Gulfstream G550 CAEW: Stasiun Radar Terbang Conformal Perisai Ruang Udara Singapura
|Dengan teritori yang begitu terbatas, bagi Singapura tak ada pilihan selain menerapkan strategi defensif aktif dalam menggelar sistem pertahanan udara. Setiap ancaman harus sebisa mungkin dinetralisir sebelum menjangkau ruang udara Negeri Pulau tersebut. Strategi pertahanan yang boleh dibilang mirip dengan Israel, yang ‘kebetulan’ juga berstatus sebagai mitra erat industri militer Singapura.
Baca juga: [Polling] F-15SG RSAF – Lawan Tanding Terberat Sukhoi Su-27/30 TNI AU
Guna melakoni strategi pertahanan defensif aktif, selain kehadiran armada jet tempur interceptor papan atas, seperti F-15SG dann F-16 C/D, kehadiran sokongan pesawat intai menjadi keharusan bagi Singapura. Dan untuk urusan intai mengintai, Singapura adalah yang terdepan di Asia Tenggara. Di segmen drone, UAV (Unmanned Aerial Vehicle) Heron dan Hermes dari Israel, serasa belum ada tandingannya di kawasan. Debut kemampuan intai udara Singapura yang lebih utama jelas keberadaan pesawat Airborne early warning and control (AEW&C).

Saat negara rumpun di Asia Tenggara masih adem ayem dengan alutsista ala kadarnya, Singapura pada 1980 malah sudah mengoperasikan E-2C Hawkeye buatan Northrop Grumman. Setelah agak lama, baru kemudian Thailand pada tahun 2012 yang punya pesawat AEW&C, yakni Saab 340 dengan radar Erieye. Dengan latar anggaran pertahanan yang lebih dari cukup, toh akhirnya E-2C Hawkeye telah resmi diganti, karena telah dipandang uzur. Sebagai gantinya, sejak tahun 2012, Skadron 111 RSAF yang bepangkalan di Lanud Tengah, sudah mengoperasikan penuh empat unit Gulfstream G550 CAEW (Conformal Airborne Early Warning and Control).
Seperti halnya Saab GlobalEye yang dibangun dari platform jet bisnis jarak jauh Bombardier Global 6000 dari Kanada. Gulfstream G550 CAEW juga dibangun dari jet bisnis jarak jauh, yang digunakan adalah platform Gulfstream G550 buatan Gulfstream Aerospace, Amerika Serikat. Bedanya bila GlobalEye menggunakan struktur radar pada punuk, sementara pada Gulfstream G550 CAEW, sosok radar disematkan secara conformal pada sisi kanan dan kiri body. Meski begitu, baik Saab GlobalEye yang telah dipesan 2 unit oleh Uni Emirat Arab dan Gulfstream G550 CAEW, mengadopsi teknologi radar yang serupa, yaitu jenis AESA (Active Electronically Scanned Array).
Baca juga: GlobalEye – Sistem Radar AEW&C Multimode dengan Extended Range dari Saab
Penerapan desain conformal mempunya keuntungan pada sisi aerodinamis pesawat, dimana faktor hambatan angin dapat ditekan semaksimal mungkin lewat komponen radar yang menyatu. Meski terlihat menyatu, radar conformal tetap dapat dilepas pasang, hanya saja tak bisa dilakukan dengan singkat. Model conformal sedikit banyak mengingatkan pada desain Eurofighter Typhoon dan F-16 Viper, kedua jet tersebut menggunakan tangki bahan bakar tambahan berupa conformal pada punuknya.
Baca juga: Conformal Fuel Tanks, Terobosan Eurofighter Typhoon Untuk ToT di Indonesia
Resminya Singapura memesan empat unit Gulfstream G550 CAEW pada tahun 2007. Dengan pengiriman secara bertahap, unit perdana tiba pada tahun 2009, dan baru pada bulan April 2012, AU Singapura resmi mendeklarasi operasional penuh empat unit G550 CAEW. Dengan beroperasinya empat unit G550 CAEW, proteksi hanud Singapura ibarat tanpa celah. Terintegrasi dengan ground radar yang memandu rudal Sypder, kemampuan deteksi dini Singapura dipastikan mampu menembus jauh batas teritori negara tetangganya.
Baca juga: Spyder, Ini Dia Sistem Rudal Hanud Hybrid Andalan Singapura
Sebagai radar airborne, AESA yang dipasok pada G550 CAEW Singapura mengambil jenis EL/W-2085. Radar ini dibuat oleh manufaktur kondang, Israel Aerospace Industries (IAI) dan Elta Electronics Industries. Radar ini berjalan di dual band yang menyajikan coverage 360 derajat. Untuk radar pada conformal mengggunakan L-band dan radar di bagian depan dan ekor mengadopsi S-band. Kedua jenis radar beroperasi secara simultan dalam dual band frekuensi.
Bagaimana dengan kemampuan radar AESA di Gulfstream G550 CAEW? Secara teknis, radar dapat mengendus 100 sasaran secara simultan dari jarak 200 nautical mile (370 Km). Dengan teknologi phased array, operator pengawas radar bisa mendapatkan update terkait sasaran dalam rentang per 2 – 4 detik. Sebagai perbandingan, sistem radar pada E-2 Hawkeye dan E-3 Sentry yang menggunakan jenis radar radome dengan penggarak rotor, dimana kedua pesawat intai Era Perang Dingin itu baru bisa mendapat update sasaran per 20 – 40 detik.
Dalam operasinya, Gulfstream G550 CAEW diawaki dua pilot dan enam air warfare officer. Mengutip informasi dari mindef.gov.sg, Gulfstream G550 CAEW dapat terbang selama 9 jam non stop dengan kecepatan Mach 0,82 pada ketinggian 12.500 meter.
Spesifikasi Gulfstream G550 CAEW
– Length: 29,8 meter
– Wingspan: 28,5 meter
– Height: 8,3 meter
– Engine: 2x Rolls Royce BR710-C4-11 Turbofan
– High-Speed: Mach 0.87
– Long-Range: Mach 0.80
– Takeoff Distance: 1.800 meter
– Landing Distance: 844 meter
– Maxumum fuel: 18.734 liter
Australia Juga Pesan
Australia nampaknya tak puas hanya dengan mengoperasikan enam unit E-7A Wedgetail sebagai AEW&C. Negara benua ini dipastikan telah mengorder dua unit Gulfstream G550 CAEW. Kontrak pembelian lewat program FMS (Foreign Military Sale) telah dilakukan pada bulan Februari lalu dengan nilai US$93,6 juta. Bedanya, Gulfstream G550 CAEW pesanan Singapura tak merujuk pada IAI dan Elta, namun Australia menunjuk L-3 Communications, perusahaan elektronik dan pertahanan yang berbasis di New York, AS. (Gilang Perdana)
Berbicara tntang AEW&C tak dpt dipungkiri Israel mrmang yg trdpan. Uniknx kecuali tawaran Saab (Erieyr & Global Eye) tawaran pesawat AEW&C yg lain tetap saja trdpt sntuhan Israel. Airbus menawarkan C295 AEW radomenya bikinan Israel. Embraer 145 AEW&C join India & Brasil meskipun bntuk radarnya sgt mirip dgn Saab Erieye & Global Eye lg2 radarnx jg bikinan Israel.
Msh mau ngimpi pesawt AEW&C Rusia stroong Beriev A50 ato A100. Radomenx saja lg2 made in Israel
Israel ada dimana2. Israel memang stroonngg!!
Kabur dulu deh sblm loyalis FPI berdatangan!!
Tak usah kabur [email protected] jago, karena kenyataanya begicuuu
Processor, Windows, Lampu, Kain, dst……………asalnya dari Yahudi
mereka di takdirkan sebagai bangsa Jenius
Islam tumbuh pesat disana, bahkan tentaranya juga ada yang Muslim
saya Pro Gus-Dur
yang kita benci adalah Zionisnya, bukan Yahudinya
Lha iya itu, makanya Uni Emirat Arab makanya beli pesawat AEW&C nya kan dari Saab, ya GlobalEye, mereka pasti sebisa mungkin ndak beli dari Israel.
@deano
Sejarah pembelian erieye oleh UAE sudah dimulai sekitar thn 2012, ktk UAE ingin merintis pengoperasian unit AEW namun terbentur SDM yang terbatas dan wilayah geografis yang terbatas
Akhirnya UAE membeli 2 unit erieye 340 bekas AU swedia dg konfigurasi 2/3 operator…sdg operator pengendali pertempuran tidak ikut didalam pesawat ttp direlai dg datalink dari pangkalan didarat..(sampai saat ini erieye adl satu2nya pesawat AEW yang memiliki fitur ini)
Perang yaman, agaknya memicu UAE utk memesan pesawat AEW dg konfigurasi khusus (dg penambahan radar SAR/GMTI) untuk mengawasi perbatasan darat mereka secara efektif, dg personel yang terbatas.
@ayam jago
Bang amalan yang kemarin masi kurang nih..
Sekarang pengen tau penerapan NCW alutsista “gado-gado” di India, brazil dan yunani, diterapkan pd alutsista apa saja?
Karena kemampuan finansial suatu negara, membatasi seberapa jauh penyebaran NCW kedalam tubuh instansi militer atau badan lain yang terkait
@tukang ngibul
Ya jlas 2 metode yg sdh saya bahas sblmnx yaitu
1. Modifikasi atawa kustomisasi elektronika alutsista yg bersangkutan
2. Membangun stasiun penghubung baik sifatnx statis yaitu stasiun darat serta yg berbasis mobile
sdh menjadi pola standar dlm mengintegrasikan alutsista platform gado2 tsb. Polanx sgt ditentukan oleh jumlah & jenis alutsista
Contoh Brasil dikarenakan jumlah alutsista bikinan Rusia yg tdk banyak sehingga hanya memasangkan Elbit Integration Package (EIP) paket hemat untuk SAM Pantsir & Buk srta heli Super Hind. Sbg penghubung antara SAM tsb dgn pespur AU Brasil mk Elbit Integration Link (EIL) pd AEW&C Erieye.
Untuk Yunani mirip sprt Brasil dimana EIP paket hemat dipake pd SAM Tor & Buk mk EIP paket komplet utk S300. Agr S300 dpt terintegrasi dgn AWACS NATO Yunani jg memesan stasiun darat Elbit Integration Base (EIB) 6 unit.
Kl India sprt SAM dari Rusia yg dibeli sgt banyak alhasil India membangun platform komando utk SAM berbasis truk yg didlmnx sdh diintegrasikan EIL dimana satu truk komando tsb dpt membawahi 2-6 batere SAM tsb. Di AU India Su30 MKI mendpt kustomisasi elektronik kelas mutan. Semua jeroan bawaan diganti total kecuali radar termasuk jg mengintegrasikan EIP paket komplet. Disktor AEW&C baik Beriev A50 & Emb-145 AEW dipasang EIL sprt yg dilakukan di Eriye milik AU Brasil. Tdk lupaa India membangun jaringan stasiun darat AFNet sbnyk 56 unit dimana dlm satu stasiun AFNet trdr dari 2 stasiun darat EIB yg dilisensi & dikustom oleh India sndr. Untuk AL thn 2005-2011 dilakukan modifikasi besar2an pd kaprang yg dibeli dari Rusia/Soviet sprt Tasla, Molniya dll trmasuk jg kasel Kilo dmn semua elektronik diganti total dari radar, sonar, sensor, CMS dll diganti dgn jeroan bikinan barat serta dari India sndiri
Ada kabar Vietnam mau beli 2 C-295 AEW. Salah satu yg mendasari pilih produk itu karena maintenancenya lebih murah & mereka udah familiar dengan pesawat jenis ini (yg komponennya dibikin di PT.DI juga). Radar & softwarenya ya dipasok Israel. Dan katanya bisa terkoneksi dengan SU-30 & kapal2 perang mereka yg bikinan Rusia.
Tapi bukankah kita juga punya drone bikinan Israel? Jadi menurut pengamatan saya intinya pemerintah nggak beli langsung dari Israel tapi lewat pihak ketiga/negara lain. Misal soal drone yg lewat Filipina & A-4 yg lewat AS. Bahkan bukankah kita pernah pake Uzi?
Kalopun musti berhubungan dengan Israel, ada jalur belakang lewat intelijen. Bakin kita kan dulu pernah berguru pada Mossad.
Saya sendiri sependapat ama Gus Dur. Udah saatnya RI membuka hubungan diplomatik dengan Israel. Selain pertimbangan keuntungan kepentingan nasional (perdagangan), ini juga bisa membantu dalam upaya diplomasi internasional & politik bebas aktif non-blok ‘menciptakan perdamaian dunia’. Indonesia bisa jadi mediator yg dipercaya pihak yg berkonflik di Timur Tengah (peran yg selalu dilakoni negara2 barat khususnya AS). Yordania & Mesir kan juga punya hubungan diplomatik dengan Israel. Toh kita juga tetap berhubungan dengan RRC meski mereka menduduki Tibet ato Rusia meski pernah menginvasi Georgia & sekarang menduduki Krimeanya Ukraina (ato bahkan AS yg… :D).
Untuk sesuatu yang madaniyah( kebendaan), hukum asalnya adalah mubah( boleh). Jadi tidak masalah membeli produk yg dibuat org atheis, komunis, yahudi,. . etc.
@errick :
kalo dengan korea utara yang notabene komunis Indonesia sdh ada hubungan diplomatik dan dgn israel knp tidak.
jika kedepan ada kepastian memakai pesawat AEW setuju dengan bung errick knp gk menggunakan pesawat NC-295 krn kedepannya memudahkan perawatannya dan menggunakan teknologi dari israel.
drone pun knrp dr israel krn mau tidak mau harus di akui teknologi drone dari israel termasuk kelas atas bahkan amrik belajar ke israel agar drone mereka lebih mumpuni
@admin
Yang dibeli aussy versi Sigint-nya oom…bukan CAEW, untuk menggantikan AP-3C yang sdh menua.
Tidak disebutkan EW suite yang akan digunakan, kemungkinan tinggal mencopot EW suite Elta dari AP-3C, dan tampaknya tdk dilengkapi dg SAR/GMTI radar seperti konfigurasi G-550 sigint israel
Terima kasih utk update nya mas Lesus
Kalo menurut Bung Admin
Dari konstruksi penempatan radarnya, manakah yg terbaik dari keduanya antara GlobalEye nya SAAB dengan Gulfstream G550 CAEW.?
Kalau dari jangkauan mungkin GlobalEye masih unggul ya bung.
Kalau fokus ke desain, model conformal jelas punya beberapa keunggulan, seperti lebih kompak dan dapat lebih mengurangi hambatan udara. Itu artinya bisa menunjang efisiensi bahan bakar pesawat juga. Ya dari segi jangkauan, GlobalEye terasa lebih unggul.
Ali bin Abi Tholib, pernah memakai baju perang( baju besi) buatan yahudi. Sesuatu yang madaniyah(kebendaan) hukum asalnya mubah, kecuali ada taksis.
Soal kenapa RI tidak mempunyai hubungan diplomatik dengan Israel adalah soal Palestina. Beda dengan persoalan RRT dgn Tibet dll.
Mantaaaaap…
Indonesia Kita hrs’x punya ini brg…