Sikorsky Ajukan Protes Atas Keputusan Angkatan Darat AS yang Memilih Bell V-280 Valor Sebagai Pengganti UH-60 Black Hawk

SB-1 Defiant

Seperti diwartakan sebelumnya, Angkatan Darat Amerika Serikat (US Army) telah memilih Bell V-280 Valor untuk membangun pesawat tiltrotor generasi (vertical lift aircraft) terbaru yang nantinya akan menggantikan helikopter UH-60 Black Hawk, yang notabene telah dioperasikan AD AS dalam beragam operasi sejak tahun 1970-an.

Baca juga: Angkatan Darat AS Pilih Bell V-280 Valor Sebagai Pengganti Helikopter UH-60 Black Hawk 

Atas pilihan dari US Army, Bell Textron selaku manufakur Bell V-280 Valor akan menerima kontrak senilai US$232 juta, yang merupakan angsuran pertama dari kesepakatan senilai total US$7,1 miliar untuk pengembangan dan batch awal pengganti armada Black Hawk dalam program Future Long-Range Assault Aircraft (FLRAA).

Keputusan dari Angkatan Darat AS jelas merupakan kemenangan besar bagi Bell yang meraih kontrak lebih dari US$70 miliar dalam beberapa dekade mendatang, yakni tergantung pada berapa banyak unit yang nantinya dipesan oleh Angkatan Darat AS dan militer asing.

Formasi SB-1 Defiant

Namun, sesuai kebijakan dalam tender yang berlaku di Amerika Serikat, maka pihak yang kalah, dalam hal ini adalah Sikorsky-Boeing, masih dapat mengajukan protes alias keberatan atas keputusan yang diambil oleh end user.

Perusahaan yang kalah memiliki waktu tiga hari untuk meminta pembekalan dari Angkatan Darat tentang keputusan mereka. Setelah pengarahan itu mereka memiliki opsi untuk ‘memprotes’ keputusan Angkatan Darat. Jika mereka melakukan protes, Kantor Akuntabilitas Pemerintah akan melakukan peninjauan dan mengambil keputusan.

Dan sesuai yang telah diduga, Sikorsky yang berada dalam naungan Lockheed Martin, telah resmi mengajukan protes atas pilihan Angkatan Darat AS yang telah memilih Bell V-280 Valor sebagai FLRAA.

Sikorsky bekerja sama dengan Boeing telah menawarkan SB-1 Defiant X compound coaxial helicopter untuk program FLRAA. Namun, dinyatakan kalah dari Bell Textron, yang menawarkan tiltrotor canggih V-280 yang dipilih oleh Angkatan Darat sebagai pengganti Black Hawk. Buntut dari protes tersebut, maka fase produksi Bell V-280 Valor akan dihentikan sementara sampai masalah diselesaikan.

Dikutip dari TheDrive.com, protes resmi dari Sikorsky resmi diajukan pada 28 Desember 2022, dan protes secara otomatis menghentikan pekerjaan pada program FLRAA sementara Government Accountability Office (GAO) mempertimbangkan keberatan Sikorsky terhadap pemilihan Angkatan Darat.

“Berdasarkan tinjauan menyeluruh atas informasi dan umpan balik yang diberikan oleh Angkatan Darat, Lockheed Martin Sikorsky, atas nama Tim Defiant, menentang keputusan FLRAA,” kata Paul Lemmo, Sikorsky President dalam sebuah pernyataan.

Bell V-280-Valor

Lemmo menambahkan, “Data dan diskusi membuat kami yakin bahwa proposal tersebut tidak dievaluasi secara konsisten untuk memberikan nilai terbaik demi kepentingan Angkatan Darat, prajurit kami, dan pembayar pajak Amerika. Pentingnya misi FLRAA bagi Angkatan Darat dan bangsa kita membutuhkan solusi yang paling mampu, terjangkau, dan berisiko paling rendah. Kami tetap yakin Defiant adalah pesawat transformasional yang dibutuhkan Angkatan Darat untuk menyelesaikan misi kompleksnya saat ini dan di masa depan.”

Desain SB-1 Defiant didasarkan pada puluhan jam uji terbang oleh prototipe operasional SB-1 Defiant, yang dikembangkan secara paralel dengan Valor selama program Demonstrasi Teknologi Multiperan Bersama.

Defiant pertama kali terbang pada Maret 2019, lebih dari setahun setelah Valor pertama kali diluncurkan pada Desember 2017. Penundaan itu sebagian karena masalah pengembangan yang mencakup masalah dengan sistem rotor yang berputar balik.

Boeing mengalami kesulitan meningkatkan rotor yang kaku untuk mengangkat pesawat seberat 30.000 pon dan harus mendesain ulang sebelum Defiant dapat terbang. Defiant juga sempat di-grounded pada tahun 2019, sehingga tim Defiant dapat mengubah sistem drive train pesawat untuk menghindari “bearing creep” yang ditemukan selama pengoperasian test bed sistem propulsi berbasis darat.

FLRAA adalah pertarungan antara dua konsep yang sangat berbeda sejak awal. Kedua desain mencapai persyaratan ambang batas Angkatan Darat untuk pengganti Black Hawk tetapi para kontestan menawarkan dengan dua badan pesawat yang sangat berbeda. Salah satunya adalah peningkatan evolusioner pada konsep tiltrotor V-22 Osprey yang disempurnakan menjadi desain berdasarkan persyaratan unik Angkatan Darat.

Yang lainnya adalah kombinasi dari teknologi yang didemonstrasikan namun masih agak baru di bawah panji X-2 Sikorsky yang digabungkan ke dalam konfigurasi berskala lebih tinggi.

Baca juga: Airbus dan Leonardo Pimpin Proyek Helikopter Masa Depan NATO, Ini Spesifikasi yang Ditetapkan

Protes pemberian kontrak pertahanan besar biasanya tidak berhasil, dan Sikorsky sejauh ini belum memberikan banyak detail tentang argumen formal atau hasil yang diinginkan. Tetap saja, dampak bagi pemenang dan pecundang dari kontrak ini sangat besar, sehingga masing-masing masih akan bertarung untuk kepentingan strategis di masa mendatang. (Bayu Pamungkas)

6 Comments