Seperti Israel dan Arab Saudi, Singapura Operasikan Aerostat Low Level Airborne Ground Surveillance System
|Bicara tentang pertahanan teritorial, apa yang dilakukan oleh Singapura sepertinya sudah demikian kuat dan rapat. Mengoperasikan armada jet tempur dan kapal perang tercanggih di Asia Tenggara, plus sistem hanud terkokoh di kawasan, maka apa yang dilakoni Negeri Pulau itu banyak membuat ‘iri’ negara tetangganya, terlebih status Singapura yang menjadi sekutu Amerika Serikat.
Baca juga: Gulfstream G550 CAEW – Stasiun Radar Terbang Conformal Perisai Ruang Udara Singapura
Bicara tentang sistem hanud, aspek deteksi dini pada potensi ancaman sudah diperhitungkan dengan cermat. Faktanya Angkatan Udara Republik Singapura (RSAF) sejak lama telah mengoperasikan empat unit armada Gulfstream G550 CAEW (Conformal Airborne Early Warning and Control). Namun, punya pesawat intai canggih dan drone MALE dirasa masih kurang, AU Singapura merasa perlu untuk memantau dan mendeteksi potensi ancaman di udara dan permukaan dalam waktu 27 jam terus-menerus.
Selain mengandalkan operasional Gulfstream G550 CAEW yang ongkos operasi per jamnya besar, maka AU Singapura mengikuti jejak Israel dan Arab Saudi, yaitu menggunakan balon udara Aerostat. Dikutip dari situs Kementerian Pertahanan Singapura – .mindef.gov.sg (29/11/2016), Aerostat produksi TCOM dari Amerika Serikat, digadang untuk menjalankan fungsi 24/7 low-level radar coverage.
The RSAF aerostat deployed for the first week of 2022. #rsafsg #sgrsaf pic.twitter.com/63LLtKKUH0
— xtemujin360Resources 🇸🇬 (@xtemujin) January 5, 2022
Dari spesifikasi yang diungkap Mindef, Aerostat Singapura punya panjang 55 meter dan beroperasi pada ketinggian 600 meter. Beroperasi penuh dalam 24 jam, Aerostat dilengkapi sistem deteksi radar yang mampu pergerakan ancaman di udara dan lautan dalam radius 200 Km.
Persisnya Aerostat dilengkapi dengan Sky Dew elevated radar system. Aerostat Air Defence Radars sebelumnya sudah lebih dulu digelar AS untuk melindungi wilayah Arab Saudi yang kerap panen serangan drone kamikaze dari Yaman.
Menurut kajian dari US Air Force Life Cycle Management Center (AFLCMC), penggelaran radar intai di permukaan (ground radar) kurang efektif di Arab Saudi, pasalnya dari kontur geografis yang berupa kombinasi gurun dan perbukitan, menjadikan cakupan atau coverage dari ground radar tidak optimal, serta tidak ekonomis karena membutuhkan banyak kehadiran stasiun radar untuk menutup blank spot.
Baca juga: Cegah Serangan dari Utara, Israel ‘Dipagari’ Aerostat Air Defence Radars
Sebagai platform dalam solusi US AFLMC adalah Aerostat, yaitu balon udara yang berperan sebagai low level airborne ground surveillance system. Karena disebut mengudara di low level, maka konsepnya berbeda dengan HAPS (High Altitude Platform Station), meski sama-sama mengandalkan wahana balon udara. (Bayu Pamungkas)