Sokil 300 – Drone Kombatan MALE Pertama Rancangan Ukraina

(Defense Express)

Ada kesamaan harapan antara Indonesia dan Ukraina, yaitu sama-sama tengah mengembangkan drone kombatan dengan kualifikasi MALE (Medium Altitude Long Endurance). Bila Indonesia tengah menyiapkan prototipe drone “Elang Hitam,” maka Ukraina juga telah merilis apa yang disebut “Sokil (Falcon) 300.” Baik Sokil 300 dan Elang Hitam statusnya masih berwujud full mockup.

Baca juga: Proyek Drone MALE Kombatan “Elang Hitam,” PT DI Siapkan Lima Prototipe untuk Raih Sertifikasi

Meski Indonesia dan Ukraina sama-sama menghadapi masalah pendanaan dalam program drone kombatan, namun, jika melihat dari spesifikasi dan tantangan yang ada di depan mata, kemungkinan besar Sokil 300 yang akan lebih dulu mengudara ketimbang Elang Hitam.

Seperti halnya Elang Hitam, Sokil 300 digadang sebagai produk drone kombatan andalan dalam negeri maklum, selama ini Ukraina hanya membeli drone dari negara lain. Sebagai catatan, Ukraina merupakan pengguna drone kombatan Bayraktar TB-2 buatan Turki dan beberapa drone kamikaze buatan Israel.

(Defense Express)

Di Kiev, full mockup Sokil 300 pertama kali dirilis oleh Biro Desain Luch ke media pada November 2020 dan diberi label sebagai first domestic combat drone. Kepala desainer Sokil 300, Oleh Korostyliov, menjelaskan alasan pengembangan drone Sokil 300. “kami memutuskan untuk memulai proses pengembangan Karena selama beberapa tahun terakhir, sebenarnya kami telah mengembangkan sebagian besar teknologi yang dibutuhkan untuk membangun drone dengan kemampuan tinggi,” ujar Korostyliov, dikutip dari thedefensepost.com.

Penyelesaian desain awal Sokil 300 disebutkan memakan waktu hampir satu setengah tahun, dan uniknya drone ini memanfaatkan teknologi yang dirancang biro sebelumnya dari sistem rudal anti kapal Neptune RK-360MC. Sebagai informasi, rudal Neptune RK-360MC adalah program kebanggaan bagi industri persenjataan Ukraina. Elemen dari rudal Neptune yang diadopsi pada Sokil 300 adalah sistem kendali dan perangkat lunak.

(Defense Express)

Sokil 300 ditawarkan dalam tiga varian pengembangan, yang dibedakan dari jenis mesin yang digunakan. Seperti versi pertama, disiapkan menggunakan mesin tunggal MC-500B yang diproduksi Motor Sich yang berbasis di Zaporizhia. Penggunaan mesin ini memungkinkan Sokil-300 beroperasi selama tiga jam dengan kecepatan jelajah 335 km per jam dan jangkauan maksimum 1.000 kilometer.

Kemudian versi kedua, yaitu akan menggunakan mesin AI-450T2 yang diproduksi oleh Ivchenko-Progress, yang akan memungkinkan lima jam waktu penerbangan dan jangkauan 1.300 km, tetapi kecepatan jelajah lebih rendah 275 km per jam.

(Defense Express)

Dan versi terakhir, menampilkan mesin turbo-charge Rotax 914 buatan Austria, mesin ini dapat mendukung waktu penerbangan maksimum selama 26 jam, sementara jarak jelajah mencapai 3.300 kilometer. Sayangnya mesin buatan Rotax ini hanya punya kecepatan jelajah sampai 150 km per jam.

Adopsi mesin pada Sokil 300 masih belum ditentukan, dan keputusan akan berpulang pada keinginan user, apakah lebih mengejar kecepatan tinggi atau biaya operasional yang lebih rendah. Semua versi Sokil 300 dapat membawa 4 rudal udara ke permukaan RK-2P dan sistem rudal anti-tank Barrier portabel atau rudal Luch RK-10. Total payload senjata yang dapat dibawa hingga 300 kilogram.

Desain Sokil 300 banyak dipengaruhi General Atomics MQ-1 Predator, dengan lebar sayap 14 meter dan panjang 6,5 meter. Total biaya pengembangan Sokil-300 mencapai 40-45 juta hryvnia (US$1,4 – US$1,6 juta), pilihan yang jauh lebih murah daripada membeli sistem drone serupa dari luar negeri.

Baca juga: Dubes Rusia Khawatir Atas Penjualan Drone Bayraktar TB2 ke Ukraina

Jika dibandingkan dengan Indonesia, pengembangan teknologi pertahanan di Ukraina mendapat percepatan, alasannya jelas, karena Ukraina diambang konflik bersenjata dengan Rusia di wilayah perbatasan. (Bayu Pamungkas)

10 Comments