Rudal Hanud QW-19 – Arsenal MANPADS Terbaru Kopasgat TNI AU
|Jagad netizen pemerhati alutsista sedang diramaikan atas informasi pengadaan rudal hanud MANPADS (Man Portable Air Defence System) QW-19 untuk kebutuhan TNI AU. Ikut ditampilkan dalam display di Indo Defence 2022, QW-19 tak lain adalah varian terbaru dari rudal MANPADS QW-3 yang telah lama dioperasikan Detasemen Pertahanan Udara Kopasgat (d/h Paskhas) TNI AU.
Baca juga: Melihat dari Dekat Platform QW-3 Twin Launcher, Rudal Denhanud Paskhas TNI AU
QW-19 alias Qianwei-19 atau Vanguard-19 adalah varian terbaru dari keluarga rudal “Qianwei.” Seperti halnya pada rudal QW-3, maka QW-19 mengandalkan dual-band infrared passive guidance untuk untuk mengunci target dengan kuat dengan durasi menguber target hanya selama sepuluh detik.
Dikutip dari globalsecurity.org, disebut QW-19 punya kemampuan anti jamming. Rudal buatan Cina ini disokong komposit fuze “trigger + laser proximity” canggih dan teknologi pemrosesan informasi digital, yang membuat rudal ini dapat meledak ketika mengenai atau sesaat mendekati target.
Dengan karakternya, QW-19 disebut efektif untuk mencegat target kecil seperti rudal jelajah yang sulit dihantam secara langsung, serta target helikopter di ketinggian rendah.
Panjang tabung peluncur QW-19 adalah 1,57 meter dan panjang rudal 1,52 meter. Berat hulu ledaknya 1,42 kg. Berat keseluruhan sistem rudal QW-19 mencapai 16,5 kg. Dengan tenaga solid rocket propellant, QW-19 punya jarak tembak efektif 5.000 meter dan ketinggian luncur hingga 4.000 meter. Bicara soal kecepatan, QW-19 sanggup melesat 600 meter per detik, dan mampu mencegat target yang bergerak maksimum 300 meter per detik.
Baca juga: Kopasgat Uji Tembak Rudal QW-3 di Malam Hari
QW-19 dibekali teknologi dual frequency infrared seeker non-temperature identification anti jamming, yang memungkinkan QW-19 dapat menarget sasaran lebih akurat dalam beberapa perbedaan suhu. (Gilang Perdana)
Ngawurr…..gedung BRIN besar dan mewah kok dibilang gak ada.
Tanya mbah goggle dulu baru komen woooe
justru dengan adanya brin riset dan inovasi dapat terkontrol dan terpusat
@Rinn kamu melakukan reverse engineering apa? Sipil atau militer, kalo militer jelas susah +lebih rumit, main bongkar fisik nya terus dipelajari cara kerja nya sih bisa, tapi pas disuruh membuat nya itu gak bakal bisa
,informasi pelengkap dari banyak sumber ? Apa dulu nih , kaloo menggandeng mitra luar negeri yg udh berpengalaman sih yakin prototype nya bakal jadi + diproduksi massal (tapi jarang mitra luar negeri yg mau kalo r&d dari awal, kecuali kalo beli produk nya yg banyak +bisa dpt lisensi sama tot)
Kalo sumbernya nekat cuma mengandeng mitra dalam negeri 😃wah udh yakin hasil nya jadi prototype aja atau kalo gak ilang ketelen bumi.
Udh banyak contoh R&D di indo baik yg gagal maupun berhasil
R&D berhasil dj indo:
1. TNI membeli senapan fnc belgia dlm jumlah banyak, dengan syarat sebagian dibuat di dlm negeri melalui PT pindad ( pindad dpt lisensi + dapet tot pula) , fnc yg dibuat pindad di rebranding menjadi ss-1 ( senapan serbu 1) trs bisa dikembangkan mjd ss-2
2. R&D dg menggandeng mitra luar antara PT DI dan Casa spanyol (skrg jadi airbus) = cn 235
3 R&D antara PT pindad + fuss turki = tank harimau hitam
R&D yg gagal atau blm jelas nasib proyek nya mentok cuma jadi prototype (kebanyakan tanpa melibatkan mitra luar negeri yg berpengalaman)
1.R&D manpads pindad mulai thn 2017
2.R&D manpads merapi antara Uad dg dislitbangad + brin thn 2020
3 . Nekat Reverse engineering sendiri rudal anti kapal c705 -skrg kabarnya gak jelas, (pihak cina sndiri sebernarnya mau kasih tot +lisensi kalo membeli dg jmlh besar)
4.R&D yg bikin heboh karena udh masuk proyek strategis nasional, sampai pemerintah menyingkirkan pesawat R-80 (rancangan ank habibie) artinya dapat prioritas pembiayaan dari negara yaitu R&D ucav elang hitam tanpa melibatkan mitra luar = cuma jdi prototype , krn belum mampu secara teknologi alhasil beralasan dijadikan drone sipil, ini kan udh tanda tanya 🤔💭 kenapa dri awal ngotot buat dijadikan combatan kalo akhirnya cuma jdi drone sipil
Udh ketebak sebenarnya walau anggaran r&D kecil tapi kalo jelas arah dan tujuannya + hasilnya gak cuma mentok jdi prototype atau hilang tanpa kabar, pemerintah mau aja naikin anggaran nya. eksekusi r&D yg udh jadi proyek strategis nasional aja bisa gagal, hal ini justru mengakibatkan pemerintah jdi mls membiayai atau berpikir untuk menaikkan anggaran r&D
Jika berbicara tentang mengapa Indonesia hanya beli alutsista dari beragam produsen dan berbagai negara dan itu dilakukan secara kecil-kecilan karena anggaran militer yg terbatas dan kurangnya pendanaan untuk RnD. Anggaran RnD seluruh instansi dan kementerian di Indonesia nilainya hanya dibawah 10 Triliun,Itu tidak ada 0,02% dari GDP. Bandingkan dg Singapura yg mereka keluarkan untuk RnD bisa mencapai 179 Triliun atau 2% dari GDP. Jika Indonesia ingin menyamakan prosentasenya sebesar 2% maka seharusnya Indonesia mengeluarkan anggaran sebesar 417 Triliun untuk RnD, cukup 50 Triliun untuk RnD Militer maka Indonesia akan bisa bersaing seperti Industri militer Turki.
Fakta selanjutnya adalah jika terjadi kegagalan dalam pengembangan RnD, si peneliti akan dituntut dengan alasan merugikan negara. Masih teringat jelas peneliti mobil listrik Danet Suryadarma yg mengembangkan Tuxuci dan diperkenalkan oleh Dahlan Iskan saat menjabat sebagai Menteri BUMN. Ketika mobil listrik itu mengalami kecelakaan, Danet dan Dahlan dituntut karena dianggap merugikan negara. Sekarang ketika Perusahaan Mobil listrik Vietnam masuk ke Indonesia, Indonesia hanya bisa gigit jari menonton. Belum Tesla, belum BYD dari China dll. Sungguh lucu ketika Tesla lebih memilih membangun infrastruktur dan investasi di Vietnam karena melihat mereka sudah punya Industri mobil listrik lebih dulu daripada Indonesia padahal Indonesia adalah negara penghasil Nikel terbesar di Dunia dan berencana menjadi Global Supplier Baterai listrik.
Bayangkan jika anggaran APBN bisa dialihkan untuk kepentingan yg lebih baik seperti Anggaran RnD, Anggaran Pertahanan dan Anggaran untuk mendukung Masyarakat kelas Menengah itu akan jauh lebih baik daripada Anggaran diberikan untuk Daerah atau Desa yg pada akhirnya hanya mengendap di Bank, Bahkan Makan Siang Gratis juga bukan solusi untuk mencerdaskan anak Bangsa. Lebih baik anggaran seperti itu untuk menggratiskan Biaya di Perguruan Tinggi sehingga bisa dibuat Wajib Belajar 16 tahun.
Jika itu tercapai, masalah RnD, masalah pengadaan alutsista dalam jumlah banyak hingga bisa meminta ToT kepada Produsen akan jadi lebih mudah.
@Wkwkwkwk, sebenarnya masih bisa. Karena saya adalah orang yg biasa melakukan Reverse Engineering.
Kita bisa mempelajari teknologi produk yang kita bongkar fisiknya. Informasi pelengkap bisa diperoleh dari banyak sumber.
Intermeso….
MANPAD pertama di dunia di buat sama NAZI mendekati jatuhnya rezim NAZI.
Manpad namanya ” FLIEGERFAUST ” kaliber 20mm UNGUIDED ROCKET……Deutsche Innovation
https://youtu.be/t8U7zKNVILw?si=_9TjPw0nHNiROfyw
https://youtu.be/5fskM6iUSbA?si=CEi75wHSiWMxu7Tf
Sebenarnya ada contoh bagus yg bisa di tiru contoh dalam pembuatan senjata serbu oleh PT Pindad beli dan lisensi FNC Belgia, oleh PT Pindad di namai SS-1 setelah teknologi selanjutnya SS-2 hasil pengembangan sendiri oleh PT Pindad..semoga untk Manpds jg bisa meniru pola tersebut..
@Satiwi, gimana BRiN mau maju kumendannya saja lagi bingung melulu ngurusi partai, tetangga saya salah satu peneliti BRIN malah bilang kalau mau penelitian harus cari sponsor sendiri, kantor tak ada, tenaga “ahli” terpencar dimana mana, absensi, komunikasi dan kerja cuma pakai zoom bisa dibayangkan hasil kerjanya mereka bagaimana?
Kalo mau bisa bikin sendiri ya 😏 jangan beli banyak produk dari berbagai negara, pilih 1 produk aja yg udh proven trs dibeli borong buat 3 matra , kalo beli banyak kan bisa minta tot + lisensi buat diproduksi dlm negeri, kalo sekiranya udh menguasai teknologi nya baru bikin sendiri (◍•ᴗ•◍)
Alur nya jangan kebalik balik , yg terjadi malah = beli ketengan + beli produk baru dri berbeda beda negara + R&d sendiri walau belum mampu secara teknologi ya hasil akhir nya udh ketebak alias gagal˚‧º·(˚ ˃̣̣̥⌓˂̣̣̥ )‧º·˚😌
Simple sebenarnya
@satiwi kalo cuma membedah untuk di tiru jelas sangat mustahil, level penguasaan teknologi untuk negara yang bisa meniru hanya dengan membedah doang itu udah level tertinggi alias high level (udh bisa menguasai teknologi tersebut alias negara tsb udh bisa buat manpads sendiri) , lah indo buat aja belom bisaa kok nekat mau niru, ya 😏udh ketebak hasil akhir nya = xhsjjwjwjkwj
sebenarnya indo udh mulai r&d sendiri melalui PT pindad yaitu manpads pindad dari tahun 2017 – skrg hasil akhir nya udh ketebak kan????
Pernah dibahas juga oleh admin nih_
https://www.indomiliter.com/ini-dia-spesifikasi-lengkap-rudal-manpads-pindad/
Ada juga proyek R&d manpads merapi tapi oleh universitas yaitu Uad + Dislitbangad + Brin dari tahun 2020 hasil akhirnya udh ketebak juga 😃😃 blm ada kabar alias menghilang
Ndak bisakah ahli2 BRIN indonesia membedah rudal manpad yg ada utk di tiru…..??? Masak proyek brin penelitian sosial terus. Capek daah