Update Drone KamikazeKlik di Atas

Stryker Leonidas – Integrasi High Power Microwave Counter Drone di Ranpur Lapis Baja

Sejak serangan drone kamikaze yang dilancarkan milisi Houthi dari Yaman ke fasilitas kilang minyak Aramco Arab Saudi, maka Amerika Serikat selaku sekutu Negeri Kaya Minyak itu, telah memikirkan serangkaian cara efektif untuk menghadapi drone kamikaze. Bila dihadapi dengan sistem hanud konvensional, boleh jadi selain tidak efektif, dari segi biaya akan tekor, lantaran munisi seperti rudal hanud berharga sangat mahal, sementara target yang disasar adalah drone kamikaze yang harganya ada di bawah US$10.000.

Baca juga: Tangkal Serangan Drone di Arab Saudi, Washington Kirim Phaser High Power Microwave Counter Drone

Dari sekian teknik yang dikembangkan untuk menghadapi drone kamikaze, termasuk swarm drone, salah satunya adalah adopsi High-Power Microwave (HPM). Pasca serangan drone kamikaze Houthi, AS diketahui telah mengirimkan Phaser HPM Beam Counter Drone milik Raytheon ke Arab Saudi guna dilakukan uji evaluasi operasional guna menangkal serangan drone.

Dalam uji coba, Phaser disebut telah berhasil menjatuhkan dua drone mini dengan gelombang tinggi. Phaser dipasang pada platform trailer ukuran 20 kaki, sistem senjata anti drone ini sudah dilengkapi radar terintegrasi untuk mendeteksi dan melacak pergerakan dari drone. Pilihan untuk mengeliminasi drone terdiri dari ‘mengganggu’ dengan jamming hingga ‘merusak’ drone sasaran.

Dalam uji coba, Phaser dapat menangkal serangan dua drone secara simultan lewat sentakan microwave energy. Hantaman energi microwave dari Phaser digadang mampu membakar sistem kendali drone, yang kemudian otomatis dapat menghentikan sistem motor penggerak, sehingga drone bakal jatuh. Proses eliminasi drone berlangsung dalam hitungan kecepatan cahaya, dan kehancuran drone dapat dikonfirmasi secara langsung.

Meski Phaser HPM nampaknya lumayan moncer untuk meladeni drone, namun, sistem hanud SHORAD (Short Range Air Defence) tersebut bersifat semi mobile. Sementara dalam penggelaran dibutuhkan model HPM yang bersifat full mobile dengan platform kendaraan tempur lapis baja yang akan memberikan perlindungan optimal di medan tempur.

Berangkat dari kebutuhan di atas, Epirus, startup asal California bersama dengan General Dynamics Land System (GDLS) memperkenalkan ranpur lapis baja Stryker 8×8 Angkatan Darat AS yang dilengkapi sistem HPS yang diberi label Leonidas.

Dikembangkan dalam waktu kurang dari setahun, Stryker Leonidas baru-baru ini didemonstrasikan di lapangan di situs pengujian pemerintah AS yang berhasil menonaktifkan target beripa drone tunggal dan kawanan drone.

Integrasi Leonidas dengan Stryker, diklaim menghadirkan kemampuan sistem kontra-elektronik ke garis depan – memberikan solusi pertahanan berlapis yang handal dan hemat biaya untuk mendukung kekuatan manuver.

Evolusi berkelanjutan dari kemampuan drone musuh dicocokkan dengan kemampuan software-weaponeering Epirus, yang memungkinkan sistem untuk terus-menerus memasukkan data baru, dengan cepat memperbarui bentuk gelombang canggihnya dan memperluas kedalaman magasinnya untuk meningkatkan jaminan misi SHORAD di semua domain.

Dengan arsitektur terbukanya, Leonidas dapat berintegrasi dengan berbagai platform Command-and-Control (C2) untuk mendeteksi, melacak, dan mengalahkan penyebaran teknologi drone yang semakin meningkat.

Baca juga: Inilah Stupor, Senjata Anti Drone Portable Berbasis Elektromagnetik Terbaru Rusia

Meski menampilkan konfigurasi yang menarik, sayangnya tidak disebutkan kemampuan Leonidas HPM, seperti daya yang dibutuhkan dan jarak jangkau senjata anti drone ini. (Gilang Perdana)

2 Comments