Update Drone KamikazeKlik di Atas

Sistem Hanud S-300 Disebut Biang Kerok ‘Serangan’ ke Wilayah Polandia. Joe Biden: “Belum Tentu Diluncurkan oleh Rusia”

Nama sistem hanud S-300 dalam beberapa jam belakangan telah menjadi trending topic global, pasalnya ada dugaan bahwa rudal dari sistem hanud S-300 telah ‘mendarat’ di wilayah Polandia. Selain memicu alarm kesiapan tempur NATO, dua warga Polandia diwartakan tewas akibat serangan rudal ‘nyasar’ tersebut. Namun, belum tentu rudal yang mengarah ke Polandia itu berasal dari Rusia.

Baca juga: Anomali, Ukraina Minta Bantuan Pasokan Sistem Hanud S-300 dari Negara Uni Eropa

Dua rudal disebutkan telah menghantam wilayah Polandia, tepatnya di Desa Przewodow, sekitar lima mil dari perbatasan Ukraina atau 45 mil sebelah utara kota Lviv, Ukraina. Berbagai bukti serpihan rudal yang ditemukan dan disebar di media sosial, menunjukkan kesamaan dengan salah satu jenis rudal dari sistem hanud S-300.

Kedua negara yang bertikai, yakni Rusia dan Ukraina, sama-sama mengoperasikan S-300. Lantaran sama-sama punya S-300, saling tuduh dan bantah tak bisa dihindari atas insiden ini. Seorang pejabat intelijen AS mengatakan kepada AP bahwa rudal Rusia memang terbang ke Polandia dan bertanggung jawab atas tewasnya dua orang di pertanian tersebut. Namun, Ia tidak memberikan rincian lebih lanjut.

Sementara itu, Kremlin membantah keterlibatan apa pun dan mengecam tuduhan yang diarahkan kepada Rusia. Namun, Rusia juga belum memberikan bukti bahwa tidak terlibat dalam upaya yang disebut AS sebagai provokasi.

Dari KTT G20 di Nusa Dua Bali, Presiden AS Joe Biden menyebutkan, bahwa “tidak mungkin” rudal yang menewaskan dua orang di Polandia, ditembakkan dari Rusia, tetapi Biden berjanji untuk mendukung penyelidikan Polandia atas apa yang disebutnya sebagai rudal “buatan Rusia”.

Lebih lanjut, Joe Biden mengatakan, arah lintasan rudal menunjukkan itu tidak diluncurkan oleh pasukan Rusia yang berperang di Ukraina, tetapi semua akan menunggu hasil penyelidikan.

Seperti sudah diketahui, sistem hanud S-300 dirancang sejak era Soviet dan banyak digunakan beberapa negara sobat Soviet, termasuk Ukraina adalah pengguna S-300. Namun, S-300 sejatinya adalah buatan Almaz-Antey, manufaktur persenjataan milik pemerintah Rusia yang berkantor pusat di Moskow.

Unloading S-300-missile from vehicle

Bila dirinci, saat ini S-300 masih dioperasikan oleh negara-negara Uni Eropa, yakni Yunani, Slovakia dan Bulgaria. Sejauh ini belum ada keterangan, negara mana yang telah merespon keinginan Ukraina.

Personel militer Ukraina sejatinya sudah terlatih dengan pengoperasian S-300. Ukraina sejauh ini mengoperasikan tipe S-300PT, S-300PS, S-300V. Hanya enam sistem S-300 yang disimpan dalam kondisi aktif antara tahun 2004 dan 2014; akibatnya hanya 40 persen dari sistem S-300 Ukraina dalam kondisi baik sebelum tahun 2014. Karena perang dengan Rusia, Ukraina mulai memperbaiki dan mendorong kembali ke layanan beberapa persenjataan termasuk beberapa baterai S-300. Setidaknya ada empat baterai S-300 diaktifkan Ukraina pada periode 2014 – 2015.

Beginilah konfigurasi satu paket sistem rudal S-300.

Debut S-300 terbilang sukses menjadi lambang eksistensi teknologi Rusia melawan hegemoni Barat. Rudal ini punya bobot 1,5 ton dengan hulu ledak 100 kg. S-300 dengan panjang 7 meter ini sanggup melesat dengan kecepatan 2 km per detik atau setara Mach 6, sehingga sangat sulit bagi pesawat lawan untuk lepas dari kejaran rudal ini.

Permintaan Presiden Ukraina Volodymyr Zelenskyy pada awal Maret 2022 untuk meminta pengiriman sistem hanud S-300, sudah benar-benar dikabulkan. Baterai S-300 yang dikirim berasal dari aset milik Slovakia, dikirim lewat jalur kereta api.

Baca juga: “Tukar Guling” dengan Patriot, Slovakia Telah Kirimkan Sistem Hanud S-300 ke Ukraina

Dikutip dari aljazeera.com (8/4/2022), Perdana Menteri Slovakia Eduard Heger mengatakan, Slovakia telah memberikan sistem pertahanan udara S-300 ke Ukraina untuk membantunya bertahan dari serangan udara Rusia. Heger mengatakan sumbangan baterai hanud S-300 buatan Soviet tidak berarti bahwa Uni Eropa dan anggota NATO telah bergabung dalam konflik dengan Rusia. (Gilang Perdana)

11 Comments