Seoul Cemas, Korea Utara Konversi 900 Unit Jet Tempur MiG ‘Tua’ Jadi Drone Kamikaze
Bukan perkara mudah untuk mewujudkan armada drone kamikaze, selain bicara tentang kualitas alias kemampuan drone itu sendiri, perlu juga diperhatikan aspek kuantitas. Pasalnya, peperangan yang melibatkan drone kamikaze cenderung untuk menguras banyak drone, maklum sistem pertahanan lawan yang kuat diproyeksi bakal mengeliminasi serangan drone kamikaze, seperti dalam skenario swarm drone.
Rupanya, hal di atas telah menjadi pertimbangan Kim Jong Un, pimpinan Korea Utara itu alih-alih menciptakan drone kamikaze dengan desain baru yang berukuran mini, Korea Utara justru akan memberdayakan stok ratusan jet tempur lawas buatan era Soviet untuk dijadikan drone kamikaze.
Korea Utara dilaporkan telah memulai program modernisasi militer yang melibatkan konversi ratusan jet tempur usang menjadi drone kamikaze, yang bertujuan untuk menargetkan lokasi industri dan infrastruktur besar di Korea Selatan.
Dikutip dari Korea Times (24/8/2023), Choe Su-ryong, mantan agen National Intelligence Service (NIS) Korea Selatan, mengungkapkan bahwa Korea Utara sedang berupaya mengubah rangkaian jet MiG menjadi drone kamikaze yang dilengkapi dengan panduan presisi. Choe, yang merujuk pada seorang informan yang berbasis di Korea Utara, mengatakan bahwa drone ini dirancang untuk misi bunuh diri ini akan menargetkan “fasilitas industri dan infrastruktur utama Korea Selatan.”
Korea Utara secara substansial memperluas inventaris pesawat tempurnya, suatu hal yang dimungkinkan berkat dukungan dari Cina dan Rusia. Sampai saat ini, Pyongyang memiliki beragam tipe pesawat tempur MiG, mencakup lebih dari 400 unit—mulai dari jet tempur MiG-17 dari tahun 1950-an hingga MiG-29 yang lebih modern yang diperkenalkan pada tahun 1980-an.
Dalam sebuah wawancara yang dilakukan pada bulan Oktober 2022, Shin In-kyun, seorang analis pertahanan dan pendiri Korea Military Network, memberikan wawasan tentang inventaris pesawat tempur MiG Korea Utara. Menurut informasinya, Korea Utara memiliki inventaris lengkap 431 jet tempur MiG, dengan rincian termasuk 107 unit MiG-17, 100 unit MiG-19, 150 unit MiG-21, 56 unit MiG-23, dan 18 unit MiG-29.
Menurut perkiraan US Defense Intelligence Agency , jumlah jet tempur Korea Utara berjumlah sekitar 900 unit. Namun, banyak dari pesawat tersebut sudah ketinggalan zaman dan tidak lagi beroperasi sebagaimana mestinya.
Mengingat sebagian besar persediaan MiG Korea Utara, khususnya model seperti MiG-17 dan MiG-19, mungkin tidak lagi dapat digunakan untuk penerbangan, penggunaan kembali pesawat tersebut sebagai drone Kamikaze tampaknya merupakan pertimbangan pragmatis.
Seperti diketahui, selain program rudal balistiknya, rezim Korea Utara secara konsisten mendedikasikan sumber dayanya untuk mengembangkan, mengoperasikan, dan memelihara kendaraan udara tak berawak (UAV) dalam negeri.
Setelah konflik di Ukraina, banyak drone kamikaze digunakan untuk menargetkan instalasi militer, menentukan posisi musuh, dan melaksanakan tugas intelijen dan pengintaian, dan kini drone Korea Utara menjadi ancaman keamanan utama bagi Korea Selatan. Kekhawatiran ini semakin meningkat, terutama mengingat Korea Utara baru-baru ini meluncurkan model drone baru. Pada bulan Juli, Korea Utara memamerkan drone yang menyerupai MQ-9 dalam parade militer terkemuka di Pyongyang.
Selain itu, Korea Utara membagikan gambar yang menggambarkan sebuah pesawat yang menyerupai RQ-4 Global Hawk milik militer AS. Pesawat ini, lebih besar dari model Reaper, dapat melakukan misi intelijen, pengawasan, dan pengintaian (ISR) yang diperluas.
Yang sangat menakutkan bagi Korea Selatan, pada bulan Desember 2022, lima drone terbang di wilayah udara Korea Selatan selama lima jam, menyelesaikan misinya dan kembali dengan selamat ke Korea Utara. Salah satu drone tersebut sempat melanggar zona larangan terbang yang ditetapkan, termasuk area terlarang di sekitar kantor Presiden Korea Selatan Yoon Suk-yeol di Seoul.
Kejadian-kejadian ini telah memaksa Korea Selatan untuk memulai langkah-langkah untuk melawan kemampuan drone Korea Utara. Presiden Yoon Suk Yeol telah meminta para menteri Kabinet terkait untuk meningkatkan kesiapan negaranya dalam mencegah potensi serangan Korea Utara terhadap infrastruktur Korea Selatan secara efektif. Dalam rapat Kabinet pada tanggal 21 Agustus lalu, Ia berkata, “Jika terjadi perang, Korea Utara akan mencoba menghancurkan infrastruktur dan fasilitas utama Korea Selatan untuk melumpuhkan sistemnya.”
Baca juga: Buntut Penyusupan Drone Intai Korea Utara, Seoul Incar “Sky Spotter” dari Israel
Yoon menyoroti lokasi reaktor nuklir, kompleks teknologi industri, dan lokasi yang terkait dengan jaringan komunikasi nasional sebagai target potensial yang mungkin ingin dilumpuhkan oleh Korea Utara dengan menggunakan rudal, drone, atau serangan siber. (Gilang Perdana)
Jika demikian, apakah para pilot tempur AU Korea Utara akan beralih dari penerbang pesawat tempur menjadi penerbang drone?
Baru F16 jadul dan fatique ex gurun Arizona yg sudah berhasil diremote utk dijadikan drone dan sasaran tembak, jadi siap2 Korsel, Jepang, Taiwan kucurkan dana utk beli senjata2 tambahan dari lik Sam, mungkin Korut dapat bocoran rahasia remote nya dari Indonesia, toh sepanas-panasnya tensi tetap tak akan ada perang, dunia butuh konflik2 dan gesekan2 kecil seperti sinetron tergantung sutradara dan penonton yg haus akan kelanjutan episode2 berikutnya.
Walaupun bisa dihajar SAM, tetapi bom yang dibawa justru lebih berbahaya karena akan menyebar ke berbagai area. Itu kalo semua pylon dipasangi bom
Mungkin Korsel harus segera merelokasi beberapa reaktor nuklirnya lebih ke selatan atau mematikan beberapa reaktor nuklir yg berada didekat perbatasan DMZ. Akan sangat berbahaya jika Korut mengincar powerplant tersebut, setidaknya Korsel harus betul-betul menjaganya dg sistem Hanud yg sangat kuat karena peperangan dg Korut akan jauh lebih brutal daripada Perang di Ukraina.
ini dijadikan drone kamikaze/loitering munition atau rudal sebenarnya?. kalau dari yang saya tau, drone kamikaze itu bisa berputar putar dulu diatas target sebelum menghantam target, jadi ya, yang benar dijadikan drone kamikaze apa rudal ini nantinya, shahed 136/131 juga termasuk yang membingungkan, mengingat tidak ada kamera optical didalamnya, pemandunya hanya inertial, apakah itu bisa diprogram dulu untuk muter muter diatas target setelah itu baru menghantam target pada saat yang ditentukan?