Airbus dan Leonardo Pimpin Proyek Helikopter Masa Depan NATO, Ini Spesifikasi yang Ditetapkan

NATO memperkirakan sebagian armada helikopternya akan memasuki masa pensiun pada 15 – 20 tahun mendatang. Untuk itu dalam KTT NATO yang dihelat pada akhir Juni lalu di Madrid, Spanyol, Menteri Pertahanan dari enam negara anggota NATO – Peransis, Jerman, Yunani, Italia, Belanda, dan Inggris – bersepakat untuk mengusung proyek Next Generation Rotorcraft Technologies (NGRT).

Baca juga: Siap Gantikan AH-1F Cobra, Prototipe Light Armed Helicopter Raih Predikat ‘Fit for Combat’

NGRT diusung untuk menciptakan platform masa depan helikopter standar NATO di Eropa. Untuk mewujudkan NGRT, konsorsium dari enam negara NATO telah menyiapkan anggaran sekitar 26,7 juta euro (US$28,16) juta untuk menentukan persyaratan proyek dalam waktu tiga tahun. Tentang persyaratan yang dimaksud, akan dibentuk berdasarkan teknologi terbaru yang tersedia di pasar seperti penggunaan hybrid and electric propulsion, arsitektur sistem terbuka yang sistematis, dan karakteristik penerbangan yang ditingkatkan secara radikal.

Dikutip dari Janes.com (26/7/2022), disebutkan dua manufaktur dirgantara kampiun dari Eropa, yakni Airbus Helicopters dan Leonardo Helicopters akan memimpin proyek NGRT untuk mengembangkan platform vertical take-off and landing (VTOL) untuk jangka waktu pasca-2035. Kedua manufaktur helikopter tersebut mengumumkan pengaturan kerja sama pada akhir Juli, mencatat bahwa proyek tersebut akan membuka jalan bagi masa depan helikopter militer di Eropa. Proyek NGRT nantinya akan didanai oleh European Defence Fund (EDF), badan keuangan di bawah Uni Eropa.

Tugas Airbus dan Leonardo dalam jangka pendek ini akan membuat studi tentang future operating environment (FOE) dan future operating concepts (FOC) pada wahana VTOL militer di Eropa. Airbus dan Leonardo juga akan mempelajari aspek operabilitas dan fleksibilitas operasional; keterjangkauan baik dalam pengadaan dan biaya siklus hidup; survivability, logistik; suku cadang; hingga potensi konflik intensitas tinggi yang terjadi di masa mendatang.

Sebagai persyaratan awal yang ditentukan oleh NATO adalah berupa helikopter angkut menengah modular yang tidak berawak atau dipiloti dari jarak jauh, termasuk adopsi digital backbone dan fusi multi-sensor dengan bantuan kecerdasan buatan. Untuk harga, NATO mematok harga maksimum per pesawat adalah 35 juta euro (US$37 juta) dengan biaya penerbangan rata-rata tidak melebihi 10.000 euro (US$10.500).

Dari aspek teknis, NGRT diharapkan dapat mewujudkan kapasitas angkat helikopter 4.000 kg dengan setidaknya payload 2.500 kg pada kabin internal. Kondisi tersebut dicapai setidaknya dalam kondisi bahan bakar 80 persen dan berat maksimum saat tinggal landas 10 – 17 ton.

Baca juga: Airbus Helicopters H145M – Performa Unggul Helikopter Ringan Multirole Twin Engine

Helikopter dipersyaratkan untuk bisa mengangkut 12 hingga 16 pasukan lengkap dengan berat rata-rata 160 kilogram. Bicara soal jangkauan, helikopter masa depan itu setidaknya dapat terbang sejauh 900 mil laut (1.650 kilometer) dengan daya endurance 5 – 8 jam, termasuk dengan dukungan tangki bahan bakar eksternal. NATO juga punya syarat soak kecepatan, bahwa Airbis dan Leonardo harus mampu mewujudkan helikopter yang dapat dapat terbang dengan kecepatan 407 km per jam. (Bayu Pamungkas)

5 Comments