Serba Digital dan Modern, Inilah Fasilitas Produksi Battlefield Management System PT Hariff DTE
|Adopsi teknologi Battlefield Management System (BMS) tak pelak menjadikan ranpur (kendaraan tempur) konvensional menjelma laksana ‘ranpur pintar.’ Tak hanya terkoneksi secara data, namun sistem ranpur dan persenjataannya dapat terintegrasi dengan unit komando yang lebih luas, menjadikan pola pergerakan unit kavaleri mampu berjalan efektif dan terpadu antar elemen.
Dari ratusan ranpur TNI AD dari jenis MBT (Main Battle Tank) Leopard 2A4/2A4 Ri, tank Marder IFV (Infantry Fighting Vehicle) dan panser Anoa dari Yonif Mekanis, sejak 2018 silam telah di-instalasi perangkat BMS CY-16H produksi perusahaan swasta nasional asal Bandung, PT Hariff Daya Tunggal Engineering (DTE).
Sejak diperkenalkan sebagai prototipe pada tahun 2015, BMS rancang bangun dan produksi dalam negeri ini tak hanya mengedepankan fitur yang ada di dalam aplikasi, lebih dari itu, elemen tingkat kerahasiaan dan ketahanan perangkat menjadi faktor yang sangat diperhatikan sebagai bagian dari perangkat yang dipasang built in pada ranpur.
Dan pada Minggu, 25 Agustus 2019, Indomiliter.com mendapat kesempatan berkunjung ke fasiltas produksi BMS di pabrik PT Hariff DTE yang berada di kawasan Jalan Soekarno-Hatta, Bandung.

Seperti halnya fasilitas produksi smartphone, produksi BMS oleh PT Hariff DTE dilakukan mulai dari pembuatan frame (casing) untuk konsol terminal dan radio BMS. Diperlihatkan mulai dari tahapan bahan baku berupa batangan aluminium sampai proses pembentukan frame casing dengan mesin khusus.
“Kekuatan frame menjadi poin penting dalam proses produksi, pasalnya perangkat harus tahan terhadap efek hentakan (recoil) senjata yang terjadi di dalam kubah ranpur,” ujar Adytia AM, VP Business Development PT Hariff DTE kepada Indomiliter.com. Adytia menambahkan, kekuatan perangkat harus dipastikan mampu menahan tekanan sampai level 20g.

Tak hanya membuat casing, PT Hariff DTE lebih faktanya juga memproduksi perangakt PCB (Printed Circuit Board) yang menjadi bagian terpenting dari sistem BMS. Tahapan produksi PCB, yaitu mulai dari solder sampai ke reflow oven dilakukan lewat conveyor, kesemua proses tadi dikerjakan secara otomatis guna menjamin akurasi pemasangan perangkat lunak yang berukuran kecil (chip).
Guna memastikan kualitas PCB yang dihasilkan, dilakukan pengecekan secara manual pada tiap PCB yang telah dibuat oleh mesin. Bila ada yang tak memenuhi standar, maka proses harus diulang kembali.

Bergeser ke sisi ruangan lain, ada tempat khusus untuk perakitan komponen berikut pengetesan pada perangkat terminal (monitor) dan radio. Di ruangan ini nampak berjejer perangkat BMS yang nantinya akan dikirimkan kepada TNI AD.
Baca juga: Network Centric Warfare – Kemampuan Yang Selayaknya Hadir di Jet Tempur Terbaru TNI AU

Atas upaya dan terobosan yang terbilang inovasi tinggi, perangkat BMS CY-16 telah meraih penghargaaan Rintisan Teknologi (Rintek) dari Kementerian Perindustrian pada 2018 lalu. CY (Cahati Yudha)-16 yang berarti pengatur pertempuran punya nilai taktis dan strategis, terutama untuk menjamin tingkat kerahasiaan data dan informasi, dimana kesemuanya terangkum dalam payung Tactical Broadband Network (TBN) yang juga dikembangkan oleh PT Hariff DTE.
“Mulai dari perangkat BMS sampai TBN, seluruhnya adalah jaringan yang dirancang mandiri dan terenkripsi secara penuh, sehingga dipastikan aman dari upaya penyadapan oleh pihak lawan,” kata Adytia. (Haryo Adjie)
Mantap nih PT hariff DTE sungguh membanggakan…. apa ini sama dengan perusahaan swasta yang bikin simulator 2 buat alutsista kita yang di bandung juga?
sudah bisa dalam touchable (layar sentuh)?
Sedari awal memang sudah berbasis layar sentuh 🙂
Bedanya bms dan datalink apa
Hehehe kenapa ruskye? Ga nerima ya statement distanata kebanyakan bener2 dan intinya nato party hehehe awacs,sam,strategic mpa bahkan dari russia gak lolos kasihan wkwkwk kilo di php in salah sendiri pelit ToT bahkan project chakra dah ngasih kode kalo kedepannya kita beli F35 dalam proyeksi jangka panjang russia sendiri dalam memasarkan su 57 gak menyebut kita tuh hehehe makan tuh pelut ToT&export variant
Hehe. Bung Ruskiy malah ane kata fansboy ruskiem yang masih mau berfikir obyektif. Masih mau melihat realita yang terjadi dalam tubuh TNI secara jernih. Ane akui sosok2 yang mengisi posisi penting mabes TNI maupun trimatra terkini sangat pro amriki bahkan isi mef perubahan yang terlihat condong ke arah situ.
Kondisi eksternal maupun internal akhirnya membuat porsi belanja TNI memang lebih besar ke NATO daripada ruskiem
Gw jujur melihat komen halusinasi dari fansboy ruskiem maupun amriki sekarang lebih enak tidak perlu dikomentari. Lebih asik jadi bahan tertawaan
Sembayem@serius om kedepan nya kita mau beli f35??? Mudah2an sebelum tahun 2200nya om…
Tactical datalink Kartika apa sudah full operasional dan mature seperti Link 16
Kalo gitu pastinya udah
Ditanyakan aja bung ke kawannya ente yg orang dalam di TNI AU itu. Pasti dia tau jawabnya bung. Kalo disini gak ada yg tau bung termasuk saya. Kalo saya cuma bisa hoax aja…..hehehehe
@dista
Belum siap. Hanya untuk item-item yang dikerjakan ke kita sudah selesai semua. Pekerjaan battle & communication console sudah diambil alih pihak haniff