Setelah Permohonan Erdogan, Joe Biden ‘Restui’ Penjualan F-16 dan Suku Cadangnya ke Turki
Kilas balik ke Oktober 2021, Pemerintah Turki telah melayangkan permintaan ke Pemerintah Amerika Serikat untuk maksud pembelian 40 unit jet tempur F-16 varian terbaru dan 80 kit modernisasi untuk armada F-16 yang kini dioperasikan Angkatan Udara Turki. Sejak permintaan dilayangkan, tidak ada respon resmi yang dilontarkan dari negara terkuat di NATO tersebut. Maklum, hubungan antara Turki dan AS memang sempat ‘panas dingin’ akibat pembelian sistem hanud S-400 dari Rusia.
Baca juga: Menlu Turki: Bila AS Menolak Jual F-16, Pilihan Akan Beralih ke Sukhoi Su-35
Dan setelah menanti hampir lima bulan, akhirnya ada tanggapan dari Gedung Putih. Dikutip dari Reuters.com (6/4/2022), disebutkan Pemerintahan Joe Biden yakin potensi penjualan jet tempur F-16 ke Turki akan sejalan dengan kepentingan keamanan nasional AS dan juga akan mendukung aliansi jangka panjang antar negara NATO. Meski sudah ada tanggapan positif dari Biden, tapi itu belum menjadi kesepakatan, pasalnya sebagian anggota kongres tidak mendukung secara eksplisit.
Sejauh ini, ada 50 anggota kongres AS yang menolak rencana pembelian F-16 oleh Turki. Mereka mendesak Pemerintah Biden untuk menolak pembelian Ankara, mengutip apa yang mereka katakan sebagai kurangnya komitmen Presiden Turki Tayyip Erdogan untuk NATO dan “pelanggaran hak asasi manusia yang besar.”
Sejak permintaan pembelian 40 unit F-16 varian baru plus kit modernisasi dilayangkan, Washington sejauh menahan diri untuk tidak mengungkapkan pendapat apa pun tentang rencana pembelian itu, dengan mengatakan itu perlu melalui proses penjualan senjata secara standar. Seperti diketahui, penjualan senjata dari AS ke Turki – yang notabene adalah sekutunya dalam NATO, menjadi perdebatan setelah Ankara mengakuisisi sistem rudal hanud S-400 dari Rusia, yang memicu sanksi AS serta penghapusan Turki dari program jet tempur stealth F-35 Lightning II.
Sebagai catatan, Turki dan Amerika Serikat belum menemukan bahasa yang sama dalam pembayaran kompensasi atas proyek F-35. Selain penjualan F-16, Ankara menuntut kompensasi moneter sebesar US$1,4 miliar atas penolakan AS untuk bekerja sama dalam pengembangan bersama jet tempur F-35.
Sebelumnya, Menteri Luar Negeri Turki Mevlut Cavusoglu menyatakan, jika Amerika Serikat menolak untuk menjual F-16 generasi terbaru ke Turki, maka Ankara dapat mempertimbangkan untuk membeli pesawat tempur dari Rusia. “Jika Amerika Serikat tidak ingin menjual pesawat (F-16) ke Turki, maka kami akan mempertimbangkan opsi lain, termasuk membeli Sukhoi Su-35 dan Su-57,” ujar Cavusoglu.
Pada kenyataan, kekuatan penempur Angkatan Udara sangat bergantung pada keluarga F-16 Fighting Falcon. Sampai Januari 2021, AU Turki mengoperasikan tak kurang dari 245 unit F-16 C/D (Block30/40 dan Block50). Meski beberapa suku cadang dan perangkat F-16 telah dibuat oleh industri dalam negeri, tetap ada elemen kunci, dimana Turki masih butuh AS.
Dalam panggilan telepon pada 10 Maret 2022, Presiden Turki Recep Tayyip Erdoğan mengatakan kepada Presiden AS Joe Biden bahwa sudah waktunya untuk mencabut semua sanksi yang “tidak adil” terhadap industri pertahanan Turki dan bahwa Turki mengharapkan permintaannya untuk membeli F-16 akan diselesaikan sesegera mungkin.
Dalam konflik Rusia vs Ukraina, Turki yang mempunyai perbatasan maritim dengan Ukraina dan Rusia di Laut Hitam, memiliki hubungan baik dengan keduanya dan telah menjadi tuan rumah pembicaraan damai antara keduanya di Istanbul. Sikap Turki pun mendua, yaitu menyuarakan dukungan untuk Ukraina, tetapi juga menentang sanksi Barat yang diterapkan pada Rusia atas invasi tersebut.
Baca juga: ‘Timbun’ Suku Cadang F-16, Turki Siap Terima Gelombang Pertama Rudal Hanud S-400
Turki menjalin hubungan dekat dengan Rusia pada sektor energi, pertahanan, perdagangan dan sangat bergantung pada turis dari Rusia. Pada sisi lain, Turki telah menjual drone tempur (Bayraktar TB-2) ke Ukraina, yang telah membuat marah Moskow. (Gilang Perdana)
Perang di ukrania, Ini bukan Rusia vs ukrania head to head, tapi Rusia vs NATO + australia, NATO itu seharusnya bubar ketika uni Sovyet runtuh, tapi NATO malah melebarkan expansinya ke timur ke bekas negara pecahan uni Sovyet, dan memprovokasi Rusia bertahun tahun dengan penempatan dan penambahan baterai rudal anti balistik di seberang perbatasan dengan Rusia, ukrania tanpa bantuan NATO, sudah pasti kalah, perang di ukrania sekarang jatuhnya attrion warfare, kesalahan Rusia dia menganggap enteng informasi intelejen dan mengabaikan logistik, tapi Rusia sudah belajar dari pengalaman, suplai logistik diamankan dengan perebutan pelabuhan dan daerah buffer zone, tujuan Rusia dari perang ini sudah tercapai dimana Rusia berhasil menciptakan daerah buffer zone, menguasai daerah penghasil gas ukrania dan mengamankan jaringan pipa gas dan minyak ukrania, namun kerugian materi dan personelnya juga besar, kelemahan utama adalah tank Rusia tidak memiliki kemampuan hunter killer dan peperangan malam dan jalur logistik berhasil dihancurkan ukrania
Tapi inilah yg menarik. Serbia punya hanud yg sangat kuat, meluncurkan lebih dari 1000 rudal AAW. Tapi dari sini bisa dilihat hanya 2 pespur yg tertembak saat misi di Serbia tahun 1999. Pilot pun bisa terselamatkan semua.
Beda jauh dg Rusia yg sampai sekarang masih belum bisa menjamin kemenangan air superioritas diatas Ukraina. Bahkan pilot Su-35 berhasil ditangkap pasukan Ukraina. Memalukan banget untuk 2nd world class armed forces dibawah USA ini. Ukraina emang bukan kaleng-kaleng. Kalo perang ini tambah lama seperti Uni Soviet menghadapi Afghanistan dulu maka itu akan membuat Rusia langsung bangkrut seperti pendahulunya
Tante Yufi maaf lagi itu kan argumen nya Agato kan menyatakan F-16 tidak pernah tertembak hanud musuh berwujud Manpad. S-200 tidak bisa dikategorikan sebagai Manpad, Tante dan mau bagaimana juga Suriah yg dibombardir, dihancurkan kekuatan udara Israel, AU Israel yg memiliki kekuatan mempenetrasi airspace Suriah bukan sebaliknya. Nyawa orang Suriah yg melayang akibat AU Israel bukan sebaliknya.