Elang Laut 25: Telah Resmi Dioperasikan Direktorat Topografi TNI AD
Elang Laut 25, UAV (Unmanned Aerial Vehicle) produksi PT Carita Boat Indonesia, menjadi salah satu drone lansiran Dalam Negeri yang beruntung. Perusahan swasta nasional yang bermitra dengan Kementerian Pertahanan (Kemhan) ini telah meluluskan Elang Laut 25, bukan sekedar prototipe, tapi Elang Laut 25 telah meraih order dan dioperasikan secara penuh oleh Direktorat Topografi TNI AD (Dittopad).
Baca juga: Robot Burung Flapping Wing Untuk Misi Pengintaian Tersamar
Elang Laut 25 dengan warna cat hijau tua juga menjadi salah satu drone yang dipamerkan pada “Drone Carnaval” di Komplek Pustek Roket LAPAN, Rumpin Bogor Jawa Barat pada 27 Juli lalu. Seperti apa keunggulan dan karakteristik Elang Laut 25, berikut ulasan Indomiliter.com dari ajang Pameran Alutsista yang digelar di Lapangan Gedung Kemhan pada hari Minggu, 13 Agustus 2017. Secara umum, perlu diketahui peran Elang Laut 25 adalah pengemban misi monitoring, surveillance dan mapping.
Dari spesifikasi yang dipaparkan pihak pabrikan, Elang Laut 25 ditenagai mesin 3W dengan kapasitas 170cc. Dengan electronic fuel injection, drone ini dapat mengudara selama delapan jam. Kecepatan jelajahnya ada di rentang 80 – 100 km per jam, serta kecepatan maksimum 175 km per jam. Dengan performa yang ada, Elang Laut dapat menjelajah hingga 600 km. Meski dalam operasional baru dilakukan penjelajahan sampai 500 km lewat kendali LoS (Line of Sight) dari GCS (Ground Control Station). Elang Laut 25 (EL-25) dapat terbang hingga batas ketinggian 4.500 meter.
Baca juga: LAPAN LSU-03 NG – Siap Perkuat Kemampuan Intai Kodam di Perbatasan
Dengan berat maksimum saat tinggal landas 120 kg, dan payload yang dapat dibawa Elang Laut 25 bisa hingga 25 kg. Apa saja isi payloadnya, bisa beragam jenis tergantung kebutuhan user, mulai dari CCD daylight camera, thermal camera FLIR Tao, multispectral camera tetracam, atau camera hasselblad. Sedangkan fitur untuk navigasi mencakup modul autopilot, inertial measurement unit, GPS navigation dengan 1.000 waypoint dalam satu kali flight. Selain itu masih ada axis gyro, akselerometer, barometer, airspeed pitot tube, flight data recording, dan GPS tracking satellite.


Baca juga: Super Drone TNI AD – Andalkan Tangki Bahan Bakar Cadangan dan Kendali via BTS
Dalam penggelarannya, satu unit GCS dengan platform truk ringan dapat membawa dua unit drone dalam kondisi terurai. Menurut staf dari PT Carita Boat Indonesia, hanya dibutuhkan waktu kurang dari 15 menit untuk merakit drone, itu pun cukup dengan personel pemula. Sehingga peran GCS tak hanya sebagai unut pengendali, tapi juga ransus (kendaraan khusus) pembawa drone.
Dengan spesifikasi yang ada, jelas Elang Laut 25 bukan golongan MALE (Medium Altitude Long Endurance), namun rekayasa dan produksi drone produksi dalam negeri ini harus mendapat apresiasi, terutama untuk merintis kemandirian alutsista. Sampai saat ini Elang Laut 25 telah diproduksi 4 unit untuk kebutuhan TNI AD. (Gilang Perdana)
Spesifikasi Elang Laut 25
– Wingspan: 6 meter
– Leghth: 4 meter
– MTOW: 120 kg
– Payload: 25 kg
Flight control
– Autopilot: MP2128 Advance
– GPS rate: 4 Hz
– Servo output: 8/16/24
– Servo update rate: 50 Hz
– Weight: 26 grams
– Supply voltage: 4.2 – 26v
semoga menjadi penyemangat produsen persenjataan dalam negeri
Salut! Semoga bisa semakin di tingkatkan kualitas nya. Lebih baik hasil karya sendiri, tahu luar dalam nya.
Ada yg tau gk ,itu drone nya bisa disegala Medan AP gk
ditambahin senjata bisagak?
Seharusnya MALE UCAV sebagai standarnya. Kalau belum mencapai standar, jangan diorder.
Mudah2an bisa segera dilengkapi senjata (UCAV).
Kenapa drone kita selalu memakai mesin baling2? Kenapa bukan mesin jet mini / sejenis nya???
Nggak juga, coba cek ini http://www.indomiliter.com/petir-direvisi-dari-rudal-jelajah-ke-target-drone/ 🙂
ndk masalah sih pake propeler, bisa untuk CAS kaya predator ato riper yg sama2 pake baling2
Drone buatan Indonesia yg jarak jangkaunya <1000 km sudah banyak, kalau nambah lagi bisa2 rumit perawatannya. Ada baiknya kita riset payload dari drone2 tsb, seperti kamera EO/IR, sigint/comint/elint, radar GMTI/SAR, Lidar, dan kamera hyperspectral.
Hmmm boleh juga..
Memang seharusnya mengutamakan hasil karya putera bangsa, apalagi teknologi drone semacam ini fungsinya masih sebatas untuk pemantauan, penelitian maupun inteligent, yg notabene teknologinya sudah dikuasai oleh para engineer kita walaupun masih mengandalkan beberapa komponen utama yg masih import …