Update Drone KamikazeKlik di Atas

Gulfstream G550 CAEW – Stasiun Radar Terbang Conformal Perisai Ruang Udara Singapura

P_20160217_113351

Dengan teritori yang begitu terbatas, bagi Singapura tak ada pilihan selain menerapkan strategi defensif aktif dalam menggelar sistem pertahanan udara. Setiap ancaman harus sebisa mungkin dinetralisir sebelum menjangkau ruang udara Negeri Pulau tersebut. Strategi pertahanan yang boleh dibilang mirip dengan Israel, yang ‘kebetulan’ juga berstatus sebagai mitra erat industri militer Singapura.

Baca juga: [Polling] F-15SG RSAF – Lawan Tanding Terberat Sukhoi Su-27/30 TNI AU

Guna melakoni strategi pertahanan defensif aktif, selain kehadiran armada jet tempur interceptor papan atas, seperti F-15SG dan F-16 C/D, kehadiran sokongan pesawat intai menjadi keharusan bagi Singapura. Dan untuk urusan intai mengintai, Singapura adalah yang terdepan di Asia Tenggara. Di segmen drone, UAV (Unmanned Aerial Vehicle) Heron dan Hermes dari Israel, serasa belum ada tandingannya di kawasan. Debut kemampuan intai udara Singapura yang lebih utama jelas keberadaan pesawat Airborne early warning and control (AEW&C).

P_20160217_113422

Gulfstream G550 CAEW  di Singapore Airshow 2016.
Gulfstream G550 CAEW di Singapore Airshow 2016.

Saat negara rumpun di Asia Tenggara masih adem ayem dengan alutsista ala kadarnya, Singapura pada 1980 malah sudah mengoperasikan E-2C Hawkeye buatan Northrop Grumman. Setelah agak lama, baru kemudian Thailand pada tahun 2012 yang punya pesawat AEW&C, yakni Saab 340 dengan radar Erieye. Dengan latar anggaran pertahanan yang lebih dari cukup, toh akhirnya E-2C Hawkeye telah resmi diganti, karena telah dipandang uzur. Sebagai gantinya, sejak tahun 2012, Skadron 111 RSAF yang bepangkalan di Lanud Tengah, sudah mengoperasikan penuh empat unit Gulfstream G550 CAEW (Conformal Airborne Early Warning and Control).

2636d-g-550caew26c-5

Seperti halnya Saab GlobalEye yang dibangun dari platform jet bisnis jarak jauh Bombardier Global 6000 dari Kanada. Gulfstream G550 CAEW juga dibangun dari jet bisnis jarak jauh, yang digunakan adalah platform Gulfstream G550 buatan Gulfstream Aerospace, Amerika Serikat. Bedanya bila GlobalEye menggunakan struktur radar pada punuk, sementara pada Gulfstream G550 CAEW, sosok radar disematkan secara conformal pada sisi kanan dan kiri body. Meski begitu, baik Saab GlobalEye yang telah dipesan 2 unit oleh Uni Emirat Arab dan Gulfstream G550 CAEW, mengadopsi teknologi radar yang serupa, yaitu jenis AESA (Active Electronically Scanned Array).

Baca juga: GlobalEye – Sistem Radar AEW&C Multimode dengan Extended Range dari Saab

Penerapan desain conformal mempunya keuntungan pada sisi aerodinamis pesawat, dimana faktor hambatan angin dapat ditekan semaksimal mungkin lewat komponen radar yang menyatu. Meski terlihat menyatu, radar conformal tetap dapat dilepas pasang, hanya saja tak bisa dilakukan dengan singkat. Model conformal sedikit banyak mengingatkan pada desain Eurofighter Typhoon dan F-16 Viper, kedua jet tersebut menggunakan tangki bahan bakar tambahan berupa conformal pada punuknya.

Baca juga: Conformal Fuel Tanks, Terobosan Eurofighter Typhoon Untuk ToT di Indonesia

Resminya Singapura memesan empat unit Gulfstream G550 CAEW pada tahun 2007. Dengan pengiriman secara bertahap, unit perdana tiba pada tahun 2009, dan baru pada bulan April 2012, AU Singapura resmi mendeklarasi operasional penuh empat unit G550 CAEW. Dengan beroperasinya empat unit G550 CAEW, proteksi hanud Singapura ibarat tanpa celah. Terintegrasi dengan ground radar yang memandu rudal Sypder, kemampuan deteksi dini Singapura dipastikan mampu menembus jauh batas teritori negara tetangganya.

P_20160217_113426

Baca juga: Spyder, Ini Dia Sistem Rudal Hanud Hybrid Andalan Singapura

Sebagai radar airborne, AESA yang dipasok pada G550 CAEW Singapura mengambil jenis EL/W-2085. Radar ini dibuat oleh manufaktur kondang, Israel Aerospace Industries (IAI) dan Elta Electronics Industries. Radar ini berjalan di dual band yang menyajikan coverage 360 derajat. Untuk radar pada conformal mengggunakan L-band dan radar di bagian depan dan ekor mengadopsi S-band. Kedua jenis radar beroperasi secara simultan dalam dual band frekuensi.

Bagaimana dengan kemampuan radar AESA di Gulfstream G550 CAEW? Secara teknis, radar dapat mengendus 100 sasaran secara simultan dari jarak 200 nautical mile (370 Km). Dengan teknologi phased array, operator pengawas radar bisa mendapatkan update terkait sasaran dalam rentang per 2 – 4 detik. Sebagai perbandingan, sistem radar pada E-2 Hawkeye dan E-3 Sentry yang menggunakan jenis radar radome dengan penggarak rotor, dimana kedua pesawat intai Era Perang Dingin itu baru bisa mendapat update sasaran per 20 – 40 detik.

Dalam operasinya, Gulfstream G550 CAEW diawaki dua pilot dan enam air warfare officer. Mengutip informasi dari mindef.gov.sg, Gulfstream G550 CAEW dapat terbang selama 9 jam non stop dengan kecepatan Mach 0,82 pada ketinggian 12.500 meter.

Spesifikasi Gulfstream G550 CAEW
– Length: 29,8 meter
– Wingspan: 28,5 meter
– Height: 8,3 meter
– Engine: 2x Rolls Royce BR710-C4-11 Turbofan
– High-Speed: Mach 0.87
– Long-Range: Mach 0.80
– Takeoff Distance: 1.800 meter
– Landing Distance: 844 meter
– Maxumum fuel: 18.734 liter

Australia Juga Pesan
Australia nampaknya tak puas hanya dengan mengoperasikan enam unit E-7A Wedgetail sebagai AEW&C. Negara benua ini dipastikan telah mengorder dua unit Gulfstream G550 CAEW. Kontrak pembelian lewat program FMS (Foreign Military Sale) telah dilakukan pada bulan Februari lalu dengan nilai US$93,6 juta. Bedanya, bila Gulfstream G550 CAEW pesanan Singapura merujuk pada IAI dan Elta, namun Australia menunjuk L-3 Communications, perusahaan elektronik dan pertahanan yang berbasis di New York, AS. (Gilang Perdana)