Update Drone KamikazeKlik di Atas

RQ-7 Shadow 200 – Drone Intai Taktis Andalan Angkatan Darat Australia

Di luar Amerika Serikat, Angkatan Laut Australia selama ini dikenal sebagai pengguna utama drone intai ScanEagle, bahkan drone mini buatan Boeing Insitu ini turut dilibatkan Australia dalam palagan di Afghanistan. Namun, ternyata ScanEagle tak lagi digunakan Australia di Afghanistan sejak Mei 2012. Entah karena alasan apa, porsi ScanEagle kemudian digantikan oleh RQ-7 Shadow 200.

Baca juga: Super Drone TNI AD – Andalkan Tangki Bahan Bakar Cadangan dan Kendali via BTS

Dan sejak itu, Shadow 200 otomatis menjadi andalan sebagai wahana intai bagi pasukan Angkatan Darat Australia. Meski kini tengah berencana untuk menggantinya, adalah menarik untuk sekilas mengupas sosok drone intai yang jadi ujung tombak pasukan darat Negeri Kangguru. Shadow 200 resminya dibuat oleh manufaktur penerbangan asal Amerika Serikat, AAI Corporation.

Sedang dirunut dari sejarahnya, Shadow 200 terbang perdana pada tahun 1991 dan resmi diluncurkan pada tahun 2002. Dan sejak diluncurkan, sampai tahun 2010, sudah lebih 500 unit telah diproduksi, menyiratkan drone ini lumayan laris di pasaran, dengan pengguna terbesarnya adalah Angkatan Darat AS.

Shadow 200 berhasil memenuhi syarat taktis yang diinginkan pihak AD AS, yaitu menggunakan jenis mesin bensin, dilengkapi payload berupa kubah yang berisi sensor electro-optic/infrared imaging, punya jarak jelajah minimal 50 km dan punya endurance lebih dari empat jam. Namun, nyatanya kemampuan Shadow 200 melebihi dari apa yang diminta AD AS, dimana kemampuan drone ini sanggup memenuhi dua kali lipat dari syarat yang ditentukan, termasuk Shadow 200 dapat mendarat di sebuah lapangan atletik.

Dari aspek desain, Shadow 200 mengusung rancangan sayap high wing dengan twin tailboom V-tail. Shadow 200 disokong mesin Wankel UAV 741 dengan kekuatan 38 hp. Payload utama Shadow 200 umumnya berisi POP300, yaitu plug-in optical payload buatan Israeli Aircraft Industries (IAI) yang terdiri dari forward-looking infrared camera, daytime TV camera dengan selectable near-infrared filter dan laser pointer.

Beda dengan ScanEagle, Shadow 200 adalah jenis drone yang dilengkapi roda pendarat tetap (fixed tricycle landing gear). Meski begitu, agar bisa take-off secara cepat, Shadow 200 dapat diluncurkan lewat trailer mounted pneumatic launcher, dimana drone dapat melesat 130 km per jam saat dilontarkan pada jarak 12 meter.

Dari spesifikasi, Shadow 200 dapat melesat dengan keceepatan maksimum 200 km per jam dan kecepatan jelajah 130 km per jam. Dengan moda kendali Line of Sight (LoS), Shadow 200 dapat menjelajah sejauh 109,5 km dalam durasi 6 – 9 jam. Bobot kosong Shadow 200 adalah 77 kg dan bobot maksimum saat tinggal landas 170 kg. Shadow 200 punya panjang 3,41 meter, lebar bentang sayap 3,87 meter dan tinggi 1 meter.

Baca juga: Drone Elang Laut 25 – Telah Resmi Dioperasikan Direktorat Topografi TNI AD

Nah, setelah membaca spesifikasi Shadow 200 di atas, sepertinya drone-drone besutan produksi Indonesia, sejatinya mampu bersaing bila mendapat kesempatan lebih besar. (Haryo Adjie)

3 Comments