelas A/AH-36 yang sampai saat ini belum diproduksi oleh KS ”
Artinya problem yg sama jg terjadi dng IFX ya toh paklek.? Seandainya terjadi share 21 teknologi kunci dan RI kebagian 5 item saja sesuai nilai share, industri dlm negeri mana yg sanggup memproduksinya.?
Tp bukan itu yg saya mau koreksi, namun komen ente tentang ” warisan yg amburadul itu “.
Tanpa bermaksud membela pemerintahan terdahulu, kesan yg saya tangkap adalah ente menyalahkan pemerintahan terdahulu. Itu pointnya.
Sementara kasus joint KFX/IFX ini ada kekhususan tersendiri.
Terbukti pembuatan LPD dan kasel tdk bermasalah toh? itu point yg mau saya garis bawahi.
Bukan mau menyalahkan ente paklek.
Mungkin mindset pemerintahan sebelumnya dng pemerintahan skrng yg berbeda.
Pemerintah sebelumnya lebih memfokuskan pada yg penting bisa menjahit dulu sambi menyiapkan sarana dan prasarananya spt pembangunan kasel. Sementara pemerintahan skrng menginginkan agar kita jg terlibat pembuatan suku cadang dan pemasaran.
Jd sekali lg bukan mau ngajak debat kusir hanya cara sudut pandang yg berbeda..🙏
Itu sudah diralat ruski…..plat baja a/ah-36 memang belum diproduksi KS saat kontrak PKR batch 1 berjalan tapi, baru diproduksi sesudahnya dan pertama.kali digunakan pada KCR-60 ☝️
Lama-lama ente mirip sama @gempurwira ….nampilin komen yg sudah “usang” biar kelihatan bener 👎👎👎
Ngomong-ngomong ente sudah ngerjain PR ttg CMS kasel U209 brazil belum…….😏
Berarti nunggu ralatan ” warisan kesepakatan yg amburadul begini ” ya paklek…😁😁
” Ngomong-ngomong ente sudah ngerjain PR ttg CMS kasel U209 brazil belum…”
—————————————————
Kalo saya kasi linknya, kira2 jawaban ngeles paklek apa ya???
Klo yg td aja sdh dibilang ” sukanya mengcroping potongan komen orang lain “…😁😁😁
Sumpah…bukan mau keliatan bener, cuma mau nanya aja kok paklek..🙏
Dari artikelnya tayang sampai sekarang melintir mulu kalo ditanya linknya……coba ketemu, langsung diamprah disini 🐒
Segitunya @ruskimin, kalo mau ngeles pake berlagak alim kata-katanya…..sampe kropingan komen yg sdh ga uptodate pun dibawa 👎👎👎
Bersaing di lcs dan hindia gk perlu pakai ifx juga, kok mau di kadalin sama korsel
Ifx sngt penting, selain sangat maju jg pny kemampuan serang maritim dan CAP yg lama. Pke sistem air refueling yg familiar dg yg ada di Indonesia.
Pasti bisa @feeling ……tapi disertai dg efek demam, pusing, mual dan muntah-muntah sesudahnya karena kehilangan calon pembeli potensial yg siap ikut memikul semua resiko dari pengembangan produksi perdana…….termasuk harganya yg jadi melambung tinggi 🤷
Ane rasa harganya akan setara su-35 klo paket komplit.
Ini bukti keseriusan, kematangan dan kedewasaan suatu negara dalam riset pengembangan pertahanan nasionalnya. Alasan dana tidak pernah jadi penghalang. Beda dengan suatu negara kepulauan yang mengaku jadi poros maritim dunia..suatu konsep janji kampanye politik saja
Jangan harap negara dengan tingkat korupsi 92% untuk maju
kalau ingin maju turunkan dulu korupsinya dibawah 50%
###ngayal.com
Kok 50 %?, ya harus 0 %, korupsi itu haram, dosa besar makan uang rakyat, korupsi kehancuran total negara
Kesempatan ToT KFX yang kacau akibat si byebye bisa dialihkan saat pembelian KFX seperti yang dijanjikan. Saat beli KFX kita bisa minta ToT yang besar untuk menutupi kekurangan ToT masa pengembangan. Masa bayar 20% cuma dapat teknologi bikin sayap yang sudah bisa. Kita butuh teknologi radar, mesin, avionics dll. Bukan SAYAP.
Hebatnya enginer kita,kfx skrg tak lain merupakan buah pikiran para enginer kita sblmnya enginer2 negri gingseng mengusung 1 mesin.
Dengan keahlian tenaga2 trampil anak negri kita wajib memiliki ICBM
intinya kita ditipu.
Ya IMHO, Seharusnya program KFX / IFX diteruskan walaupun hanya dapat teknologi pembuatan sayap, dengan alasan teknisi2 kita juga bisa belajar management system dalam pembuatan pesawat baru, trouble shooting dll.
soal teknologi radar, mesin dll, bisa belajar dari negara lain, mahal ? ya pasti namanya juga mengejar kemandirian. susah ? ya pasti juga
Nggak bisa seperti itu, ptdi itu sudah bisa bikin sayap. Jadi kalo TOT (transfer of technology nya) nya bikin sayap sama juga bohong. Apanya yg ditransfer wong udah bisa bikin dari dulu.
Kalo suruh bikin sayap itu namanya join production. Artinya sama2 bikin, si A bikin bagian ini dan si B bikin bagian itu. Lalu dua bagian itu disatukan. Kalo hasil join production itu mau dijual ke si C maka si A dan si B masing2 dapat untung sesuai porsi pekerjaannya.
Contoh kongkret join production itu adalah pesawat EF typhoon yang dibuat oleh 4 negara yaitu Jerman, Inggris, Spanyol dan Italia. Kalo mereka mau memasarkan EF typhoon ke suatu negara lain maka 4 negara itu mengirimkan perwakilannya untuk bersama2 memasarkan produk EF Typhoon buatan mereka.
Makanya kita menuntut hak kekayaan intelektual yang kita udah berikan dalam pengembangan disain KFX/IFX. Sebab dengan adanya hak kekayaan intelektual itu kita juga bisa memperoleh untung secara finansial untuk masing2 unit yang dibeli baik oleh Korea, Indonesia maupun negara lainnya. Mosok kita udah sumbangkan ilmu mereka anggap gratis ilmunya. Itu namanya mengakali. Lha kalo Korea mau untung sendiri ya lebih baik kagak usah kerjasama.
Bukannya dapet kontrak bikin body y. Apapun itu dpt pengalaman bikin pespur gen 4,5 bhkn bisa lanjut ke gen 5 itu udh lbh dri ckp. Abis itu ke turki yg lbh bersahabat.
wis mending batalkan saja kerjasama kfx kalau hanya akal akalan korea selatan toh komtrak kerjasamanya tidak mengikat.
dari mock up nya saja nama INDONESIA tidak, ada SANGAT MENGHINA SEKALI
intinya gak sanggup bayar… mau beli ini itu, butuh uang… uang di negara kita cuma 2 pintu utamanya hutang dan pajak.. nah uang yg ada saja sudah pas2an dan cenderung kurang malah(tanpa dilihat korupsinya).. ditambah anggaran yg bengkak karena korupsi… ditambah lagi pemerintahan satu dan lainnya tidak berkesinambungan, pemerintah yg lalu dianggap beban negara akhirnya berusaha di take down entah karena ego atau emang objektif (tah lah)… jadi berharap mandiri??? bisa salah satunya dari investasi sektor swasta mungkin seperti PT Lundin, tapi ya kalau gak di support negara juga ya umurnya pendek… kembali lagi ke modal dan politik..
Tanpa Indonesia ternyata juga bisa jalan
Dananya ada 11 rb trillion, kalau masih kurang minta wakaf
Gara2 Pleciden sebelumnya asal tanda tangan gak dibaca
PT DI harus balas dendam, bikin pespur sendiri, yakinTiongkok mau bantu
https://www.kompas.tv/amp/article/147383/videos/miris-dari-128-helikopter-tni-ad-di-lanumad-ahmad-yani-hanya-24-yang-layak-terbang
Bung admin indomiliter, tolong bahas ini min 👆 biar para fansboy rusia dan amerika terbangun dari mimpinya
Lho khan akan dianggarkan 1,6 triliun lagi untuk harwat.
Rumor yang lagi kencang sekarang ini, Indonesia akhirnya bakal ambil Rafale dan F-15EX sekaligus (36 Rafale & 15 F-15EX). Menhan bahkan bilang 6 unit F-15 diharapkan bisa datang sebelum 2022. Melihat jumlah F-15 yang 15 unit, saya menduga ini untuk menggantikan proyek Typhoon (alias Typhoon batal), karena US ternyata mampu menyediakan F-15EX dalam waktu yang cepat, mungkin “nyolong” jatah USAF.
Credit to military_buzz
https://i.postimg.cc/qMCFy7P9/military-buzz-20210216-233448-0.jpg
https://i.postimg.cc/mgY6p52j/military-buzz-20210216-233448-1.jpg
Credit to Ravager from defencehub
https://i.postimg.cc/HL3vd8M7/Screenshot-2021-02-17-11-34-22-876.jpg
Yaudah laah yaah, kemungkinan nanti TNI dibeliin rafale aja udah, yang barangnya udah ada n beroperasi, drpada ngarep itu peswat prototipe yg terbangnya juga blm jelas kapan