Rudal Anti Kapal NSM (Naval Strike Missile), Bakal Dipasang di KCR Stealth Trimaran KRI Golok 688
|Meski baru dalam tahap keinginan, ada kabar bahwa TNI AL tertarik untuk mengadopsi rudal jelajah anti kapal NSM (Naval Strike Missile) besutan Kongsberg Defence & Aerospace, Norwegia. Lebih lanjut pengadaan NSM secara spesifik ditujukan untuk melengkapi sistem senjata di Kapal Cepat Rudal (KCR) stealth trimaran KRI Golok 688 produksi PT Lundin Industry Invest yang belum lama ini resmi dioperasikan TNI AL.
Tentu kabar ini bukan sekedar keinginan biasa, pasalnya ungkapan ketertarikan berasal dari orang nomer satu di TNI AL, yakni KSAL Laksamana TNI Yudo Margono. Dikutip dari laman tnial.mil.id (9/2/2022), disebutkan KSAL Yudo Margono berkeinginan agar rudal NSM bisa diujicobakan ke KRI Golok di Laut Cina Selatan dengan jarak sasaran 250 km sesuai spesifikasi rudal tersebut. TNI AL akan membantu fasilitas pengamanan dan target sasaran penembakan dalam rangka latihan, sementara dari pihak PT Kongsberg menyediakan rudal yang akan dites dan sistem penembakannya.
Hal tersebut dipaparkan KSAL Yudo Margono saat mengadakan rapat paparan dengan PT Lundin Industries Invest, Kongsberg Deffence & Aerospace AS dan PT Datareka Integrasia di Wisma Elang Laut Jl Diponegoro, Menteng, Jakarta Pusat. Rabu (9/2). Rapat yang memaparkan tentang rudal NSM, upgrade KRI Golok 688 dan pengadaan Fast Missile Boat tersebut dihadiri oleh John Lundin (Presdir PT.Lundin), Lizza Lundin (Direktur PT Lundin), Cecilia Siby (Presdir PT Datareka Integrasia), Diny Rosyada (Managing Director PT Datareka Integrasia), Coster Bjorn Verner (Managing Director-Kongsberg) dari Norwegia, dan Skorge Arild (Business Development Manager-Kongsberg) Norwegia.
Lebih lanjut, Skorge Arild menjelaskan bahwa spesifikasi NSM sangat cocok untuk TNI AL karena bisa mencakup daya tembak 250 km, mudah digerakan ke tempat terkecil yang tidak terlihat dan rudalnya dikendalikan dari kapal utama. cara mengoperasikan rudal tersebut adalah dengan terlebih dahulu mengambil foto target dan lokasinya menggunakan inframerah, kemudian data inframerah tersebut dimasukan dalam data sistem persenjataan, lalu eksekusi penembakan dilaksanakan dari komando yang berasal dari kapal utama. Dalam promonya, disebut NSM sudah digunakan oleh Amerika Serikat di Laut Cina Selatan dan selalu efektif mengenai sasaran tanpa bisa di counter.
Dikutip dari wikipedia.org, disebut bawah NSM yang mulai dioperasikan sejak tahun 2012, sampai saat ini telah dioperasikan AL Norwegia, AL Polandia, AL Jerman dan AL AS. Di AL AS, rudal NSM ditempatkan pada kapal tempur litoral trimaran – Independence Class.
Sekilas tentang rudal NSM, nama aslinya dalam bahasa Norwegia adalah Nytt sjømålsmissil. Rudal ini ditenagai solid fuel rocket booster, Microturbo TRI-40 turbojet, yang mampu melesatkan rudal dengan kepatan high subsonic, sementara jarak jejakahnya mulai dari 185 – 250 km, bergantung dari profil sasaran. Seperti halnya rudal anti kapal pada umumnya, NSM melesat pada fase terminal dengan pola sea skimming. Sebagai sistem pemandu, mengandalkan kombinasi Inertial, GPS, terrain-reference navigation, imaging infrared homing dan target database.
NSM punya bobot 410 kg, panjang 3,95 meter dan dapat membawa hulu ledak seberat 125 kg HE blast fragmentation. Belakangan NSM juga dikembangkan dalam versi land based launcher, seperti yang diadopsi oleh Korps Marinir AS (USMC) yang nemempatkan NSM pada unmanned JLTV-based mobile launch. Dengan segala fiturnya, NSM memang rudal anti kapal yang canggih dan potensial diadopsi TNI AL, namun perlu dicatat, harga satu unit NSM, ditaksir mencapai US$2 juta. (Gilang Perdana)
Ralat, maksudnya AGM-183A ARRW, kalo AGM-158 itu JASSM yg jangkauannya hampir sama dg ARRW tapi kecepatannya high subsonik.
@Kodok, gini Dhek. Teknologi rudal hipersonik udah dikuasai Ama ilmuwan USA sejak rudal AAW AIM-54 Phoenix jadi. Tapi rudal hipersonik yg lagi dikembangkan oleh USA sekarang berbeda dg Phoenix, begitu juga dg model punya Rusia dan China. China dan Rusia hanya punya Glide, bukan murni rudal. Glide mengandalkan ketinggian dan trajectory peluru untuk menyerang musuh, rudal itu ngandelin tenaganya sendiri lewat Scramjet yg terbang diatas ketinggian 20-25 km, itu karena hambatan udara yg tipis disana. Rusia memang punya Zircon, tapi itu hanya muat di Kaprang atau Kasel sedangkan yg dibawa pembom atau Mig-31 itu cuman Rudal balistik biasa yg dibawa terbang, trajectorynya tetap bisa diprediksi.
Nah, USA pengen rudal hipersonik yg tidak hanya bisa dibawa Ama pembom tapi juga pespur mereka, kaprang mereka, kasel, dan truk pengangkut serta punya kemampuan manuver. Itulah kenapa rudal hipersonik USA seperti AGM-158 ARRW terlihat belum siap. Kalo udah siap, dijamin ketar-ketir Rusia Ama China karena kemampuan manuver ARRW setara Glide, jangkauannya sampe 1500 km, dan bahkan bisa dibawa oleh F-35. So, udah jelas bukan bedanya??? Rusia Ama China belum punya rudal hipersonik, USA dah punya dari tahun 70an Dhek. Hhhhhhhhhh
agato@ kalau ukraina jelas mampu bikin rudal hipersonik, kenapa as ga ngambil ilmuan ukraina…biar uji rudalereka ga gagal lg😂😂😂
@Iwan, Ukraina gak mungkin beli Brahmos kalo masih ada bau Rusia nya. Apalagi Ukraina jelas mampu kalo buat rudal hipersonik. Yg gak ada itu cuman uangnya. Kalo Indonesia mau nekat, bisa aja ngehire ilmuan Ukraina buat ngembangin rudal hipersonik. Cuman anggarannya udah dipake buat pindah ibu kota negara baru.