Sukhoi Su-30MKI Berlaga di Jepang, Ingatkan ‘Kenangan’ Pahit Moskow Pada Insiden MiG-25 Foxbat

Meski beda konteks dan zaman, Moskow rupanya punya kekhawatiran tersendiri saat jet tempur produksi (lisensi India) Sukhoi Su-30MKI bertandang untuk pertama kalinya ke Jepang. Selain hubungan Moskow dan Tokyo memanas terkait sengketa Kepulauan Sakhalin, Jepang juga berstatus sekutu “ring 1” Amerika Serikat.
Baca juga: Hari ini 45 Tahun Lalu, MiG-25 Foxbat Soviet Dibawa Kabur dan Mendarat di Jepang
Kilas balik ke 6 September 1976, menjadi peristiwa yang menggemparkan dalam dunia spionase, khususnya dalam kancah Perang Dingin yang menggelora. Pada tanggal tersebut, Viktor Ivanovich Belenko, pilot jet tempur Angkatan Udara Uni Soviet nekad membelot dan membawa kabur pesawat interceptor yang disebut tercanggih kala itu, MiG-25 Foxbat.
Sejak saat itulah, rahasia MiG-25 dibongkar habis oleh AS dan Barat, yang tentu saja membuat Moskow meradang. Meski pada akhirnya MiG-25 yang telah di-unboxing tersebut dipulangkan kembali ke Soviet, lantaran reaksi keras dari Kremlin.

Dan terkait dengan Su-30MKI, untuk pertama kalinya Jepang dan India mengadakan latihan tempur udara bilateral dalam tajuk “Veer Guardian 2023.” Dalam latihan ini, Angkatan Udara India mengerahkan empat unit jet tempur Su-30MKI, didampingi sebuah pesawat tanker Ilyushin Il-78, serta dua unit pesawat angkut C-17 Globemaster.
Latihan yang berlangsung di pangkalan udara Hyakuri, rencananya akan dimulai pada 16 Januari 2023. Angkatan Udara Jepang dalam latihan bilateral ini mengerahkan empat unit pesawat tempur F-2 dan empat jet tempur F-15J.

Dikutip dari Indian Defence Research Wing, disebut bahwa sebelum Su-30MKI lepas landas ke Jepang, Rusia telah mengeluarkan peringatan wajib yang ‘lumrah’ dirilis setiap kali India mengerahkan Sukhoi Su-30MKI ke negara asing yang tidak bersahabat dengan Rusia.
Jepang bukan kunjungan pertama Su-30MKI ke negara yang tidak bersababat dengan Rusia. Seperti pada Agustus 2008, India mengirim Su-30MKI ke Pangkalan Udara Nellis di dekat Las Vegas, yakni untuk berpartisipasi dalam Latihan “Red Flag”.

Saat itu, radar NIIP-BARS buatan Rusia pada Su-30MKI, hanya beroperasi pada mode training, yang membatasi jangkauan sensor dan spektrum kemampuan lainnya. Pembatasan kemampuan radar Su-30MKI dibelakukan, yaitu untuk mencegah pengintaian oleh Amerika Serikat yang bisa mendeteksi karakteristik radar berteknologi tinggi tersebut.
Dan sesuai komitmen antara Rusia dan India, serangkaian upaya pencegahan telah dilalukan Angkatan Udara India saat Su-30MKI dikerahkan dalam misi latihan di Eropa dan Asia.
Amerika Serikat mempunyai reading engine signature technology. Teknik yang dikenal sebagai Non Cooperative Target Recognition (NCTR), menggunakan pantulan radar dari bilah turbin pesawat untuk mengidentifikasi beberapa paramater penting dari jet tempur.
Sukhoi Su-30MKI juga tercatat sudah dua kali bertandang ke Australia untuk mengikuti latihan tempur udara multilateral “Pitch Black.” Namun, dengan pecahnya perang di Ukraina, membuat Moskow harus lebih was-was atas pengerahan alutsista asing yang mengadopsi teknologi tingginya. (Gilang Perdana)


dan ya, kalau ada yang tersinggung ataupun terganggu dengan komen saya selama ini, saya mohon maaf soal, saya ngga ada niatan melakukan itu, dan hanya ingin mengutarakan pendapat pribadi, baik itu yang berupa balasan ataupun yang bukan
@ayam jago
ya terserah mas sih, saya benci barat juga gara² yang mereka lakukan itu biasanya semena-mena, contohnya saja soal nikel yang belum beres sampe sekarang, rencana tni pun banyak yang terhambat karena mereka, timor leste lepas juga karena mereka (australia), konflik papua-pun, dari yang saya tau itu bertambah parah karena mereka, selain masalah internal, andaikan tidak begitu maka tidak, meskipun saya benci blok barat, tapi kalau ada negara eropa yang bener niat bantu kita, ngga ada niat terselubung, saya tidak masalah, kalau masalah ruskies, saya ngelihatnya ke jaman pak karno, yang kalau dari yang saya baca, banyak proyek yang didanai mereka, tni masa keemasannya pun di era itu, cina pun sama, terserah mau di apa juga, kalau melihat kedua negara sebelumnya, sampe sekarang hanya lcs saja yang jadi masalah, sementara itu produk kita impornya buanyak banget cina nya, produk alutsista pun sama, tapi ya karena faham dan produk mereka seperti yang kita tau, jadi ya, saya juga ngga belain mereka sebenarnya, jadi saya mencoba main imbang, kadang seolah dukung ruskies/sino, kadang seolah dukung barat, itu saja, lagipula, seperti yang biasanya saya bilang, saya hanya peduli ke pertahanan nasional saja, tentunya sebagai warga negara, terserah juga tni mau ambil blok apa, masing² ada kekurangan dan kelebihan, pendekatan dalam alutsista, juga berbeda tapi saya lebih suka produk lokal diutamakan dalam berbagai bidang, saya hanya memberikan pendapat pribadi, lagipula ngga dilarang, saya juga ngga ada niatan buat menganggu siapa², silahkan saja kalau ada yang mau balas komen saya apapun itu, karena itu memang sudah hak kalian, kalaupun saya bales atau tidak setelahnya, itu juga hak saya sendiri
@agato
kan enak rame mas, kalau rame berarti aktif, artikel dulu kalau dari yang saya telusuri, banyak juga yang komennya melebihi ini, ngga salah kan?
Oh rame banget ini, yah apapun itu setidaknya kita bisa tau alutsista mana yg seharusnya kita beli atau teknologi mana yg seharusnya kita jajaki untuk kerjasama ToT. Yg lalu biarlah berlalu, coba-coba ganti alutsista karena phobia embargo bukanlah suatu jawaban untuk beralih pada teknologi yg nyatanya kalo kita beli cuman dapat Downgrade gak Rusia gak China sama aja.
Jika takut Embargo, ada beberapa sumber yg setidaknya bisa diajak kerjasama dg kemampuan dan teknologi yg sama dg teknologi Barat yg sudah teruji. Kerjasama dg Prancis, Belanda, Denmark, Swedia-Norwegia, Korsel, Jepang, Turki hingga Israel akan memberikan pilihan yg lebih masuk akal bila phobia Embargo masih menghantui. Israel adalah sumber pengembangan teknologi maju makanya banyak negara-negara yg rela menjalin hubungan kerjasama dan diplomatik dgn negara tersebut walopun beberapa diantaranya merasa rusuh dgn beberapa masalah politik yg ada khususnya tentang Yerusalem dan Palestina. Toh negara-negara muslim seperti Turki, UEA, hingga Arab Saudi juga menjalin kerjasama dg mereka begitu juga dg negara-negara yg pengembangan teknologi Inhannya sudah sangat maju seperti Amerika,Jepang, Korsel China, India, Afsel, Bahkan Rusia sendiri.
Jadi tunggu apalagi? Silahkan hubungi pihak Israel terdekat dan kalo perlu buka Kedubes di Yerusalem. Bisa dipastikan kalo pake F-16 dan Apache buat nyerang KKB yg lagi bermain di Oksibil dan Pegunungan Bintang bisa dilakukan dg tenang oleh pihak Indonesia tanpa takut HAM dsb.
Hohoho
@periskop
Karena komen ente anti salah satu blok akhirnya ente cenderung subyektif
Ruskies sama pendahulunya Sovia sama2 maling
IRST nyolong IRST pod F-4 yang ditembak jatuh di Viet
AA2 Atoll hasil kerja intelejen nyolong data AIM-9 Sidewinder
Bom atom & bom hidrogen
R27 malah nyolong data AIM54 Phoenix
Gatling gun
Revolver auto cannon
Dragunov rifle justru mengkopi Winchester rifle
Amriki cuma mengambil
Metalurgi titanium alloy
Filosofi desain & data Mig-21 sebagai basis F-16
Realitanya Sovia / Ruskies lebih maling daripada Amriki
Boleh benci ke suatu negara tapi tetap obyektif
Coba pasangi tudung saji di atas CN 235 atau NC 212 supaya mampu deteksi target BVR saat patroli udara dan cantelkan rudal udara jarak jauh lalu produksi agak banyak dan tempatkan disekeliling Nusantara, dah lumayan bertaji tu
ah iya, saya juga ngga mau nutupin sih, kalau aslinya benci blok barat, tapi ya kalau ndukung ruskies atau sino saya juga males sih, saya hanya mengatakan pendapat pribadi saja
@VF-1
yang bela alutsista ruskies siapa?, saya hanya berkata apa adanya, memang yang terjadi juga begitu adanya, kalau US sih yang nyuri teknologinya cuma cina bisa dipindah ke ruskies atau tidak, lah ini malah jelas² kalau ngga bisa dibeli sama us, dicuri langsung, selain us cina juga curi teknologinya ini, eropa pun juga belum tentu ngga ngelakuin hal yang sama, us memang teknologinya paling maju, tapi kebiasaannya beli alutsista negara lain buat diteliri juga perlu diwaspadai tentunya oleh negara produsen, us sudah maju, ngga ada alasan negara itu beli alutsista negara lain kecuali buat dicari kelemahannya, dan rusia, mencoba cari cara buat ngatasi itu, paham?, ngga ada yang saya bela, saya hanya perhatian ke pertahanan dalam negeri saja
@kupanglontong
Yang penting duit. Justru Amriki malah bisa kasih spesifikasi melebihi milik mereka sendiri
F35 Adir dgn kemampuan omnirole
F-15QA dgn F110-GE132 bukannya F110-GE129 milik F-15 EX. F-16 Desert Falcon UAE yang dual datalink, built-in IRST, bisa built-in EW capability ala Growler yang sampai bikin iri pilot USAF. Atau LCS milik Saudi yang lebih strong daripada LCS US Navy
Atau SM3 missile milik Nipon yang bisa mengendus jarak hingga 2500 km tapi punya Amriki cuma 1500 km
Ada harga ada rupa. Monkey model berkedok paket ekspor justru merugikan Ruskies sendiri. Lihat Su-57 sangat sedikit negara yang berminat jauh berbeda dgn 10 tahun lalu banyak negara yang berminat untuk Su-35
Hohoho
Pitch black
Flanker TNI AU dominan WVR tapi terbantai di BVR
Paket ekspor menghilangkan integral link TSK12-27 yang artinya menyunat habis kemampuan BVR
Soviet hingga Ruskies punya keunggulan dalam CLOS guidance sedangkan Amriki & friends di homing guidance. TSK12-27 perangkat vital dalam CLOS guidance
Arsenal Ruskies kehilangan kelebihan utama jika CLOS dihilangkan. Untuk mengeliminir kelemahan tersebut agar akurasi setara blok NATO akhirnya Soviet dan Ruskies membangun terminal guidance tapi agar efektif wajib salvo
Konflik Paki vs Indihe membuka kelemahan tersebut. Radar pespur Indihe melacak pespur Ruskies tapi seeker R77 tidak bisa mengunci padahal di brosur kata sang sales lebih hebat dari AMRAAM C7. Padahal Paki pakai AMRAAM C5 lho
Opsi wajib salvo sudah jelas pemborosan. Indihe buat AMCA, Tejas pake Derby ER & Atlas. Sino pakai PL12 & 15, Viet membeli R27M dari Ukro dan menggandeng vendor swasta Ruskies diluar Rostec membangun integral datalink khusus Flanker mereka
@periskop
Iya percuma mau dibela gimanapun sampai mati juga gak bakal merubah kenyataan alutsista Rusia itu memang downgrade paling parah dibanding buatan NATO.Memang Rusia suka paranoid sampai2 kostumer kalau beli gak tahu speknya kaya gimana.Itu yang membuat reputasi alutsista Rusia makin jatuh
Sangkuriang, kalau amerika menganut efisiensi produksi, 1 produk sama, namun ekspor diperketat atau diberi versi lama.
kalau rusia menganut 2 versi, versi dipakai sendiri dan versi EXPORT (ada embel E), keduanya jauh berbeda, dengan tujuan bila tertangkap musuh, maka musuh dapat spec yang salah, mereka belajar dari pengalaman masa lalu.
contoh radar Irbis versi ekspornya adalah Irbis-E
@vladimir, itu malaysia
indo tak ada perjanjian seperti itu, f-16 dan hawk sering mencegat pesawat ausie dan amerika sendiri tak masalah
Tapi mau dipake perang dilarang sama barat dan AS,cuma boleh buat latihan dan atraksi saja,sama saja
Alutsista US juga downgrade kali khusus utk bukan anggota NATO
ada laporan Su27/30 kita ompong lagi.
semua rudal telah berstatus EXPIRED dan tidak aman untuk dibawa.
sayangnya kita tak dapat beli suku cadang atau rudal baru karena perang ukraina-rusia
Secara umum teknologi amerika lebih unggul dari rusia
Sejak Indonesia beli Su 27 dan Su30 Rusia…f18 hornet ausie di kandang kan…kenapa takut?
mau kalian balas apa juga kenyataanya tetap semacam itu, mau itu parameter kek program kek apa kek, sama aja intinya, tetap diincer barat senjata ruskies itu, bahkan sampe ada yang beli resmi, saya ngga peduli sih kalaupun su-30 dari iran misal, kalau barat ngincer itu ya tetep aja kan kenyataannya, s-300 suriah saja sampe melemah
Sepertinya kita terlalu under estimate dengan Sukhoi series yg jelas2 sudah digunakan dlm peperangan dibanding pesawat barat yg belum satupun digunakan utk tempur dgn musuh yg hampir sepadan, pesawat2 barat selama ini digunakan utk hadapi negara2 yg tak mempunyai kemampuan tempur minimal mendekati seimbang dan jelas sukses, case India vs Pakistan tidak bisa dijadikan patokan, begitu pun sukses Sukhoi 30 TNI AU di pitchblack lawan Hornet …dan buat apa lik Sam gunakan Su-27, curi Pantshir dan barang2 lain milik Rusia, anggap cuma pingin saja dan tak malu mungkin ya walau memalukan…kalau kita mau pikir jernih…omong2 yang dibela belain itu semua milik orang lain semua, saya tak impress blash.
Dan untuk itu mesti waspada juga bila beli alutsista dari rusia. Buat apa habis2 uang buat alutsista yang di downgrade.
Periskop
Ngiler??? Wakwakwwkk….. berhadapan dgn f-16 Pakistan aja kalang kabut
Yg dicari tau itu spesifikasinya sesuai yg diklaim atau tidak , selebihnya tentang kelemahannya, ini hal biasa dalam intip mengintip teknologi pesaing, bahkan sesama sekutu, demikian juga rusia yg rajin cari sampah teknologi untuk di teliti
Beda zaman dan beda konteks dahulu maupun saat ini, Moskow terlalu khawatir saja.
Hohoho
Akhirnya ada yang mengerti mengapa Su-35 akhirnya batal. Isunya banyak dari deadlock negosiasi tentang komoditas, bank penjamin, metode pembayaran, ToT dll. Ada juga isu lain seperti paket ekspor atw monkey model, kenaikan harga imbas sanksi, belum lagi besarnya operational cost dgn maintenance wajib ke luar negeri
Jangan menyalahkan CAATSA lho
@periskop
Su30 MKI akhir 1990an hingga awal 2000an Flanker tercanggih. Bisa terwujud karena kontrak dan perjanjian pembelian ditandatangani era Boris Yeltsin. Tak ada monkey model era itu
Putin mengembalikan kebijakan monkey model era Soviet tersebut
gak ngefek, USA sudah punya skadron penuh Su-27 untuk latihan agresor
bahkan Su-27 USA jauh lebih canggih dari milik rusia sendiri karena sdh diupgrade dengan elektronik milik USA semacam radar AESA APG
@periskop
Yang dicari perimeter kapabilitasnya bukan teknologi. Contoh sensor OLS-35 ternyata tak jauh beda dengan XBox Kinect. Makanya 2 unit Su-35 yang ditembak jatuh serta 1 Su30 SME yang mendarat utuh dijamming Ukro langsung dikirim ke Amriki dibongkar total. Awal tahun baru giliran Ka-52M
Itulah kenapa Indonesia gak usah beli Su-35. Tau kan kenapa??? Udah Downgrade, mau dipake latihan dengan negara asing aja Ampe perlu diwanti-wanti. Buatan Barat mana ada yg kayak gitu. Hhhhhhhhhh
nah ini sebabnya, produk ekspor ruskies diturunin cukup jauh timbang aslinya, untuk yang satu ini kayaknya ngga terlalu diturunin, jadi ya waspada juga misal dicolong, pihak barat biasanya “ngiler” soalnya sama yang beginian